Tiga belas

182 31 3
                                    

.
.
.
Happy Reading
Hope you like this chapter
.
.
.



Gunanya saudara itu saling melindungi. Kalau saling memerangi, itu namanya musuh.



El memutuskan untuk kembali ke kelas setelah Farah mengirim pesan kalau ia sudah kembali ke kelas karena terlalu lama menunggunya. Pantas saja, sebentar lagi bel masuk berbunyi. Huuuhh… ini semua karena insiden di toilet tadi. Delvi dan Tiara terlalu lama membuang waktunya. Dasar tante-tante, itu julukan yang El berikan untuk Tiara dan Delvi yang dandanannya persis tante-tante.

Tapi, El merasa puas karena berhasil membuat duotan diam tak berkutik tadi. Dari ekspresi yang El lihat, Delvi dan Tiara sangat jelas menahan kekesalan. Namun, El juga bisa menangkap ekspresi terkejut walaupun sekilas tadi. Mungkin karena ini pertama kalinya ada yang berani melawan mereka. biar saja… biar mereka tahu kalau El tidak seperti korban-korban mereka sebelumnya yang langsung mengiakan saat digertak sedikit.

“girang banget ,” sapa Doni saat El baru mendaratkan bokongnya di bangku miliknya.

Doni memang duduk di belakang  El dan Farah. Tentunya setelah meminta tukaran dengan Ruri dan Asri. Aslinya  tempat duduk Doni itu di bagian tengah. sementara El dan Farah di bagian pojok dekat jendela. Saat ditanyai mengapa ia pindah, Doni hanya menjawab “gue hanya memastikan kalau cecan kelas ga lecet sedikitpun.” Hal itu membuat Doni mendapat cibiran dari teman-teman sekelas terutama dari kumpulan Sharon.

“dari mana aja lo? Lo pipis apa boker sih? Lama banget.” Kalau ini tanpa di kasih tau kalian juga pasti tahu siapa yang mengatakannya. Yappp… Farah.

“ckk… pipis gue, cuman ada masalah dikit tadi. Eh Don, si Rendi belum masuk?” tanya El saat melihat bangku sebelah Doni masih kosong. Sejak sabtu kemarin Rendi memang tidak masuk, sakit perut katanya. Separah apa sakit perutnya Rendi hingga membuat laki-laki itu tidak masuk sampai hari ini?

“tau tuh anak. Kemarin perasaan di rumah Raka bae-bae aja. Gatau sekarang kenpa lagi. Paling bolos,” jawab Doni cuek. Sudah biasa, Rendi itu tidak pernah izin sakit cuman satu hari. Sekalipun  diantarai dengan hari minggu, Rendi pasti tidak akan masuk juga di hari seninnya. “gue dalam masa pemulihan, kata dokter gue harus benar-benar sembuh baru bisa sekolah.” Begitu katanya. Padahal semua orang juga tahu kalau itu hanya akal-akalan Rendi saja.

El mengangguk mengerti. Baru ingin kembali membuka suara, El terintrupsi oleh seseorang yang memasuki kelas. Ternyata kakak kelas yang memberi tahu kalau bu Wice tidak masuk karena ada urusan mendadak

Kabar itu membuat kelas seketika riuh. Pasalnya jarang sekali bu Wice tidak masuk. Jadi, wajar saja kalau mereka sampai sesenang itu. Namun  dibalik kelas free, pasti ada tugas yang di tititpkan. Bu Wice memang tidak masuk, tapi tugas tetap berjalan. Tidak apa, yang jelas saat ini mereka bebas. Urusan tugas biar nanti dikerjakan.

“kerjain bareng aja deh El,” ucap Farah  setelah kakak kelas tadi pergi.

El mengangguk setuju. “iya… kali ini biar di rumah gue deh,” balas El.

“eittssss gue ikut dong,” timpal Doni.

“gakk!! Lo bukan ngerjain tugas tapi malah ngerecokin,” tolak Farah. Ia sudah pernah satu kelompok dengan Doni. Bukannya membantu malah mengganggu.

ELNARA (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang