Incubus 1

13.5K 972 94
                                    

Dain duduk terdiam di kamarnya yang gelap dan sepi, belakangan ini ia merasa kalau sesuatu sedang terjadi padanya. Ia merasa kalau ada serpihan-serpihan masa lalu yang tidak ia ingat. Jarum jam sudah menunjuk pada angka 8, ia masih tidak mau mengistirahatkan tubuhnya yang lelah itu, bukan tanpa alasan, tapi wajah pria bernama Taehyung dan Jungkook itu terus berterbangan di kepalanya, bahkan rasanya kepala Dain nyaris pecah.

Masalah Axton, seminggu ini kedekatan mereka semakin harmonis saja, bukan hanya dengan Axton, tapi berkat si kecil itu Dain juga menjadi dekat dengan Taehyung. Setiap harinya Taehyung dan Axton akan menjemput Dain saat pulang dari Rumah Sakit, awalnya Dain merasa sungkan, tapi Taehyung berhasil meyakinkannya. Kalau semua itu, ia lakukan hanya untuk sang putra yang setiap hari merengek, meminta bertemu dengan Dain setiap waktu.

Karena Axton pula, hidup Dain yang semula hanya berwarna monokrom kini jadi lebih mirip pelangi. Axton membawa pengaruh besar pada hidup Dain terlebih senyumannya. Dan masalah pasien kejiwaan itu? Sudah seminggu ini Dain tidak mau menanganinya, bukan karena ia takut. Tapi, setiap ia dekat dengan pria itu. Dain pasti akan merasa sangat pusing, kepalanya sakit, dan itu mengerikan.

Tok... Tok... Tok...

" Dain? Sayang, kau sudah tidur, nak? " Suara ketukan pintu dan aksen kental itu terdengar memenuhi telinga Dain.

Cepat-cepat ia bangkit, menghidupkan lampu, dan membuka pintu. Tersenyum simpul melihat sang Ibu berdiri di luar sana.

" Ada apa Eomma? " Tanya Dain.

" Ada tamu, di bawah. Ia mencari dokter Song. Turunlah cepat. " Kata Nyonya Song.

" Tamu? Nuguseyo? Semalam ini? " Dain mengernyit bingung.

" Turun dan lihat saja, sepertinya dia sangat membutuhkan bantuanmu. " Nyonya Song tersenyum lalu menepuk pundak putrinya.

Dengan rasa penasaran yang amat besar, Dain melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Ia bisa melihat, seorang wanita paruh baya tengah duduk membelakanginya di ruang tamu, ditemani oleh Nyonya Song.

Terlihat jelas kalau bahu wanita itu sedang bergetar hebat, ia pasti menangis. Terbukti, karena Nyonya Song nampak beberapa kali mengelus punggung lemah itu.

" Permisi Nyonya, Anda mencariku? " Tanya Dain saat ia berhasil berdiri di samping wanita itu.

Wanita itu segera menoleh, mata basahnya menatap langsung pada obsidian Dain. Ia menangis makin keras dan bangkit lalu memeluk Dain dengan berderai air mata. Dain sempat terhuyung mundur sedikit sebelum ia secara reflek membalas pelukan wanita itu, tapi ia juga masih bingung.

Siapa dia? Apa maunya? Kenapa memeluk Dain? Dan kenapa ia menangis?

" Hiks... T... Tolong... " Dain semakin tidak mengerti mendengar perkataan wanita itu.

" Tenanglah, katakan dengan jelas. Apa yang bisa kubantu untukmu? " Ucap Dain selembut mungkin sambil mengelus punggung yang bergetar itu.

" Hiks... A.. Aku Jeon Hyekyung. Kau ingat, seminggu yang lalu kau menangani pria penderita munchausen syndrom kan? Hiks... Dia putraku, dokter. Aku sangat terkejut karena dokter Rumah Sakit bilang kau sudah tidak mau lagi menangani putraku.. Hiks... Beberapa hari lalu aku membawanya pulang, aku ingin dia dirawat di rumah. Tapi itu tidak menambah baik keadaannya... Hiks.. Dia makin sering menyiksa dirinya sendiri, berteriak, bahkan nyaris bunuh diri... Hiks... Dokter tolong... Bantu putraku untuk sembuh, dia adalah putra tunggalku... Aku tidak bisa melihatnya seperti ini.. " Isaknya yang berhasil membuat Dain langsung mengerti. Wanita itu adalah Ibu pria bernama Jungkook itu.

" M... Maaf Nyonya, tapi aku akan memikirkannya lagi. Atau, aku bisa meminta rekanku untuk membantu putramu.. " Dain memegang bahu wanita itu.

" Sudah kucoba, semua dokter! Bahkan pskiater termahal sekalipun.. Tapi mereka tidak bisa, hiks... Tolong... " Wanita itu jatuh terduduk menyapa lantai, tenggelam dalam tangisan pilunya.

" Sayang~ tolonglah.. " Ucap Nyonya Song yang kini berusaha menenangkan wanita bernama Hyekyung itu.

" Hiks... Kumohon... Tolong Jungkook.. " Seketika itu raut wajah Nyonya Song berubah.

Ia menatap wajah Dain yang mulai memucat tapi ia masih susah payah untuk tetap berdiri karena tidak bisa dipungkiri, mendengar namanya saja mampu membuat tubuh Dain bereaksi keras.

" Tinggalkan saja alamatmu... Setelah itu pergi dari sini! " Kata Dain terkesan datar.

Wanita itu segera mengangguk patuh, menyerahkan sebuah kartu nama lalu pergi dari sana. Dain masih mematung, mendadak telinganya berdengung.

" Tapi kau tau? Rasanya aku tidak akan jatuh cinta pada mereka. "

" Kenapa? "

" Karena aku sudah jatuh cinta padamu lebih dulu. "

Dain segera berjalan menjauh dari sang Ibu, tidak ingin Ibunya cemas dengan keadaannya. Dengan langkah limbung ia berjalan pelan menaiki anak tangga.

" Sayang, kau baik-baik saja? " Tanya Nyonya Song cemas.

Dain tidak bisa mendengar suara Ibunya, hanya dengungan nyaring yang mengganggu, tapi ia juga tidak berhenti, terus menaiki anak tangga sambil meringis kesakitan. Sampai pada pijakan ketujuh. Tubuh Dain limbung, rasanya ia hampir mati. Mata Dain terpejam sempurna, tubuhnya tumbang dan jatuh menuruni anak tangga sebelum berakhir di lantai dasar dan mencetak sebuah luka di keningnya karena terbentur pinggiran anak tangga.

Nyonya Song memekik, dan segera bersimpuh di samping tubuh sang putri yang tergeletak tidak berdaya.

" Hiks... Sayang!! " Teriaknya yang berhasil mendatangkan Jong Il.

" Astaga, Dain?! Apa yang terjadi? " Ujarnya yang segera membopong tubuh sang putri.

" Hiks... Aku juga tidak tau... Aku akan panggil dokter. " Kata Nyonya Song.

" Tidak perlu. Aku akan memanggil Jin. "

.
.
.

Cahaya menyilaukan masuk menembus kelopak mata Dain. Perlahan wanita itu membuka matanya, mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum kesadarannya kembali dalam hitungan detik.

Dain menatap sekeliling sebelum duduk dan menghela nafas. Ia pikir, pasti ia hanya kelelahan sampai akhir-akhir ini ia sering merasa pusing. Dain mengerang frustasi dan memkik saat ia menyentuh sebuah plester di keningnya.

" Haah.... Sepertinya aku butuh libur. " Dain bersandar pada headboard lalu menatap kartu nama wanita semalam yang berada di nakasnya.

Ia meraihnya, membacanya berulang kali lalu mendesah pasrah. Sebelum suara ponselnya berhasil membuatnya sedikit berjingkit kaget. Tanpa melihat nama ataupun nomor yang tertera di sana, Dain segera mengangkat panggilan itu.

" Yeobseyo? "

" Keluarlah, aku di depan rumahmu. "

Suara itu! Dain segera menjauhkan ponselnya dan melihat nama yang tertera di sana. ' Kim Taehyung '. Dain segera melompat dari ranjang, dan berlari menuju jendela, membuka gorden dan benar.

Taehyung berdiri di depan gerbangnya bersama si kecil yang sibuk menggoyangkan pagar tinggi Dain dan terlihat sedang berteriak.

" Sekarang kau percaya. Ck! Cepatlah, jangan membuat Axton menunggu! " Ujar Taehyung melalui ponsel tapi ia juga menatap Dain yang sibuk melongo dari dalam kamarnya.

" Aish... Geurae! "[....]





































Hai... Ada yang kangen cerita ini.. Atau kangen Ken gitu? :")
Ken sibuk ga bisa move on dari work ini masa :") so this is the sequel, masih permulaan jadi Jeykey belum nongol 😅😅

Vomment ya, buat pelaris haha... 😂😂😂😁

Incubus [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang