.
.
.
Happy reading
.
.
.Berteman untuk memanfaatkan? Sorry gue ga sepicik itu. Kalau ga percaya, gue bakal buktiin. Kalau gue pantas di sebut sahabat. Bukan teman yang buat 'say hay' doang
Hari minggu kali ini, El sudah janjian dengan Farah untuk pergi ke toko buku. Seminggu berteman, membuat kedua gadis itu tau kalau mereka memiliki hobi yang sama yaitu membaca buku atau lebih tepatnya novel. Jadilah mereka merencanakan untuk pergi bersama sekalian jalan bareng untuk pertama kalinya kata Farah.Keduanya janjian akan bertemu di perempatan dekat rumah El. karena ternyata mereka tinggal di perumahan yang sama namun beda blok. Itu fakta yang baru El ketahui saat ke rumah Farah kemarin untuk kerja kelompok.
Berbicara soal Farah, El belum juga mengenalkan gadis itu pada Gray. Mungkin nanti El akan merencanakan pertemuan mereka.
El menatap pantulan dirinya di cermin. Gadis itu memoleskan sedikit lip balm di bibir tipisnya agar tidak terlihat pucat. Setelah cukup, ia mengambil sling bag yang tergeletak di atas kasur dan segera turun ke bawah mencari mamahnya untuk meminta izin. Sepertinya mamah sedang ada di dapur.
“mah…,” sapa El pada mamanya yang sedang sibuk pada adonan kue bolu.
Dania mendongak “loh… kamu rapi banget, mau kemana sayang?” tanyanya.
“biasa mah, El mau ke toko buku. Novel yang kemarin udah habis El baca,” jawab El
“sama Gray? Kok tumben dia belum datang?” El memang selalu pergi bersama Gray kalau ke toko buku atau lebih tepatnya setiap kemana-mana El selalu bersama laki-laki itu. Biasanya Gray selalu datang tiga puluh menit sebelum waktu mereka pergi. Dan mamah belum melihat tanda-tanda kedatangan laki-laki itu. jadi wajar kalau ia bertanya.
“bukan mah, El sama teman sekolah. Cewek, Farah namanya,” jelas El.
“kamu beneran punya teman ternyata disana, mamah pikir kemarin kamu ngibul,” canda Dania
El mendengus. “enggak dong. El beneran punya teman. Nanti El ajak main ke sini. El pergi dulu yah mah Farah udah nunggu di perempatan depan.” Gadis itu mengecup pipi mamanya sekilas.
“ehhh tunggu… uang kamu masih ada?” tanya Dania.
El tersenyum lalu mengangguk. “ada kok mah, semalam El habis malak dad. Hehehe.”
“dasar kamu. Yaudah... kamu hati-hati, pulang jangan kemaleman.”
“El pergi yah mah… dadah mamah.” Gadis itu berlari kecil. Ia sudah terlambat. Bisa, ditebak Farah akan mengomelinya nanti saat ia sampai.
Karena jarak yang dekat, El memilih jalan kaki saja. Hitung-hitung sedikit berolahraga.
Lima menit berjalan. gadis itu akhirnya sampai di perempatan tempat mereka janjian. Sudah ada Farah juga yang berdiri dengan tampang kesalnya.
“ckk… lo habis ngapain sih? Lama banget. Udah mau karatan nih gue,” omel Farah.
El terkekeh karena tebakannya benar, Farah pasti akan mengomel karena dia kelamaan. “hehehe… sorry gue izin ke mamah dulu tadi,” kata El jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNARA (Repost)
Teen FictionGadis itu bernama Elnara Farensca. Gadis yang diangggap hidupnya paling beruntung di dunia. Gadis ceria yang terkenal petakilan. kesedihan tidak termasuk dalam kamus hidupnya. Tapi sekali lagi, itu pendapat orang-orang yang hanya mengenal nama Elnar...