Chapter 20 - Who Do You Think You Are

16.6K 1.1K 23
                                    

CM?

Celline Marcelina?

Tunangan si bos itu ngirimin pesan singkat nyuruh aku pesenin dia tiket?

Nggak pakai ba-bi-bu, permisi, selamat malam, kulo nuwun, assalamualaikum atau apa lah salam yang biasanya diucapkan orang normal?

Ditambah lagi, saat ini aku sedang cuti. Bukan liburan pergi belanja-belanja atau foya-foya naik kapal pesiar. Tapi karena aku baru mengalami kedukaan! Jangan lupa, sekarang ini sudah malam. Pukul 22.15. Setahuku, malam adalah waktunya untuk tidur. Mengistirahatkan tubuh dan jiwa dari segala kepenatan setelah beraktifitas seharian.

Harusnya dia tahu itu, kan? Atau apa dia hidup hidup di planet yang lain?

Hanya karena dia adalah tunangan si bos yang notabene pemilik sekaligus direktur utama TME, apa dia pikir dia bisa bertindak seenak udelnya sendiri? Kalau pun aku membantunya, itu lebih karena aku menghormati dan menghargai Pak Bryan Krisnautama, bosku.

Kepalaku mendadak berdenyut.

Beberapa saat aku terdiam menatap benda pipih persegi yang menyala di depanku itu.

Balas. Lupakan. Balas. Lupakan. Balas ....

Tahu-tahu benda pipih itu sudah terlepas dari genggamanku. Seperti mantra yang dirapalkan mister Bean dengan menghitung domba di kandang sebelum tidur. Dan aku berhasil.

Terlelap.

*****

Berpamitan dengan mama dan Rima, aku melihat guratan kesedihan masih membayang di ke dua wajah wanita yang teramat kusayangi itu.

Apalagi Rima.

Sekali pun tugasnya untuk menjaga dan merawat orang tua kami sudah berkurang satu orang sekarang. Tetap saja, dia masih kelihatan belum rela.

Beberapa hari ini, aku terus menguatkan dan membesarkan hatinya. Kesedihan karena kehilangan orang yang sangat dikasihi, membuatnya enggan untuk kembali kuliah. Tapi aku memaksa. Hidup harus terus berjalan. Sesulit dan sepahit apa pun yang harus dilalui.

Itu sebabnya hari ini aku bertekad untuk kembali bekerja. Sekali pun si bos memberiku cuti satu hari lagi.

Aku sedang membereskan meja kerjaku dan meneliti beberapa jadwal pertemuan pak bos saat aku menghirup aroma kopi hitam yang kental.

"Morning, Mars. Getting better?"

Spontan aku berdiri, memberikan senyuman pada orang yang berani membayarku 3x dari penghasilanku sebelumnya itu.

"Pagi, Pak. I am very well, thanks," balasku.

Si bos tersenyum menatapku. Sambil mengangguk, ia menepuk-nepuk punggungku. Setelah itu dia melenggang menuju meja kerjanya sendiri.

"Hola Marsha, lo udah datang? Very good!  Tiket sudah dipesan?"

Belum sempat aku membuka mulut, pretty woman itu sudah memburu masuk ke kantor tunangannya.

"Sayang, kamu beneran nggak mau ikut ke Paris? Ini buat hunting baju pernikahan kita, lho."

Dari luar sini aku mendengar suaranya yang dibuat-buat manja itu. Aku menggaruk telingaku yang tak gatal. Gadis itu kemudian mulai menggelayut ke lengan pak bos yang menggeleng perlahan seraya membuka sebuah map di atas mejanya.

"Tapi, kan kamu sudah janji?!"

"Not, now Celline. I'm sorry. I have many things to do here. You'd better go with your friend instead."

Kudengar pak bos masih berkeras menolak. 

Celline bergerak menuju pintu dengan bibir melengkung ke bawah dan wajah kaku. Dia menghampiriku.

"Mana tiketnya?! Sudah dipesan?! Kan dari semalem gue udah text lo, ya!"

"Tadi malam saya sudah tidur," desisku sambil terus memainkan tetikus, melanjutkan membuat slide demi slide presentasi. 

"Heh! Lo itu kalo ngomong sama gue, lihat muka gue!" Celline menaikkan suaranya. Dia mendorong bahuku kasar dengan ujung jarinya yang panjang dan bercat kuku merah. 

Aku mendongak. Menarik napas dalam-dalam. Menatapnya tajam.

Memangnya dia pikir dia itu siapa membentakku seperti tadi?

"Maaf, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" ucapku berusaha sedamai mungkin. Tersenyum. Padahal di dalam sini rasanya sudah pengin gigit kaki meja.

Tahu nggak, sih? Menahan sebal itu hampir sama dengan menahan kentut. Sama-sama bikin sakit perut. 

Celline mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kecilnya, kemudian melemparkannya ke atas meja kerjaku. ID Card dia.

"Pesankan untuk Sabtu ini! Jam yang paling awal! Business Class!" serunya lalu berbalik. 

Dia kembali ke ruangan pak bos lalu menutup pintu di belakangnya hingga terdengar bunyi berdebum yang keras.

Terlalu keras hingga getarannya sedikit mengguncang harga diriku.

Terlalu keras hingga getarannya sedikit mengguncang harga diriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Selamaat hari kamis, Manisss.... ^__^

Ini apdet nyonya yang pertama hari ini, yes? 

Semoga segera bisa nulis lanjutannya untuk apdet hari ini juga

Terima kasih sudah selalu menanti apdetan nyonyaaa... terharu loh nyonya tuuh... uhukk!

Happy reading!

Muaacchh muaacchh lope lope

NM


What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang