Chapter 7. Rindu

1K 207 390
                                    

"Aku membuat diriku tetap sibuk dengan segala hal. Namun ketika semuanya terhenti, aku kembali memikirkannya. Itu rindu?"

February, 27,02,2019

*****

Rindu memang tidak mengenal waktu dan batasan. Meski seseorang telah pergi jauh dari kehidupanku dan tahu bahwa dia tidak akan kembali seperti mereka yang sudah meninggal, bukan berarti aku akan berhenti merindukannya. Seberat itu, semenyakitkan itu memang...

Satu paragraf pendek itu berhasil Baechu tulis di dalam buku diary-nya. Kemudian dia menutupnya rapat-rapat, memilih menyibukan diri dengan melamun sambil menatap deretan foto Yunho yang tertempel di dinding kamar.

Dia sering bergumam sendiri menanyakan apa yang sedang pria itu lakukan disana, apa dia bahagia, apa dia tidak ingin kembali lagi ke dunia? Apa surga disana begitu indah sampai dia lupa akan semuanya? Semacam pertanyaan-pertanyaan bodoh yang tidak mungkin akan mendapatkan jawaban, sayangnya Baechu senang melakukan itu.

Nyatanya, secara perlahan rasa itu mulai berbeda dan dia baru menyadarinya sekarang. Dulu Baechu selalu menunggu dalam keadaan terdiam, menahan rindu tanpa ada seorangpun tahu. Hal-hal menyedihkan itu mulai berganti dengan hal lain. Seperti menunggu sambil bercerita, memandangi apa-apa saja yang dia suka, lalu tertawa.

Itu sudah terjadi lebih dari sebulan, sejak dia menerima seorang teman dan mulai berbagi cerita dengannya. Pria itu masih muda, bukan orang yang ceria, tapi sepertinya dia memiliki aura positif yang membuat pikiran Baechu semakin terbuka.

Baechu ingat ketika pria itu mengucapkan kalimat dengan ekspresinya yang serius, bahkan alis tebalnya saat itu nyaris menyatu.

"Jangan lagi menunggu, lepaskan..."

"Jangan sok menasehatiku!"

Mood Baechu jadi jelek seketika, tapi mereka masih melanjutkan makan ramen berdua di kedai tanpa ada lagi yang berani bersuara. Sean menuangkan segelas air putih, membantu meniupi ramen milik Baechu yang masih panas, atau tiba-tiba saja dia menyodorkan sapu tangan saat Baechu sudah selesai makan. Sayangnya kebaikan itu tetap tidak bisa merubah kekesalan Baechu akibat ucapannya yang terdengar lancang.

Memangnya menunggu itu dia anggap seperti tindakan kriminal? Merugikan orang lain saja tidak kan, jadi Baechu berpikir apanya yang salah?

Sesampai mereka di rumah, Baechu langsung saja masuk ke dalam kamar, mencoret-coret buku diary-nya karena kesal dan membiarkan Sean duduk berdua bersama ibunya di ruang tengah.

Cafe UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang