Pagi tiba, dan Dain juga kembali menginjakkan kakinya di kediaman mewah keluarga Jeon. Ia berjalan menaiki anak tangga sebelum seorang wanita membuat Dain berhenti melangkah. Wanita paruh baya itu nampak keluar dari kamar Jungkook dengan wajah lesu dan nampan berisi makanan di atasnya.
“ Kenapa? ” Tanya Dain.
“ Tuan muda, tidak mau makan, Nyonya. Aku sudah membujuknya, tapi dia terus diam dan menatap kosong keluar jendela. ” Dain tersenyum kemudian meraih nampan itu, aku yang akan memberikannya.
Ia membuka pintu kamar Jungkook lalu tersenyum menatap punggung lebar yang tengah memunggunginya itu.
“ Selamat pagi, bagaimana keadaanmu? ” Dain meletakkkan nampan itu di samping tubuhnya kemudian duduk di sisi Jungkook.
“ ... ” Tidak ada jawaban, Jungkook hanya menatap Dain kosong.
“ Kau belum sarapan kan? Ayo, makan. ” Dain mulai menyodorkan sesendok nasi ke bibir Jungkook.
“ Aku tidak lapar. Aku tidak ingin makan! ” Pria itu membuang muka.
Dain menghela nafas panjang kemudian menatap jam dinding. Kemudian meletakkan sendoknya kembali.
“ Tidak apa kalau kau tidak mau makan. Sekarang, ayo ikut aku. ” Dain berdiri, berjalan menuju lemari dan meraih sebuah mantel tebal yang ia yakin milik Jungkook.
Ia menuntun Jungkook agar berdiri, memakaikan mantel itu pada tubuh kekarnya, merapikan rambut Jungkook yang sedikit berantakan lalu menggandeng lengan Jungkook.
Jungkook tidak menolak, hanya diam layaknya patung. Ia masih tetap diam dan mengikuti kemanapun langkah Dain membawanya.
“ Nyonya? Anda mau kemana? ” Tanya seorang wanita saat Dain berhasil membawa Jungkook keluar kamar.
“ Aku akan bawa dia untuk menenangkan pikiran. Katakan pada Nyonya Hyekyung dia bersamaku, kami tidak akan lama. ” Jelasnya.
“ Kalau begitu, saya akan mengantar Anda. ” Kata seorang supir pribadi keluarga Jeon.
“ Baiklah. ” Dain tersenyum lalu melangkah bersama Jungkook, mengikuti supir itu.
.
.
.Dan di sinilah mereka sekarang, duduk di rooftop Rumah Sakit sambil menatap pada hamparan gedung-gedung tinggi di pusat kota. Satu jam berlalu, dan Jungkook masih diam, membiarkan kakinya menggantung ke bawah dan menatap kosong pada gedung-gedung tinggi yang indah di sana.
Dain merapikan rambutnya yang beberapa kali tertiup oleh semilir angin yang sengaja menggodanya.
“ Kau tau Jungkook? Ini adalah tempat favoritku selama 4 tahun belakangan ini. Saat aku merasa lelah, kacau, atau sedih, aku pasti akan duduk diam di sini seharian dan mengunci pintu agar tidak ada yang menggangguku. ” Dain menatap Jungkook dari samping.
“ Mungkin aku tidak mengenal siapa kau dengan baik. Tapi, kita bisa berbagi cerita. Kita juga bisa berbagi tempat ini, kapanpun kau mau, kau bisa datang kemari. ” Dain merogoh tasnya, meraih sebuah kunci lalu memberikannya pada Jungkook.
“ Itu adalah kunci rooftop, sekarang, hanya kita berdua yang memiliki kunci ini. Dan, kita berdua juga yang bisa sampai kesini. ” Jungkook menatap kunci di tangannya sesaat lalu kembali memfokuskan padangan kosongnya pada hamparan gedung di depannya.
“ Jungkook- aah, menurutmu, kenapa manusia berjalan maju? Padahal mereka bisa kan berjalan mundur? ” Dain mengikuti arah pandangan Jungkook sambil mengayun-ayunkan kakinya.
Jungkook mengernyit, ia menatap Dain datar.
“ Bodoh! Tentu saja kita akan jatuh kalau kita berjalan mundur! ” Sarkasnya lalu kembali menatap ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incubus [JJK]
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] *** E-book tersedia, bisa dibeli kapan saja *** Jungkook tak pernah mengira kalau ia akan dibuang ke bumi dan terasingkan. Juga membuatnya berada dalam situasi yang membuatnya berdiri di atas 2 pilihan, antara hidup atau mati. Memi...