Enam

234 37 4
                                    


Lama tidak bertemu, kamu apa kabar?
.
.
.
Happy reading
.
.
.




Kedua gadis itu menghampiri meja anak-anak volcom dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Semakin dekat dengan meja mereka, Raka, Alfa dan Arjo semakin jelas melihat wajah si murid baru itu.

Benar kata Fajar gadis itu tidak terlalu cantik, wajahnya cenderung Cute. Namun hal itu justru membuat siapapun yang melihat pasti terpikat, termasuk Raka dan Arjo.

“biasa aja.” Alfa membuka suara. Sontak semua teman-temannya memusatka perhatian padanya.

“yaelahh….. lo sama aja kaya si Axel,” ucap Arjo

“jangan-jangan mereka diam-diam jadian,” celetuk Ibon mengundang tawa semuanya kecuali Alfa dan Axel tentunya.

“ada apa lo manggil kita Don?” pertanyaan itu mengintrupsi tawa anak-anak Volcom, itu Farah yang bertanya. Kini semua yang ada di meja itu, kecuali Axel memusatkan perhatian dua gadis yang berdiri di depan mereka.

“hehehe… ini teman-teman gue pada mau kenalan sama El Far,” ucap Doni.

“loh… kemarin kan udah Don,” sela El

“iya ada lagi El, teman gue kan banyak. Ssstttt….” Doni memberi kode pada Alfa, Arjo, dan Raka.

Arjo yang notabennya paling dekat, dengaan sigap mengulurkan tanganyannya “Arjo.” Disusul oleh Raka dan terakhir Alfa.

El membalas satu persatu uluran tangan itu, lalu menyebutkan namanya “Elnara Farensca, panggil aja El atau Nara asal jangan sayang takutnya gue baper lo pada gamau tanggung jawab.”  El mengakhiri sesi perkenalnya dengan terkekeh ringan. Benar kata Bagas, gadis ini asik dan sedikit berbeda. Bahkan anak-anak volcom pun langsung tergelak mendengar cara El memperkenalkan dirinya.

Tepat setelah mendengar El menyebutan nama lengkapnya. Axel mengalihkan perhatiannya yang sedari tadi terpusat pada ponselnya. Ia menatap gadis yang sama terkejutnya dengannya. Namun, dengan cepat gadis itu merubah mimik wajahnya.

“eh… sampai lupa nyuruh kalian duduk. Duduk El, Far. Tuh di samping Axel masih kosong. Tenang aja, dia gak main gigit kok,” ucap Doni dengan kekehannya.

“yeee… peka kek dari tadi,” omel Farah. Keduanya lantas duduk di temoat yang Doni sebutkan tad

“eh.. mereka belum kenalan juga kali. Kenalan dulu dong,” celetuk Ibon
Demi apapun saat ini, Axel mengumpati Doni dalam hati yang menyuruh El duduk disampingnya. Dan apa-apaan si Ibon, ikut-ikutan menyuruhnya kenalan? Emangnya ga cukup dengan hanya mendengar namanya saja?

“ohh… iya gue cuman belum kenal sama kakak yang ini, pas banget gue duduk disampingnya sekarang.” El lantas mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “Elnara Farensca, panggil gue El.”

Axel menatap uluran tangan itu lalu kemudian wajah si pemilik tangan sebelum membalas menjabat tangan El “Axel.”

well. Kak Axel nama lo bagus, sama kaya wajah lo,” puji El membuat Arjo tersedak jus jeruk yang sedang diseruputnya.

thanks.. tapi, gue ga suka pujian,” balas Axel ketus.

Suasana berubah canggung. Namun, El juga yang kembali memcahkan kecanggungan itu.

“kayanya sesi perkenalannya udah cukup deh, gue sama Farah balik ke kelas deh ada tugas yang harus di kerjain. Btw gue minta minum yah, haus.” El menyambar asal minuman yang berada di meja itu, lalu menarik pelan tangan Farah.

“El tapi, itu minuman Axel,” cegah Doni.

Terlambat El sudah menjauh dari meja mereka dengan langkah yang tekesan buru-buru. Bahkan gadis itu sama sekali tak beniat untuk membalikkan badannya sekedar memberikan senyuman khasnya. Mungkin gadis itu sedikit tersinggung atas perkataan Axel.


Suara dentingan ponsel kembali mengalihkan perhatian mereka. Axel yang notabennya pemilik ponsel langsung membuka dan membaca pesan yang masuk dari nomor asing yang Axel sudah hafal diluar kepala siapa pemiliknya.

+62838581243
Gue tunggu di gudang tua selepas pulang sekolah. Itu sih kalau lo bukan pengecut.

Hanya itu. Tapi, sanggup membuat tangan Axel mengepal menahan emosi.

“siapa Xel?” tanya Alfa mewakili teman-temannya begitu menyadari adanya perubahan dari bos mereka itu.

Tanpa mau repot menjawab, Axel memperlihatkan pesan dari nomor asing tadi.

“Arctur,” gumam Alfa pelan tapi masih bisa di dengar oleh semuanya.

“kenapa lagi dia?” Raka bertanya. Emosinya ikut tersulut saat mendengar nama Arctur disebut. Seseorang yang selama ini selalu mencari masalah pada mereka tanpa di ketahui apa penyebanya.

“Arctur ngajak ketemu di gudang tua selepas pulang sekolah,” jawab Alfa.

“mau apa lagi sih dia? Belum puas kemarin kita kalahin?” geram Arjo

“mungkin dia ga terima sama kekalahan yang kemarin,” ucap Alfa.

“jadi gimana Xel, berapa banyak anggota yang kita harus siapin?” tanya Fajar.

“gak usah. Gue masih sanggup buat habisin dia sendiri,” jawab Axel mantap.

“tapi, Xel seenggaknya lo biarin Alfa, Arjo sama Raka ikut,”

“terserah,” ucap Axel datar. Laki-laki itu langsung beranjak dari tempat duduknya bertepatan dengan bel masuk berdering. Axel akan tetap masuk kelas sampai jam terakhir nanti, terlepas ia bisa konsentrasi atau tidak. Ia memegang teguh prinsip “nakal boleh goblok jangan”



Lima belas menit sudah keempat pentolan Pertiwi itu menunggu. Namun tidak ada tanda-tanda Arctur akan datang. Padahal dengan jelas pesannya tadi kalau dia yang menunggu kedatangan Axel. Dan sekarang malah berakhir Axel yang menunggu si keparat itu.

“kayanya kita di kibulin deh Xel sama sianying Arctur,” ucap Arjo.

“sampai sekarang juga dia ga datang-datang,”  tambah Alfa.

“gue tahu Arctur, si keparat itu ga mungkin bacot aja soal ginian,” balas  Axel mencoba sabar.

“kita tunggu lima menit lagi, kalau dia ga datang kita cabut,” ucap Alfa.

“wisss buru-buru amat,” intrupsi suara dari arah pintu samping gudang. Itu Arctur yang baru saja datang dengan ekspresi menjijikannya. “sorry gue telat cewe gue gamau lepas tadi,” tambahnya.

“bacot. Mau lo apa sebenarnya?” tanya Arjo geram.

by the way kalian rame yah? Padahal gue lagi gak mau ribut,” ucap Arctur menghiraukan pertanyaan Arjo.

“terus kalau lo ga mau ngajak ribut, lo mau ngapain? Mau dikelonin?” tanya Raka sinis.

Arctur lantas tergelak mendengar pertanyaan Raka. “teman lo bisa ngelawak juga yah pengecut,” katanya. Pengecut yang dimaksud adalah Axel

Cukup. Kesabaran Axel sudah habis. Tanpa aba-aba Axel maju meninju Arctur hingga laki-laki itu tersungkur.

Arctur bangkit seraya tersenyum mengejek.  “lumayan juga pukulan untuk ukuran banci kaya lo.”

Axel baru akan kembali melayangkan pukulannya namun, ditahan oleh Alfa. “Xel udah, dia cuman mau mincing emosi lo.”

Arctur kembali tergelak “ternyata ada yang lebih pintar dari lo Praxel.”

“mendingan lo bilang apa tujuan lo kesini, kalau lo emang gam au nyari rebut?” tanya Alfa tenang. Diantara keempatnya memang Alfa yang paling jago untuk mengatur emosi.

Sesaat Arctur terlihat berpikir sebelum menjawab “itu dia, gue jadi lupa tujuan gue saat lihat muka bos pecundang kalian ini.”

“anjing lo,” umpat Arjo marah.

“jo.” Alfa memberi isyarat agar Arjo diam. Menghadapi manusia model Arctur memang butuh kesabaran extra. Alfa masih mencoba bersabar padahal sedari tadi ia sudah ingin menghabisi Arctur, pun Axel begitu. Menahan emosi bukan keahlian Axel jadi jangan salahkan jika ia lepas kendali setelah ini.

“gue masih nunggu jawaban lo Arctur, kalau lo masih mau main-main gue ga segan-segan buat habisin lo,” ancam Alfa.

“ckk..ck.. ternyata lo semua orangnya ga sabaran.”

“buruan jawab bangke,” suruh Arjo, muak dengan Arctur

“oke-oke. Gue kesini mau  ngasih tau sesuatu yang ga bakal bos pecundang lo ini kasih tau,” ucap Arctur akhirnya.

Keempat pentolan Pertiwi itu masih menunggu Arctur melanjutkan ucapannya

“kalau sebenarnya masalah antara sekolah gue dan sekolah lo pada adalah masalah gue personal gue sama dia.” Arctur menunjuk Axel, yang langsung di tepis kasar oleh laki-laki itu.

“gue ga pernah nyari masalah sama lo,” desis Axel.

Arctur tersenyum miring. Sepertinya Axel lupa, maka dari itu Arctur yang baik hati akan mengingatkan “seriously Axel? Lo lupa? Ck..ck..ck,” laki-laki itu berdecak sinis.

“apa?” Alfa kembali bertanya. Sementara Axel memandang Arctur tajam. Arjo dan Raka menunggu jawaban apa yang keluar dari mulut Arctur.

“NANA,” jawab Arctur penuh penekanan. “gue yakin setelah ini lo ga lupa lagi PRAXEL AUDRELA.” Setelah mengatakan itu Arctur beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Alfa, Arjo dan Raka dengan pertanyaan yang berkecamuk dan Axel yang menegang di tempatnya.

ELNARA (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang