Chapter 8. Sebuah Pilihan

862 187 305
                                    

"Ada perbedaan antara suka dan cinta. Seperti kau yang menyukai bunga, mungkin kau akan memetiknya. Tapi kalau kau mencintai bunga itu, kau akan merawat dan menyiraminya setiap hari."

Maret, 02-03-2019

*****

Chan berdiri di depan rumah berlantai dua sejak 30 menit yang lalu. Itu rumah Rose yang merupakan putri tunggal dari keluarga Park, salah seorang pembisnis besar yang ada di Seoul.

Kehidupannya sangat mapan, tapi Rose cukup jauh berbeda dari gadis-gadis jaman sekarang yang gayanya kekinian. Dia hanya anak manja yang sederhana yang bahkan tidak memiliki keinginan untuk menjadi orang besar seperti ayahnya. Mungkin hal itu yang membuat Chan jatuh cinta padanya dan berani mendekatinya.

Kejadian tentang awal pertemuan mereka kini terlintas di pikiran Chan. Membuat pria itu tersenyum getir mengingat sekarang hubungan mereka bisa dibilang sedang renggang.

Sebenarnya itu terjadi karena Chan yang lebih dulu menghindar, merasa kecil dan bukan seorang pria yang bisa diandalkan. Terlebih saat mendengar ada pria lain yang sekarang sedang berusaha mendekati Rose. Pria yang jauh lebih matang serta mapan, yang mungkin bisa menjanjikan sebuah kebahagiaan. Sementara dirinya, hanya seperti pria berwarna abu-abu yang tidak memiliki tujuan.

"Kenapa hanya berdiri disitu dan tidak mengetuk pintu?" Rose rupanya sudah berdiri di teras rumah, berbicara dengan setengah berteriak.

Chan jadi salah tingkah. Ingin mengatakan dia hanya kebetulan melewati jalan ini, sepertinya itu sangat mengada-ada. Jadi Chan lantas berjalan mendekat ke arah teras dan melempar senyum terbaiknya. Dia masih mengenakan seragam kerjanya dari sekolah musik dengan atasan jas hitam dan celana yang senada.

"Kenapa baru muncul, memberi kabar saja tidak?" Rose bersungut lalu mengajak Chan duduk di kursi kayu yang ada disana.

Chan hanya memainkan jemarinya, memandangi halaman rumah itu yang menurutnya sangat indah. Seperti nama pemiliknya, luas halaman tersebut pun ditumbuhi oleh banyak sekali tanaman bunga mawar yang bermekaran disana.

"Kau marah karena aku bertemu pria itu?"

Pacarnya tidak pintar berbasa-basi, Chan jelas tahu itu. Dan Rose selalu saja membuat pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk bisa Chan jawab.

"Tidak merindukanku, tidak mau mengatakan apapun?" lama tidak mendapatkan respon apapun, nada suara Rose terdengar emosional.

"Bukan begitu...," Chan kemudian menoleh untuk menatap lawan bicaranya, "Kau kan tahu aku sibuk bekerja di dua tempat dan beberapa hari ini adikku sakit, jadi pekerjaan di cafe otomatis jadi menumpuk."

"Kau kan bisa menghubungiku setelah semua aktifitasmu selesai. Apa ponselmu rusak, atau bagaimana sih?" sindiran Rose sengaja dia ucapkan agar membuat Chan tidak banyak beralasan. Dia yakin Chan sengaja menghilang karena dia marah akibat dihantui rasa cemburu.

"Aku sedang berpikir...," Chan sedikit ragu saat mengatakannya, lalu menelan ludahnya dalam-dalam. "Hanya menyalahkan keadaan, merasa tidak pantas kalau aku terus mengganggu hidupmu. Kau layak untuk jadi seperti apa yang orang tuamu inginkan dan jangan membuatnya terhenti hanya karena ada aku."

Cafe UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang