Chapter 2. Pertemuan

1.2K 231 360
                                    

"Sebuah kebetulan hanyalah cara unik Tuhan untuk mempertemukan kita."

February, 14, 2019

*****

[Pilih yang paling bagus kualitasnya tapi jangan yang terlalu mahal. Kalau bisa, ambil yang harganya serendah mungkin, yang diskonan]

"Yang seperti itu hanya ada di toko kakekmu! Sudah ya aku tutup dulu," memutuskan panggilan dari Byun, Sean keluar dari mobil dan setengah berlari menyeberang jalan untuk bisa sampai di toko buah langganannya.

Toko itu besar, paling besar diantara toko-toko buah yang lain. Sean mengambil keranjang berwarna merah kemudian membaur dengan para pembeli yang rata-rata adalah wanita.

Tugas berbelanja yang seharusnya dilakukan oleh Byun harus digantikan olehnya karena Byun sibuk melakukan tugas lain di cafe. Chan juga akan datang terlambat karena dia memang memiliki profesi lain sebagai seorang pengajar di sekolah musik. Kalau Kai yang melakukannya, pria itu pasti akan mampir dulu ke tempat lain atau malah sibuk berkenalan dengan gadis-gadis yang dia temui di dalam toko.

Kepala Sean menoleh ke kanan dan ke kiri, berpikir buah mana dulu yang kiranya harus dia ambil. Kemudian matanya yang jeli tertuju pada buah apel merah yang ada di sayap kanan ruangan. Dia lalu membaca sekilas kertas catatan kecil yang tadi Byun tulis disana. Dan benar, mereka memang membutuhkan sekitar 5 kg buah apel merah. Jadi Sean menenteng keranjangnya sambil berjalan ke arah kanan tapi tiba-tiba sesuatu mengenai sepatunya. Itu sebutir buah apel yang menggelinding jatuh entah dari mana. Sean langsung saja merunduk untuk meraihnya.

"Maaf."

Jari Sean tidak sengaja bersentuhan dengan jari-jari mungil yang sudah lebih dulu meraih buah apel tersebut. Saat menoleh, mata mereka beradu, sama-sama terkejut dalam kebekuan tapi Sean tidak mengatakan apa-apa setelah menegakan tubuhnya kembali bersamaan dengan pergerakan gadis itu.

"Tidak sengaja, maaf ya..."

"Tidak apa-apa."

Keduanya sama-sama merasa canggung, apalagi saat berdiri bersebelahan menghadap tumpukan buah apel yang tertata rapi dalam sebuah rak besar. Tidak hanya ada mereka berdua disitu, 3 wanita lain juga sedang sibuk mengisi keranjang belanjaan masing-masing sambil bercerita tentang kelakuan suami-suami mereka di rumah.

"Darimana kau tahu suamimu berselingkuh?" wanita pertama yang badannya paling kurus melirik wanita di sebelahnya.

"Aku menemukan cushion di dalam mobilnya, itu bukan milikku, jadi itu pasti milik wanita lain. Memangnya ada ya seorang pria memakai cushion hanya untuk penampilan mereka saat bekerja kantoran? Kalau pekerjaannya artis, itu bisa jadi. Tapi suamiku hanya bekerja di perusahaan finansial, perlukah memakai make up semacam itu untuk menagih para customer?" wanita itu menjelaskan dengan ekspresi geram, sorot matanya berapi-api sampai tidak sadar sebutir apel yang ada di tangannya nyaris remuk akibat terlalu kuat diremas.

"Jadi kemarin itu kalian ribut-ribut karena hal itu?" wanita nomor dua yang berambut ikal ikut bertanya. "Tapi kau masih mau menjatahnya kan?"

"Semalam memang dia memintanya, tapi aku bilang masukan saja itumu ke dalam lubang pintu."

"Serius kau begitu?" wanita ketiga ikut bersuara sambil terkekeh kecil merasa lucu. "Tega sekali kau ini."

Sean berharap saat itu telinganya berubah tuli, tapi gunanya telinga kan memang untuk mendengar. Dan karena di sampingnya ada seorang gadis yamg lumayan dia tahu, Sean berusaha acuh memasukan beberapa butir apel ke dalam keranjangnya sendiri.

Cafe UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang