8

791 92 25
                                    

Atas kedatangan Jessica dengan kondisi yang sedang tidak baik itu telah membuat rapat dengan direksi perusahaan Kris bisa dibilang kacau. Meskipun titik poin berhasil dirembug dengan baik, tetap saja para petinggi perusahaan menyayangkan Kris yang selalu cekatan justru barusan banyak melamun dan lelet mengambil keputusan. Akhirnya, schedule semua orang menjadi berantakan.

"Kau terpaksa melewatkan jadwal pemeriksaan laporan bulanan, pak" ungkap Irene sekeluarnya mereka dari ruang rapat.

"Aku bisa mengecek ketika tiba di sekolah" jawab Kris menggampangkan.

"Tapi pak..." Irene tiba-tiba meragukan Kris melanjutkan tugasnya sebagai mentor kelas khusus.

"Sudahlah nona Bae, aku tidak mau mendengar apa-apa lagi. Segalanya baik-baik saja sejauh ini. Aku sekarang harus menemui Jessica"

Irene menelan getir. Selalu saja Jessica yang menjadi perhatian utama Bos-nya itu diantara masalah genting lainnya. Ia tidak suka ini.

"Oh ya, karena lusa boot camp kelas khusus sudah dimulai, seperti yang kusampaikan pada rapat tadi, maka kau harus bisa mengawasi Donghae dengan baik. Aku tahu dia bagus, tapi jangan biarkan ada celah selama memimpin perusahaan. Kau bisa menemuinya sekarang untuk memberinya beberapa pelajaran. Mengerti?"

"Nde~" jawab Irene pasrah

"Dia juga masih single, siapa tau kalian berdua cocok" goda Kris membuat Irene harus memutar mata muak

"Berhentilah selalu menjodohkanku dengan pria yang kau bilang single itu. Sadarlah, anda yang justru membutuhkan pendamping sekarang" balas Irene

"Woah, nona Irene kau mulai lancang lagi—dengar, jika pun aku mau menikah sekarang. Aku bisa saja. Ini hanya soal kecocokan dan pilihan. Kau lupa setampan apa diriku? Belum lagi aura karismatik dan bakat yang ada pada diriku, semua wanita bertekuk lutut"

Mendengar narsistik bos yang tidak karuan, Irene bisa tetap santai dan terus berjalan mengekorinya. Sudah terlalu membudaya.

Kemudian...
"Bagaimana jika aku melamarmu?" Kali ini langkah Irene terhenti, ia seolah terkunci. Apalagi Kris sudah berjalan mendekatinya.

Sekujur tubuhnya merasakan kaku.

"Bagaimana?" Sepasang mata tajam Kris maju lebih dekat lagi memperkecil jarak dengan wajah Irene yang bersemu dan memanas itu.
...
..
.
"Kau pasti akan menjawab YA. Siapa juga yang akan menolak pria sempurna sepertiku" Irene lega ketika Kris akhirnya memalingkan wajahnya dari dirinya. Ia mungkin kecele karena sudah sempat menganggap kalimat 'melamar' dari Kris adalah sebuah kesungguhan.

Bodoh!

"Aisssh, aku justru akan menjawab tidak jika dilamar olehmu! TANPA RAGU sedikitpun" Volume suara Irene meninggi "wanita mana juga yang tahan dengan sikapmu yang menyebalkan" tekan wanita itu lagi sambil berjalan cepat meninggalkan Kris di belakangnya yang kembali tercengang dengan sikap sekretarisnya itu

"Nona Bae, kau—"

"Kris!" Ia urung melepas kesalnya pada sang pemancing amarah itu. Jessica sudah memanggilnya dan kini berjalan mendekat.

Diam-diam Jessica menyaksikan pertengkaran manis menggemaskan antara Kris dan Irene. Namun itu justru mengusiknya.

"Aku baru saja ingin menemuimu. Kau menunggu lama yah?" Tanya Kris

"Tidak juga. Tapi Krystal barusan menelponku, kurasa ia perlu teman bicara. Jadi kita batal makan siang bersama" Jessica berkilah

"Hmm begitu yah?" "Kalau begitu biar aku yang antar"

Still A Bastard ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang