Sepuluh

191 35 3
                                    

Sorry, harusnya Sabtu kemarin aku juga up😌😌
.
.
.
Happy reading
.
.
.

Indirect kiss huh? Ayolah… ini hanya tentang minum dengan botol yang sama, bukan bibir yang bertemu.






Arjo menggebrak meja kantin, hingga menimbulkan suara nyaring. Bersyukur ini sedang jam pelajaran, jadi kantin sepi.

“Apa?? Bu Wice nuyuruh lo keluar kelas, tapi absensi lo tetap aman?? Wahhh gak adil nih,” gerutu Arjo kesal.

Alfa hanya melipat tangan di dada sembari memamerkan tampang menyebalkannya. Laki-laki itu, memang baru saja menceritakan kalau ia di keluarkan oleh bu Wice tapi absensinya tetap aman. Alhasil begini lah reaksi teman-temannya. Atau lebih tepatnya Arjo yang memang selalu bereaksi berlebihan sampai harus menggebrak meja.

“bu Wice tau mana anak yang sering beramal,” jawab Alfa santai.

Raka langsung menjitak kepala Alfa. “gaya banget lo, emang lo beramal apa?” tanyanya.

“wisssss… beramal mah ga boleh umbar-umbar, riya,” kata Alfa

“lagian tuh guru aneh banget, orang ga salah malah di hukum,” gerutu Axel

“ck.. dendam dia sama kita.” Arjo berdecak kesal.


Bu Wice sepertinya memang memiliki dendam kesumat sama mereka. melakukan kesalahan kecil  saja, sudah di pastikan mereka akan mendapat hukuman. Paling ringannya yahh di keluarkan dari kelas seperti sekarang. Tapi, yang selalu membuat mereka kesal jika bu Wice yang memberikan hukuman, Alfa selalu mendapat keringanan. Seperti kali ini, Alfa di keluarkan dengan jaminan absensi yang aman. Sudah jadi rahasia umum, kalau bu Wice menaruh simpati pada salah satu pentolan Pertiwi itu.

“fa mendingan lo pacarin aja tuh guru dah,” celetuk Arjo

“hooh… terus lo bujuk dah, biar kita ga di kasih hukuman lagi,” tambah Raka.

“dihh…ogah!!!” Alfa menolak keras. Arjo dan Raka ini memang menggemaskan. Saking gemasnya Alfa ingin cekek lehernya. Bisa-bisanya ia ingin di jadikan kambing hitam. “lo aja Xel,”


“kok gue? Tuh gurukan sukanya ama elo,” kata Axel

“ogahhh gue. Bisa-bisa nih kuping budek.” Lagi Alfa menolak. Membayangkan saja Alfa langsung bergidik ngeri.

Siapa yang akan tahan berpacaran dengan guru itu? Pertanyaan itu terbesit dalam otak mereka

Sekali mengeluarkan suara, telinga orang disekitarnya langsung berdengung. Apalagi jika di tambah kalau bu Wice berteriak, siap-siap telingamu kehilangan fungsi. Okee. Itu sebenarnya lebay.

Saking asiknya membicarakan bu Wice keempat pentolan Pertiwi itu sampai tidak sadar kalau, bel istrahat sudah berbunyi. Semoga lidah bu Wice baik-baik saja.

“mau kemana lo?” tanya Alfa pada Raka.

“pesan makan, laper gara-gara ngomongin bu Wice,” jawab Raka.

“ikut gue Ka,”ucap Arjo

“gue nitip deh, kaya biasa.” Alfa memberikan selembar uang lima puluh ribu pada Arjo.

“gue minta goceng yee, buat beli minum,” kata Arjo.

Alfa mendengus malas. “kebiasaan lo.”

*****



Bel istirahat sudah berbunyi. Namun, lagi-lagi El dan Farah terlambat untuk sampai ke kantin. Kali ini karena bu Lena guru bahasa Indonesia mereka meminta tolong untuk membawakan buku tugas teman-temannya ke ruang guru.

Di perjalanan dari ruang guru hingga ke kantin kedua gadis itu hanya bisa berdoa, semoga masih ada satu meja yang kosong.

“yahhh… penuh semua El.” Farah mendesah kecewa. Terkadang ia heran, seluruh murid SMA Pertiwi itu, pakai ilmu apasih? Kok kalau ke kantin cepat banget, sementara disuruh kumpul di lapangan upacara gerakannya lelet minta ampun. Padahal di sekolah  ini terdapat beberapa kantin. Namun, tetap saja kantin lainnya sudah di pastikan kondisinya tidak jauh berbeda.

El mengedarkan pandangannya. Benar, semua meja sudah di tempati. Namun, sedetik kemudian sebuah ide muncul di kepalanya.

“far kesana aja yukk.” El menunjuk perkumpulan Doni menggunakan dagunya.

“maksud lo, kita gabung bareng Doni?” tanya Farah.

El mengangguk.

“El disana ada kak Axel loh. Lo ga takut?” tanya Farah lagi.

“gak. Ngapain takut. Sama-sama makan nasi kan?!” El menjawab santai. Gadis itu menarik pelan tangan Farah menuju meja Doni.

“hay… semuanya,” sapa El seceria mungkin.

Semua yang berada di meja itu menoleh, tak terkecuali Axel. Namun, setelah mengetahui siapa yang baru saja menyapa. Laki-laki itu, kembali fokus pada rotinya.

“ohh.. El, ngapain?” tanya Doni.

“kita berdua gabung yah Don?” itu terdengangar bukan seperti pertanyaan melainkan pernyataan.

Doni menatap teman-temannya yang di dominasi oleh kelas dua belas. Merasa tidak ada yang keberatan Doni pun menganguk. “duduk El, Far disebelah Raka masih kosong.

“Yeees!!!” kedua gadis itu bersorak girang. Akhirnya mereka mendapat tempat duduk. El dan Farah duduk di tempat yang Doni sebutkan. keduanya menghiraukan tatapan-tatapan penasaran anak-anak Pertiwi yang lain. Mungkin karena ini kali pertama meja anak-anak Volcom terdapat perempuan. Apalagi di tambah El yang murid baru dan belum di kenal banyak orang.

“gue pesanin makan?” tanya Doni lagi

“gak ngerepotin?” tanya Farah. Bukan apa-apa, mereka di izinkan bergabung saja sudah syukur banget. Di tambah lagi Doni menawarkan ingin memesankan makanan. Mungkin ini yang dinamakan rezeki anak sholeh.

“kan gue nawarin, jadi gak sama sekali,” jawab Doni dengan kekehannya.

“okey.. kalau gitu, gue siomay aja deh. Lo el?” tanya Farah pada El

“samain aja deh. Tapi, gue pedes yah Don,” kata El

“okey tunggu bentar,” kata Doni sebelum pergi.

Beberapa menit kemudian Doni kembali dengan nampan berisi dua piring siomay dan satu botol air mineral.

Farah dan El menyambut senang siomay yang di bawah oleh Doni dan mulai menyantapnya.

“gue denger lo homeschooling yah sebelumnya?” tanya Raka tiba-tiba.

El menelan kunyahan siomay terkahirnya. “iya kak, gue homeschooling,” jawab El

“terus kenapa lo milih pindah kesini?” kali ini Arjo yang bertanya

“pengen aja. Soalnya bosen,” jawab El. gadis itu lalu meraih botol air mineralnya. “bukain dong,” pintanya pada Axel. Ohiyaa.. El lupa memberitahu kalau tempat kosong yang dimaksud Doni tadi sebenarnya berada di tengah-tengah antara Raka dan Axel. Jadi posisinya sekarang Farah duduk di sebelah Raka dan El duduk di sebelah Axel.

Oke back to topic.

Axel menatap botol air mineral yang di sodorkan oleh El. “punya tangan kan? Gunain biar ga busuk,” ketus Axel.

Semua yang ada di meja itu menatap Axel terkejut. Pasalnya ini kali pertama mereka mendengar Axel berbicara seketus itu. axel bukan cowok dingin yang suka ngomong ketus. Ia memang cuek, namun sikap ramahnya lebih dominan.

“kak kalau gue bisa, gue ga bakal minta tolong,” ucap El

“lo gak liat gue lagi makan?” tanya Axel nyolot.

El tersenyum manis. Sabar El, batinnya. “yaudah kalau kakak ga  mau gue juga gak maksa. “kak Fajar boleh minta tolong bukain tutup botolnya?” pinta El pada Fajar yang duduk berhadapan dengannya.

Tanpa menjawab  Fajar meraih botol air mineral itu, membuka tutupnya, lalu kembali  diserahkan pada El. “nih.”

“Makasih kak Fajar,” kata El masih dengan senyum manisnya. Di balas anggukan oleh Fajar. 

Gadis itu memiringankan sedikit kepalanya kearah Axel yang masih asik menikmati Rotinya. “gimana kak rotinya? Enak gak? Aku buat sendiri loh. Pake kasih sayang,” bisik El.

Axel sontak menyumburkan roti yang sedang ia kunyah, sampai mengenai Arjo yang memang duduk dihadapannya.

“Axel, jorok lo nying,” umpat Arjo.

Axel menghiraukan itu. laki-laki itu meraih botol minum El yang tadi ia tolak untuk dibukakan, lalu  meneguknya rakus.

“wow indirect kiss?” celetuk Arjo. Rasa kesalnya hilang berganti dengan rasa takjub. Padahal ini hanya secara tidak langsung, bagaimana kalau langsung?

“yapp Jo, udah dua kali,” tambah Alfa. Ia baru menghabiskan makanannya, makanya sedari  tadi hanya diam. Fyi, Alfa adalah orang yang kalau makan tidak suka berbicara. “kenyang kagak, keselek iya.” begitu katanya.

Axel mengabaikannya. Ia justru menatap El dengan ekspresi yang tidak dapat di deskripsikan. Sementara El? masih setia dengan senyum manisnya. Dalam hati, gadis itu benar-benar merasa puas.

“Far, lo udah selesai kan? Balik kelas yuk,” kata El pada Fara. Tidak peduli pada tatapann Axel yang sebenarnya engggg.. menggemaskan bagi El.

“ahh… iya, gue udah selesai kok,” kata Farah. Sepertinya  gadis itu juga terkejut. Lebih, tepatnya semua yang ada di meja itu terkejut.

El hanya memutar bola matanaya malas. ayolahh itu bukan ciuman. hanya perihal minum dengan botol yang sama masa dianggap ciuman? El bahkan sering bertukar minuman dengan Gray. C'moon ini hanya tentang botol minum yang sama, bukan bibir yang bertemu. Dan mereka se kaget itu? el bahkan tidak yakin, kalau cowok yang berada di meja ini tidak pernah melakukannya.

“ayo Far,” ajak El. Farah mengangguk kaku, gadis itu tersenyum kaku pada Doni dan yang lainnya sebelum menyusul El yang sudah jalan duluan.

“Xel tuh cewe bisikin lo apasih, sampai lo kaget gitu?” tanya Alfa penasaran

“pasti yang jorok-jorok,” sambar Arjo.

Raka menjitak kepala Arjo membuat laki-laki itu meringis. “apasih Ka? Sakit bego.”

“otak lo mikirnya hal jorok mulu badak,” omel Raka.

“bukan gitu. Soalnya si kampret langsung nyemburin makanannya habis dibisikin tuh cewek,” ucap Arjo

“so Axel?” lagi Alfa meminta jawaban.

Axel berdecak. “ckk… gak penting. Don, bilangin sama teman lo itu jangan macam-macam,” kata Axel bernada ketus.

Doni yang dasarnya  tidak mengerti apa-apa hanya bisa mengangguk kaku. Dari pada kena damprat mending iya saja kan?



#TBC

Jangan lupa klik bintang yang ada di pojok kiri bawah.... Sampai ketemu di chapter berikutnya



Salam sayang
Tiwiiiiiiii❤️



ELNARA (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang