Selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu. Itu yang sejak dulu aku yakini. Berlaku untuk semua hal. Entah itu dalam arti baik mau pun buruk. Dan sudah sejak dulu, aku selalu mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan melakukan 'hal pertama' untuk sesuatu yang buruk. Yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tak pernah terpikirkan oleh akal waras seorang bawahan. Atau yang kemudian aku sebut disaster.
"Mars, kamu sudah siap kerja?" tanya si boss.
Kakinya yang panjang-panjang seperti galah buat nyolong mangga itu, terulur di atas meja kerjanya. Tangannya sibuk membolak-balik majalah Playboy.
Lagi-lagi, aku merasa si boss yang satu ini tidak punya tata krama. Oke lah aku bawahannya. Dia the great boss-nya. Bukan berarti dia bebas berbuat apa saja, 'kan? Termasuk dengan berlaku samina-mina ee waka-waka ee begitu (baca: semena-mena). Itu malah membuat nilai minusnya semakin bertambah-tambah saja di depanku.
"Siap, Pak," jawabku seraya mengatur map-map pekerjaan di atas meja kerjaku.
Aku baru saja mulai mempelajari penawaran-penawaran kerja sama lama dari vendor untuk menjadi rekanan bisnis The Maintenance Experts, perusahan tempatku bekerja ini.
Sebagai perusahaan yang sedang naik daun di bidang penyedia jasa dan produk berupa software maintenance untuk perusahaan tambang, manufaktur, hotel, restoran dan banyak lagi yang lain, serta dengan pengguna lebih dari 12.000 perusahaan di seluruh dunia, tak heran bila penawaran untuk bekerja sama datang dari berbagai pihak. Seperti air terjun banyaknya. Deras. Mengalir cepat. Salah satu tugasku kelak membantu boss memilah-milah, mana penawaran yang benar-benar kemudian dapat menguntungkan perusahaan dan mana yang harus dibuang ke tong sampah.
Si boss melirikku dari meja kerjanya.
Meja kerjaku memang tidak begitu jauh dari meja kerja si boss. Hanya terhalang dengan sebuah pintu kayu dan dinding penyekat di kiri kanannya. Kalau pintunya terbuka, maka si boss akan bisa langsung melihat ke arah meja kerjaku.
"Tolong buatkan kopi dulu, setelah itu saya akan kasih kamu pekerjaan lain," pintanya.
"Baik," ucapku singkat.
Aku melangkah ke arah pantry yang tidak berada jauh dari ruanganku dan si boss. Menyeduh kopi dari sebuah coffee maker, lalu kembali ke ruangan.
Meletakkan kopi yang masih mengepulkan asap itu di atas meja si boss yang telah bebas dari kakinya, lalu berupaya melenggang pergi.
"Tunggu." Si boss mencekal lenganku. "Tunggu di sini dulu."
Aku menunggunya selesai menyesap kopinya dengan nikmat sambil melirik halaman majalah yang penuh wanita-wanita cantik dengan baju kurang bahan di bagian-bagian tertentu itu.
"Kamu tahu, Mars. Sebagai PA kamu bukan hanya akan mengerjakan pekerjaan kantor. Tapi juga membantu untuk mengurus keperluan-keperluan pribadi saya."
"Iya, saya mengerti. Pak Ethan sudah menceritakan sepintas apa tugas-tugas saya itu."
"Bagus. Tumben anak itu perhatian sama karyawan saya ...." gumamnya.
Dia terdiam sejenak. Lalu menatapku dengan senyum miring.
"Hari ini Jumat. Tunangan saya biasanya mampir ke kantor untuk sekedar say hi atau make out dengan saya...." bisiknya.
Sampai di sini kurasa telingaku mulai memerah. Risih.
"Kamu bisa bantu saya?"
"Hah? Bantu apa, Pak?"
Aku terlonjak. Shock! Coba bayangkan, bantuan seperti apa yang bisa aku berikan untuk boss yang mau make out sama pacarnya? Ngasih pemanasan dengan nari striptis di depan dia? You wish, boss!
Dia mereguk kopinya sampai tandas tak bersisa. Lalu menatapku lagi dalam-dalam.
"Persediaan saya sedang habis. Tolong kamu ke basement, di situ ada mini market Betamart. Kamu beli satu pak kondom Feelmax. Boleh rasa apa saja."
Aku melongo. Nyaris saja mulutku dimasuki laler ijo kalau tidak buru-buru kututup beberapa menit kemudian.
"Ap-apa ...? Kon ...." Aku nyaris menjerit kalau saja si boss tidak segera membekap mulutku.
Mataku melotot.
"Biasa aja kali. Nggak usah teriak-teriak begitu!" ucapnya sambil terkekeh dan mengerling ganjen.
Membiarkanku memikirkan sendiri, bagaimana cara melaksanakan tugas pertama paling ajaib mandraguna yang pernah aku terima itu.
Duh, please lah. Beli kertas sejuta rim ke Papua masih bisa kujalani dengan hati lapang. Nah ini, beli sepak karet pengaman pesanan boss gelo itu tanpa dipandang nyinyir sama si mbak-mbak di Betamart, bagaimanaaaa caraaanyaaa???
****
Fiuuh!!
Hari ke dua berlalu. Masih jadi deadliner karena sesiangan tadi bukannya nulis, nyonya malah maen detektip-detektipan. Bwahahaha.... ^___^
Yodah silakan dibaca dan dihayati ya.
Jangan lupa komen, kritik atau saran, juga bintang cantiknya kalo berkenan.
Nyonya mo lanjut ngayal buat chapter 3 besok! wkwkkw.....
muaaacchhh lope lope
NM
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)
Literatura Feminina"Mulai besok, kamu pakai baju yang worthed untuk gaji mahal yang akan saya keluarkan untuk bayar kamu. Minimal, pakai lah rok mini. Jangan daster begini!" ~Si Boss~ "Aku ke sini untuk kerja. Bukan untuk show off atau sedang pagelaran busana, bukan...