Enam belas

111 18 6
                                    


Tolong diingatkan jika ada typo
.
.
.
Happy reading
Hope you like this chapter
.
.
.

The end.


Ternyata Doni membawa mereka ke kafe tempat biasa Axel manggung. Di perjalanan Rendi terus mendesak Doni agar memberitahu kemana mereka akan pergi. Karena tidak tahan dengan keriwetan Rendi yang menerka-nerka kalau Doni akan pergi ke tempat hiburan malam, yang sebenarnya Rendi sukai kalau saja tidak ada El dan Farah. Akhirnya Doni pasrah saja memberi tahu mereka. padahal niatnya tadi ingin memberi sedikit kejutan pada El yang sejak kemarin terus menanyakan Axel.

El sempat terkejut tadi saat Doni mengatakan tujuan mereka. Kafe? Axel? Nyanyi? sejak kapan Axel mengisi live music di salah satu kafe?

El pikir, untuk mendapatkan uang, Axel akan menggunakan skill mengendarai motornya. Selayaknya kebanyakan anak muda zaman sekarang ini lakukan—balapan liar.

Rupanya ada banyak hal yang El tidak tahu tentang Axel yang sekarang. Laki-laki itu sedikit banyak berubah.

El tersentak saat Farah mengguncang pelan bahunya. Keasyikan melamun membuatnya sampai tiidak sadar kalau mereka telah sampai.

“lo nggak apa?” tanya Farah cemas. Tadi dia sudah beberapa kali memanggil El. namun gadis itu tidak merespon sama sekali kalau saja tidak di guncang bahunya.

“apa kita pulang saja? Kayanya lo gak enak badan,” kata Rendi.

El menggeleng. “belum juga turun masa main pulang aja. Tenang gue oke kok.”

“tapi---.”

Tidak ingin mendengar protesan Farah yang sebenarnya khawatir akan keadaannya. El segera turun dari mobil sembari menarik pelan tangan Farah.

“ayooo… kalian mau sampai kapan di dalem mobil terus?!” kata El pada Doni dan Rendi.

“ckk!! Tadi siapa yang ngelamun. Sekarang siapa yang paling semangat,” sindir Doni

“hehehe sorry. Yuk!! Gue ga bisa lama-lama.”

Mereka langsung mendapat tatapan heran dari para pentolan Pertiwi itu. lebih tepatnya tatapan itu dilayangkan pada El dan Farah. Mungkin karena mereka pikir yang akan datang hanya Rendi dan Doni saja.

“kalian ketemu dimana?” tanya Raka. Tadi Doni mengirim pesan padanya kalau dia mau kesini dengan Rendi. Tapi melihat kalau mereka tidak hanya berdua, Raka tentu saja heran.

“kesini emang bareng. Habis kerja tugas di rumah El,” jelas Doni.

“sejak kapan lo berdua peduli sama tugas?” tanya Arjo

“ohh… jelas peduli. Kalau ngerjainnya bareng cecan ye gak?” Doni melirik pasukan yang di bawahnya.

“iya aja biar cepat,” ujar Farah, malas merespon yang akan memperpanjang bacotan unfaedah dari Rendi.

“Lo udah baik kak?” tanya El pada Axel. Entah kebetulan atau apa. Kalau memang sedang bergabung dengan anak-anak Volcom, pasti tempat yang kosong selalu berada di tengah antara Alfa dan Axel. El jadi merasa seperti… posisi itu memang hanya untuknya. Buktinya siapun yang datang, pasti lebih memilih duduk di tempat lain ketimbang duduk diantara dua laki-laki itu.

ELNARA (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang