.
.
.
Happy reading
Hope you like this chapter😘
.
.
.
Bangun!! kamu ga boleh kelamaan nunduk. Kilau mahkota ga akan kelihatan kalau princessnya terus menunduk.
Malam harinya setelah makan malam dan melaksanakan sholat isya, El memilih untuk bersantai sebentar di ruang keluarga. Hal sangat jarang terjadi akhir-akhir ini, mengingat Bram sang papah sangat sibuk. Saat-saat seperti ini El akan bermanja-manja pada papahnya itu dengan mamanya sebagai penonton dan pendengar.
“jadi, apa keluhan kamu selama hampir seminggu di sekolah baru?” tanya Bram pada El yang terbaring yang berbaring di pangkuannya.
“sejauh ini belum ada pah, aku punya banyak teman yang lucu-lucu dan itu buat aku terhibur selama hampir seminggu ini.”
“yahhh… gitu El? Padahal mama pengen kamu ga dapat teman aja sekalian biar kamu bisa homeschooling dan nemanin mama di rumah,” sela Dania.
El tersenyum masam. Mamanya ini bukannya senang anaknya bahagia malah mengharapkan yang tidak-tidak.
“dan untungnya harapan mama ga terwujud. El malah betah banget sekolah disana.”
“kalau gitu besok mama bakal ke sekolah kamu deh buat nyuruh semua orang jangan mau temanan sama kamu.” Dania sepertinya belum puas untuk menggoda El. Menjahili El membuat Dania merasa terhibur.
“mamah jahat banget sih!!!!” rengek El. “pahh….” Gadis itu meminta bantuan pada papanya.
Bram menghela napas pelan. Selalu begini kalau mereka sedang berkumpul. Pasti Dania selalu menggoda El dan berakhir dia yang harus menengahi.
“berhentilah menggodanya Nia.”
El tersenyum senang . papahnya yang terbaik!! Sementara Dania melempar tatapan sinis. Wanita berkepala empat itu kemudian pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan beberapa cemilan.
“El, kamu tidak ingin cerita sesuatu?” tanya Bram tiba-tiba.
Gadis itu menggeleng “enggak deh kayanya pah,” ucapnya, merasa tidak ada cerita yang perlu di bagikan pada Bram.
“yasudah… kalau begitu. Kamu tau kan papahnya selalu tau apapun tentang kamu?”
Mendengar itu, El lantas bangkit dari pangkuan sang papa. Axel. Ia tidak menceritakan pada papahnya kalau Axel satu sekolah dengannya, karena menurut El itu tidak penting.
“pa—pah tau?”
Bram tersenyum tipis. Apa yang dia tidak tau tentang putrinya ini?
“papah bahkan tau jauh sembelum kamu ingin bersekolah disana.”
“kenapa papah gak ngelarang aku?” cicit El
“karena hanya kamu yang berhak meluruskan semuanya. Papah akan dukung kamu.” Setelah mengatakan itu Bram bangkit dari duduknya. “papah ke ruang kerja dulu, ada beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan.”
El mengangguk. “thanks pah,” ucanya tulus
“anything for my princess.”
“lohhh… lohhh kok pada bubar?” heran Dania yang baru saja datang dari dapur dengan nampan jus serta dua toples kue coklat.
“papah harus menyelesaikan beberapa pekerjaann mah, dan El juga harus ngerjain tugas sekolah di kamar,” jelas El.
“jadi mama nonton sendirian lagi?” tanya Dania. Wanita memasang tampang pura-pura merajuk.
El menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. “heheehe… iya mah, El keatas dulu yah. Btw El bawa satu kue coklatnya yah mah.” Gadis itu buru-buru ngacir ke kamar dengan setoples kue coklat di tangannya sebelum mamahnya itu kembali mendumel.
Sebenarnya El juga kasihan dengan mamanya itu yang selalu nonton sendirian. Tapi, gadis itu juga selalu menghindar kalau Dania memintanya untuk menemani. Mana mau ia menonton sinetron yang sudah di ketahui endingnya seperti apa. Kalian sudah pasti bisa menebak sinetron apa yang El maksud.*****
Kini gadis itu berada di balkon kamarnya. Tidak banyak yang ia lakukan, hanya duduk sembari menatap langit. Kebiasaan barunya akhir-akhir ini. Dinginnya angin malam yang menyapa kulit mulusnya, tidak membuat gadis itu beranjak dari sana.
El baru menyadari, papahnya itu tidak mungkin meembiarkannya begitu saja tanpa pengawasan. Apalagi ia memilih sekolah yang berbeda dengan Gray. Seharusnya ia menaruh curiga saat papahnya dengan mudah mengiyakan saat ia menyebutkan SMA Pertiwi sebagai pilihan tempat melanjutkan pendidikannya.Ahhh… sudalah, setidaknya papahnya itu mendukung. Dan kemustahilan bagi Dania kalau wanita itu tidak mengetahui apapun, mengingat sejak awal Dania lah yang menentang mati-matian saat El memilih SMA Pertiwi. El tahu wanita itu melarangnya karena takut El kembali terpuruk. El sangat paham.
Sekarang yang jadi masalahnya adalah Gray. Laki-laki itu juga pasti sudah tau kalau ia satu sekolah dengan Axel. Terbukti dengan pertanyaan yang Gray lemparkan saat mengantarnya ke sekolah kemarin. El baru menyadari itu seakarang.
“fyuhhhh.” Gadis itu menghela napas pelan, ia harap Gray tidak melakukan sesuatu yang buruk.
Jujur, jika mengingat kejadian betahun-tahun lalu El merasa sesak.
Siapa yang tidak sesak, jika orang yang kamu sayangi menganggapmu benalu dalam kehidupannya? Hal yang membuat El terpuruk hampir satu tahun. Beruntung bagi El, hidup di tengah keluarga yang teramat menyanginya.
Masih El ingat bagaimana Dania yang selalu menangis setiap hari Karena melihat kondisinya. Bram yang bahkan rela tidak masuk kantor berhari-hari hanya untuk menemaninya. Dan tidak lupa Gray yang selalu datang tiap hari hanya untuk menghiburnya.
Hingga saat hari itu tiba.
Hari dimana El bangkit dari keterpurukan. El tidak bisa melupakan senyum bahagia Dania saat ia tiba-tiba menghampiri wanita itu ke dapur dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Dania tentu terkejut, karena selama hampir satu tahun, El tidak pernah sedikitpun keluar dari kamarnya. Saking bahagianya Dania langsung menelpon Bram untuk segera pulang.
“mas, kamu harus segera pulang. Aku tidak percaya ini, tapi putri kecil kita sudah kembali.” Begitu kata Dania saat menelpon suaminya waktu itu.
Mendengar itu, Bram yang baru akan menuju ruang rapat langsung melimpahkan tugas pada sekretarisnya.
“Ferry, aku meminta mu untuk memimpin rapat kali ini, aku harus pulang. Kabar baik datang dari malaikat kecilku.”
Ferry sang sekretaris yang memang mengetahui seperti apa keadaan anak dari bosnya itu , langsung menyanggupi tanpa ada niatan menolak sedikitpun.
Dan Gray?! sepulang sekolah laki-laki itu langsung menghampirinya dengan rasa bahagia yang sama seperti kedua orangtuanya. Saat itu, El menumpahkan segala sesaknya dengan menangis dipelukan Gray. Gray yang mengerti apa yang dirasakan El, mencoba menenangkan dengan cara membalas pelukan gadis itu.
“aku gak tahu pasti, apa yang Axel bilang sama kamu. Tapi kamu ga perlu ingat apa yang keluar dari mulut sampahnya. Kamu harus ingat ada om Bram dan tante Dania yang bakalan sedih lihat keadaan kamu kaya gini. Kamu harus bangkit. Dengan kamu kaya gini, dia bakalan senang. Bangun, kamu ga boleh kelamaan nunduk. Kilau mahkota ga akan kelihatan kalau princessnya nunduk.”
Mulut laki-laki itu sanggup mengatakan kalimat yang membuat El tenang. Namun, dalam hati ia bersumpah akan membalaskan semua rasa sakit El.
El menyeka cairan bening yang entah kenapa selalu saja keluar setiap kali ia mengingat memori kelam itu. Jika tidak ada keluarga yang mendukungnya, gadis itu yakin ia sudah berada di rumah sakit jiwa sekarang.
Gadis itu kemudian tersenyum tipis. Benar kata papahnya, hanya dia yang bisa meluruskan semuanya. Meskipun sudah sepenuhnya pulih, El tidak buta untuk tidak tahu kalau mamahnya masih sering menangis dalam kamar seseorang yang berada tepat disebelah kamarnya.
El akan memulai semuanya besok. Mungkin mendekati Axel pelan-pelan bukan ide yang buruk.
Tidak pernah bosan, Aku akan selalu mengatakan ini. Dimanapun kalian berada, semoga kalian membaca ini dalam keadaan sehat dan selalu berada dalam lindunganya. Tunda semua kegiatan yang mengundang keramaian, tetap #dirumahaja doakan agar bumi cepat pulih stay safe semua.
Btw jangan lupa klik bintang yang ada di pojok kiri bawah, dan share ke teman-teman kalian buat baca ELNARA selama #dirumahaja. Sampai ketemu di Chapter Sembilan hari kamis nanti (inshaa Allah)
Salam sayang
pratiwifridd❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNARA (Repost)
Teen FictionGadis itu bernama Elnara Farensca. Gadis yang diangggap hidupnya paling beruntung di dunia. Gadis ceria yang terkenal petakilan. kesedihan tidak termasuk dalam kamus hidupnya. Tapi sekali lagi, itu pendapat orang-orang yang hanya mengenal nama Elnar...