21. Pasrah

30 4 3
                                    

Hari demi hari Akira lewati dengan...ya kebingungan. Lama-kelamaan ia semakin merasa ada yang aneh dengan kakak kelas yang mendekatinya dan bersikap manis.

Dan sekarang, Akira dan Ades sedang berada di balkon kamar Ades. Sekedar info aja ya. Ades itu udah pulang dari rumah neneknya dua hari yang lalu. Sedangkan orang tuanya masih disana.

Jadi Akira memutuskan untuk menginap di rumah Ades untuk menemaninya sekaligus punya waktu luang yang banyak buat curhat sama Ades.

"Jadi gini!! Waktu lo pergi ninggalin gue sendirian di mall, gue liat Kak Bagas sama Kak Laras. Dan Kak Bagas tuh liat gue. Gue lari dan gue sempet ketangkep sama si setan. Cuman, keburu ada taksi dan gue nangis di dalem taksi. " curhat Akira.

"Ehm...Ra! Sorry banget. Sebenernya sebelum gue pergi, gue juga sempet liat si setan sama Kak Laras. Gue sengaja nggak ngasih tau lo supaya lo nggak sedih. " sesal Ades.

"Santai aja lah! Gue juga paham. Maksud lo itu baik kok buat gue. Lagian sekarang nih ya, gue lagi bingung sama si alim, si setan, si gantar, Kak Alri sama Kak Ridho, akhir-akhir ini tuh kayak perhatian banget sama gue! "

"PD amat sih lo! " goda Ades.

"Ihhh, gue seriusan Des! " sebal Akira.

"Iya...iya. Gue juga sadar kali kalo mereka tuh kayak perhatian. Cuma bedanya kalo si setan perhatiannya nggak terlalu berlebih. " jawab Ades.

"Dan sehari abis gue nangis-nangis, paginya tuh gue denger kalo si setan lupa bawa uang saku. Dan waktu itu kelas XII, mau pulang malem karena ada pelajaran tambahan. Dan gue nolongin si setan lewat Sasi, keponakan gue yang sekelas ama si setan. "

"Gila!!! Lo mau nglupain si setan aja pake ada acara nolongin dia segala? Good! Gue nggak nyangka sama lo Ra! " decak Ades.

"Iya sih sebenernya gue nggak mau nolong si setan. Cuman ya, gue kepikiran terus sama dia. Coba bayangin, pulang malem tanpa ada uang saku? Kan kasian. Gue juga masih punya perasaan sesama manusia kali! " ucap Akira.

"Iya lo masih punya perasaan! Tapi kan belum tentu kalo si setan punya perasaan sam lo. Coba lo bayangin! Tiap hari si setam lewat depan kelasnya si Kak Laras. Sementara di depan kelas Kak Laras ada kelas lo.
Apa dia pernah ngerasain gimana perasaan lo? Nggak kan! Seengaknya dia hargai lo sedikit lah. Hargai lo sebagai wanita yang mencatai-nya dengan tulus. " omel Ades.

"Iya lo bener juga sih! Tapi, ya nggak papa lah. Toh udah terjadi. Dan masalah perasaan gue, biar ilang dengan sendirinya. "

"Terserah lo aja deh. Tapi satu yang harus lo inget, gue akan tetep sama lo buat ngedukung lo terus! " ingat Ades.

Mereka berdua pun berpelukan. Selayaknya teletubis. Hanya saja ini hanya dua orang.

Akira hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi di kehidupannya nanti.

[][][]

"Kamu mau makan apa? Biar kakak pesenin! " tawa Kak Yoga.

"Aku aja yang mesenin. " sergah Kak Ridho.

"Gue aja! " sela Kak Dika.

"Kalo Akira maunya ama gue! " pekik Kak Alri.

"Nggak usah kakak! Aku masih kenyang! Soalnya tadi pagi sarapanku kebanyakan! " tolak Akira lembut.

"Ekhemm....Akira doank yang di tawarin! Aku nggak nih? " tanya Ades pura-pura merajuk.

"Tenang! Kan ada kakak Des. Kakak kan setia sama kamu! " ucap Kak Satriya sambil merengkuh bahu Ades possessive.

Dan Ades hanya tersenyum sambil menunduk malu.

Tanpa ada yang sadar, Akira merasa hatinya sangat miris. Bagaimana tidak?

Ades bisa menjadi pacar dari kakak kelas yang ia sukai. Sedangkan Akira? Tak akan pernah terjadi! Berharap saja dilarang, apalagi menginginkannya?

Dan rencana yang disusun oleh Kak Bagas tanpa pengetahuan Akira, berjalan dengan lancar. Tapi yang disayangkan, Kak Bagas harus berpura-pura dekat dengan Kak Laras.

Dan itu malah semakin membuat Akira sakit hati. Setiap melihat Kak Bagas dan Kak Laras 'apel', bagai ada jutaan jarum yang menusuk hatinya dan bagai seorang raksasa tengah memukuli kakinya dengan kuat hingga Akira tak kuat untuk berdiri.

Tapi apa mau dibuat? Akira hanya bisa pasrah dan menangis dalam.diam.

Hanya Adeslah teman terbaiknya yang selalu setia untuk menerima curahan hati seorang Akira.

Kak Alri menyadari kesesihan Akira langsung menarik Akira. "Ikut kakak! "

Kak Alri menggemgam pergelngan tangan dengan lembut tanpa memperdulikan tatapan tak suka dari Kak Bagas, tentunya. Kak Dika, Kak Yoga, Kak Rido.

Kak Alri membawa Akira ke rooftop. "Kakak tau kamu sedih! "

"Kata siapa? " elak Akira.

Kak Alri mencengkeram bahu Akira dengan lembut sehingga Akira dapat melihat kedua mata Kak Alri yang tengah menatapnya dengan intens. "Kakak tau kamu sedih gara-gara Bagas. Nggak usah bohong. Dari gerak-gerik kamu, cara kamu menatap Bagas dan cara kamu menatap Bagas ketika sama Laras itu tertera banget! "

Akira hanya menunduk dan terisak. Ia tak tau ada apa dengan dirinya. Kenapa dirinya menjadi sebodoh ini?

Kenapa dia jadi mengharapkan cinta Kak Bagas yang tak mungkin terwujud?

Kenapa dia harus jatuh cinta pada Kak Bagas?

Kenapa dia tidak jatuh cinta saja pada Kak Alri atau siapapun yang tak akan membuat Akira sakit hati?

Kenapa dia harus mengelurkan air matanya untuk Kak Bagas yang tak peka? Yang tak punya perasaan?

Semua pertanyaan itu muncul di kepala Akira hingga tak terbendungkan. Sampai menembus ubun-ubun.

Dan Akira mengeluarkannya dengan cara menangis sejadi-jadinya hingga ia bersimpuh di hadapan Kak Alri.

Kak Alri merasa bahwa hatinya terasa sakit melihat gadis kecil dihadapannya ini menangis.

Otak Kak Alri menuntunnya untuk ikut bersimpuh untuk membangunkan Akira.

Grep...

Seketika itu juga Kak Alri membawa Akira kedalam pelukannya.

"Menangislah sepuasmu Akira! Ada kakak disini. Ada kakak yang selalu ada di sampingmu. Kakak akan mendukungmu. Menangsilah dan luapakan semua yang terjadi sekarang ini. " ucapnya sambil mengelus punggung Akira dan sesekali mencium rambut Akira yang menenangkan.

Akira pun menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kak Alri. Tak peduli dengan baju Kak Alri yang basah akibat air matanya. Yang terpenting sekarang adalah ternyata masih ada orang yang yang punya perasaan dan peka.

Akira mengeratkan pelukannya dan Kak Alri juga ikut mengeratkan pelukannya.

Angin, awan yang mendung, dan sedikit sinar matahari menjadi saksi kepasrahan Akira.

Ia tak tahu harus apa lagi. Biarkanlah waktu yang membantunya untuk melupakan Kak Bagas.

Yang terpenting sekarang, bagaimana melewati hidup tanpa harus memikirkan Kak Bagas.

DolLove[Tahap Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang