"Selalu ada pertanyaan tentang bagaimana nanti, bagaimana masa depan, dan bagaimana akhirnya. Sadarkah kalau semua pertanyaan itu terhubung dengan takdir?"
March, 05, 2019
*****
Sean tidak tahu apa yang terjadi. Tapi begitu dia sampai di cafe, Byun pergi dengan membawa tas besar dan ketika Sean mengejarnya, Byun tidak mengatakan apa-apa selain hanya menoleh sebentar sebelum akhirnya pria itu masuk ke dalam mobil.
Cafe saat itu tutup lebih awal menjelang pukul 6 sore tanpa alasan yang jelas. Sean berpikir dia sudah harus menggantikan tugas Kai untuk mengepel lantai terlebih dahulu sebelum bertanya pada yang lain kenapa cafe harus tutup tidak di jam-jam biasanya. Lalu tanpa mau membuang banyak waktu lagi, pria itu segera mengganti pakaiannya kemudian berencana mengambil alat pel dan juga sebuah ember yang ada di dalam gudang.
Begitu Sean masuk, rupanya Kai sudah ada disana. Dia sedang berkutat dengan tumpukan perkakas usang lalu memasukannya ke dalam lemari kayu. Sedikitpun Kai tidak menoleh ketika menyadari kehadiran Sean yang kini telah berdiri di sampingnya.
"Sebaiknya kau beristirahat saja, hari ini biar aku yang bertugas."
Kai diam tidak menjawab, ekspresinya keruh. Sean lagi-lagi berpikir apakah ada tindakannya yang membuat Kai jadi kesal? Tapi seingatnya, dia dan Kai baik-baik saja sesiang tadi. Sean lalu mencoba mencari topik pembicaraan lain sambil berharap setidaknya Kai akan merespon pertanyaannya kali ini.
"Byun tadi pergi, kemana?"
Mendengar nama Byun disebut sekali itu, Kai langsung menoleh sambil tersenyum kecut.
"Biar saja dia pergi, biar saja seluruh dunia tahu tentang tindakannya yang merugikan orang lain. Biar saja, tidak usah pedulikan."
"Hey, jangan begitu...," Sean merengkuh bahu Kai sambil menatap sahabatnya itu dengan serius. Kemudian dia teringat akan pembicaraan bisik-bisik mereka di konter dapur tadi siang. "Sepertinya kita memang perlu berbicara empat mata."
Kai orang yang mudah luluh, terkesan keras namun di dalam hati sebenarnya dia orang yang lembut. Dan karena dia butuh teman untuk mencurahkan seluruh isi hatinya, Kai pun menurut saja ketika Sean mengajaknya ke teras belakang cafe sambil menikmati pemandangan kebun kecil yang ada disana meski matahari sudah sepenuhnya tenggelam.
Kebun itu dirawat rapi oleh Byun. Bahkan diantara ke 4 sahabat itu, orang yang paling rajin mencabuti rumput liar adalah Byun. Kai hanya kadang-kadang saja ikut membantu, itu pun dia bersedia kalau Byun sudah mengomelinya macam-macam.
Sedangkan Chan, dia itu tidak mungkin menyukai hal-hal semacam berkebun kecuali membedah luas segala sesuatu yang berhubungan dengan musik. Dia benci belalang, dia benci lebah, benci kecoa dan benci semua hewan yang masuk dalam kategori serangga. Byun juga seperti itu sebenarnya, tapi sejauh ini Byun masih dapat mengatasinya dengan baik.
Kemudian Sean, si bungsu itu isinya hanya berseliweran disana-sini. Atau kalau tidak, dia akan sibuk menghabiskan semua jajanan manis milik semua orang yang ada di dalam kulkas. Ketika Byun pernah membujuknya untuk ikut membantu membersihkan kebun, Sean sudah pasti akan beralasan bahwa dia tidak bisa menerima kehadiran hewan kecil melata yang bernama cacing. Benar-benar menyebalkan.
"Jadi, alasan cafe tutup lebih awal dan luka di bibirmu itu karena ada insiden percekcokan antara Byun dan kakak Soojung?" pertanyaan itu baru terlontar oleh Sean selesai Kai bercerita.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" Sean melanjutkan bertanya. "Tidak enak kan kalau salah satu dari kita ada masalah begini, Chan saja sepertinya belum keluar dari dalam kamar."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe Universe
Romance"Coba kalau kau jadi aku, apa yang harus kukatakan pada pria yang benar-benar menjaga dan melindungiku dengan baik selama ini? Apa mengucapkan berterima kasih saja itu sudah cukup? Jadi aku terus berpikir seberapa hebatnya aku sampai aku harus marah...