Aku diam sembari menggaruk tengkukku. Duh aku tidak dapat menyerap apapun.
"Kamu kenapa?" Tanya teman sebangkuku saat melihat gelagat anehku.
"Aku... tidak paham ehehe," ucapku tersenyum canggung.
Dia tersenyum. Oh astaga wajahnya tampan sekali.
"Mana yang menurutmu susah?"
"Semua hehehe"Aduh aku malu sekali. Padahal jika menurut orang lain materi ini gampang. Tapi kapasitas otakku tak sebesar itu:").
Dia mulai menjelaskan materinya dan aku mencoba fokus.
Susah sekali untuk fokus apalagi karena wajahnya. Ehh tidak tidak, aku tidak boleh seperti ini.
"Sudah paham?" tanyanya
"Sudah, terimakasih yeosang," ucapku kemudian mulai mengerjakan soal soal yang di berikan guruku."Ng kamu nanti kekantin?" Tanyanya, aku hanya menganggukan kepalaku sembari fokus menulis jawaban.
"Kamu kekantin bareng siapa?" Ntah kenapa aku merasa pertanyaan dan perkataannya random.
Tadi berkenalan dan ingin menjadi temanku, sekarang dia bertanya aku kekantin dengan siapa.
"Dengan diriku sendiri," ucapku menoleh padanya.
"Kalau begitu denganku saja," super random pt2.
"Ah astaga," ucapnya pelan sembari menepuk pipinya lalu membuang muka.
"Boleh, baiklah nanti mari kekantin bersama," ucapku
Oh iya, aku memikirkan sebuah pertanyaan untuknya.
"Kamu gak ada teman lama dari kelas yang dulu?" Tanyaku, dia menggelengkan kepalanya. Ah astaga! Terlihat menggemaskan!
"Tidak, aku gapunya teman, baru saja aku punya teman. Yaitu kamu," ucapnya membuatku sedikit kaget.
Oh ayolah, dia itu tampan dan pintar... jika di bandingan denganku... ah sudahlah. Kalau di samakan denganku juga tidak bisa.
Nanti aku di panggil ganteng kan ga lucu.
"Kenapa baru saja mau berteman? Dan kenapa mau berteman denganku? Tadi juga sikapmu dingin dan tiba tiba mengajakku berteman, kenapa?" Tanyaku berbondong.
"Itu aku anaknya cukup pemalu hehe, jadi aku agak susah jika berteman. Ibu juga bilang padaku jika aku harus berani mencari teman," aku mengangguk.
"Lalu jika ingin berteman denganmu karena tadi waktu kuamati, ntah kenapa aku merasa jika kamu beda dari perempuan lain, jadi aku mau berteman denganmu. Aku tidak bersikap dingin, memang aku seperti itu," jelasnya panjang, kali lebar kali tinggi.
Aduh.... tarik nafas dulu. Takut oleng.
"Lalu kamu?" Tanyanya.
"Hmm dulunya aku punya teman, namun... ah, aku muak jika membahasnya," ucapku menggebu gebu.
Dulunya aku punya teman, namun dia...
Yah seperti itu lah, terkadang sedikit sesak jika kembali mengingat mantan temanku.
"Haish itulah kenapa aku agak malas mencari teman," gerutunya aku terkekeh
"Kau benar benar tidak punya teman?""Um ada sih, tapi di rumah lamaku"
"Kamu pindah?" Dia menganggukan kepalanya.Hening beberapa saat.
"Tapi kamu nggak keberatan jika aku jadi temanmu kan?" Tanyanya tiba-tiba.
"Tentu saja tidak, buat apa aku keberatan," ucapku, dirinya mengelus dadanya dan bernafas lega.
Sepertinya dia takut sekali jika tidak punya teman. Haish dasar anak ini.
"Tenang, aku anaknya netral kok. Bisa berteman dengan siapa saja. Namun aku tidak mau bergantung pada suatu pertemanan, dari dulu juga aku tidak terlalu bergantung pada sebuah pertemanan."
Dia menatapku sembari mengangguk ngangguk.
"Karena aku anaknya bukan yang bergantung pada suatu pertemanan."
O-ow benarkah siren? Bisa saja kau menarik ucapanmu nanti.
N: aku hiat beneran kok:"), tapi gatel pen apdet:")