"Coba kalau kau jadi aku, apa yang harus kukatakan pada pria yang benar-benar menjaga dan melindungiku dengan baik selama ini? Apa mengucapkan berterima kasih saja itu sudah cukup? Jadi aku terus berpikir seberapa hebatnya aku sampai aku harus marah...
"Hukumanyang paling kejamadalah membuatnya tersenyum menggila."
February, 16,2019
*****
"Apa-apaan dia?" pandangan mata Chan mengikuti kemana adiknya melangkah setelah turun dari lantai 3 dan berbaur dengan pelayan cafe yang lain.
"Apa?" Byun yang ada di sebelahnya ikut mengamati tapi tidak menemukan ada sesuatu yang aneh. Jadi dia menoleh ke arah Chan untuk sekedar meminta penjelasan.
"Kemeja coklat itu hanya khusus dipakai pada hari Minggu, kenapa sekarang dia memakainya?" setelah melepaskan sarung tangan cucinya, Chan memberi kode pada Sean untuk mendekat.
Saat itu Sean tengah merapikan salah satu meja yang sudah ditinggalkan pengunjung dan dia berjalan masuk ke dalam konter dapur lalu meletakan nampan yang dia bawa disana.
"Kau tidak amnesia kan, apa kau pikir ini hari Minggu?"
Pertanyaan itu sengaja Sean acuhkan, lagi pula ini masih terlalu pagi untuk memulai perdebatan yang hanya akan berakhir dengan dirinya yang kalah bicara. Mana pernah dia menang adu mulut dari Chan yang dia pikir kakaknya itu seperti telah menelan ratusan kamus sampai setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya sulit sekali untuk dibantah. Sean mengambil segenggam biji kopi pilihan dari dalam toples, kemudian memasukannya ke dalam rokpresso manual. Menurutnya pagi yang cerah ini perlu diawali dengan meminum secangkir kopi panas.
"Kemejamu, please...," Chan mencimit kemeja Sean di bagian pundak, gemas karena adiknya bersikap acuh setiap kali dia bicara. "Terlalu mencolok jika yang lain memakai warna putih. Cepat ganti!"
"Masih lebih baik aku tidak bertelanjang dada kan?"
Byun yang mendengar jawaban itu langsung menutup mulut berusaha untuk tidak tertawa. Membayangkan seluruh karyawan di cafenya bertelanjang dada, sepertinya mereka akan mendapat laba yang sangat besar setiap harinya. Tapi Byun tidak mau melakukan itu, abs-nya sudah hilang semenjak dia sering mengemil tengah malam kalau sedang tidak bisa tidur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sementara Chan yang emosian berubah geram, diputarnya bahu Sean seperti ingin mencincang wajah adiknya itu hidup-hidup. Tapi yang dia lakukan tidak lebih dari sekedar meremas-remas tangannya sendiri pada udara kosong sambil mengeratkan gigi-gigi depannya. Untung saja dia masih ingat bahwa pria tanpa ekspresi itu adalah adiknya yang menyebalkan.
"Pokoknya hari ini kau kena hukuman, itu sudah tercantum dalam pasal kedisplinan para karyawan di cafe ini!"
Sean bersiap ingin memprotes, mengatakan alasan bahwa kemeja putihnya masih di dalam keranjang dan belum sempat dia cuci. Apa mereka tidak ingat kemarin itu dia pulang kehujanan setelah pulang dari toko buah? Kemeja putih yang lain memang ada, tapi itu pun belum sempat disetrika olehnya. Jadi Sean memutuskan untuk memakai seragam yang ada saja yang menggantung di dalam lemari. Lagi pula apa bedanya antara kemeja coklat dan putih, hanya urusan warna saja kenapa mereka ribut sekali sih?