Poison In Love Part 12

14K 735 15
                                    

***

 “Berbagai persepsi tentang cinta hadir di hidupku. Namun hanya cintamu yang mampu membuatku bertahan. Bertahan dengan setiap derita, air mata, nestapa bahkan untuk setiap luka. Karena bagiku, cintaku padamu seperti semilir angin yang menyejukkan raga. Kau tak dapat melihatnya, namun kau jelas bisa merasakannya. Selalu ada kegilaan dalam cinta. Begitu pula dengan kita. Tapi percayalah aku tetap memiliki alasan untuk menjadi gila dalam cintamu.”

***

Dentuman suara keras benar-benar tak terelakkan dari tempat ini. Musik menggema menggetarkan dinding-dinding merah gelap yang mengukung tempat bertabur maksiat. Hentakan-hentakan kaki di lantai disko serasa tak ada henti-hentinya. Gelombang suka cita membaur dalam asap rokok yang mengepul. Penuh gairah, penuh semangat, hentakan musik juga terasa menggetarkan tubuh, mengirim getaran-getaran aneh yang memaksamu untuk terus larut dalam goyangan-goyangan erotis. Tanpa lelah, tanpa kenal puas. Uuuhh… Malam yang sempurna.

Naemi berdiri tepat di ambang pintu Ellui Club. Diskotik mahal yang menawarkan suguhan-suguhan duniawi yang menyesatkan. Kemudian bila kau mati nanti, diskotik inilah yang menjadi salah satu penyebab yang akan menyeretmu masuk kedalam neraka. Riuh kesenangan tak pernah beranjak dari tempat ini. Dari awal diskotik ini buka di malam hari, suasana yang semakin panas akan terasa di saat pagi hampir menjelang. Naemi menghembuskan nafas beratnya untuk yang kesekian kali. Nyatanya ia kembali ketempat ini lagi. Tapi bukan untuk menjemput suaminya. Ini murni tuntunan kaki-kaki mulusnya semenjak ia kembali menginjak tanah Seoul.

Disinilah dia sekarang, di sebuah tempat yang menjadi awal kehancuran baginya. Tempat yang membuat hidupnya gelap seperti  warna tempat ini. Naemi memutuskan kembali ke Seoul siang itu juga. Ia memanfaatkan waktu yang ada untuk terbang sendiri ke kota ini. Kota yang tak pernah indah seperti pemikirannya. Kota yang membawanya pada kesengsaraan hidup sebagai seorang wanita. Naemi memantapkan langkah-langkah kecilnya yang masih terseok. Tangan kanannya erat memegang koper yang ia bawa dari Jeju. Ia tak kembali kerumah itu. Ia juga tak datang kerumah orang tuanya. Ia memilih tempat ini. Tempat ini. Untuk mengakhiri semua yang telah bermula dari tempat ini. Naemi melangkah. Ia tak lagi peduli dengan setiap orang yang memandang dirinya. Tidak. Ia tak lagi peduli dengan semua orang itu, karena tak ada satu pun dari mereka yang pernah peduli padanya.

Langkah kecilnya membawanya untuk datang dan menghampiri meja bar yang berada di sebelah kiri lantai dansa. Dengan sebuah tangga vertical yang dapat menghubungkan lantai itu dengan lantai atas tempat DJ dan beberapa orang pelacur tengah bergoyang mengikuti dentuman musik yang di ciptakan DJ itu. Ia benar-benar ingin berada di tempat ini. Menghabiskan malam panjang seperti mereka-mereka yang telah terlebih dahulu hanyut dalam gelora malam yang di tawarkan tempat ramai yang tak akan pernah membiarkan dirimu tenggelam dalam nestapa sebuah kesedihan. Naemi menyunggingkan sedikit senyumnya. Ia mengenal wanita seksi dengan gaun minim yang tengah duduk sambil menumpangkan kaki paha kanannya di atas paha kiri.

“Haii..” Naemi menyentuh pundak wanita itu. hingga membuat wanita itu refleks menoleh kebelakang.

“Kau—kau—“

“Apa kabar?” Tanya Naemi, tanpa memperdulikan mata bulat wanita yang kini tengah melotot memandangnya.

“Na—Naemi. Kau nyonya Cho itu ‘kan?” Naemi hanya mengangguk. Kemudian menempati kursi kosong di sebelah wanita itu. Song Eun Seo menatap tak percaya wanita yang duduk di sebelahnya. Ia mengenal wanita itu. Pandangan Eun Seo beralih pada koper yang sengaja di letakkan Naemi di belakang kursinya. Wanita bar itu mengerutkan keningnya. Ia meluaskan pandangannya mengelilingi bar. Mencari sesosok pria yang biasanya menjadi alasan bagi wanita yang berada di sebelahnya ini menginjakkan kaki di tengah pesta malam yang tak pernah libur ia datangi.

POISON IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang