s e p u l u h

531 71 37
                                    

Aku diam memandang lokerku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku diam memandang lokerku. Ada gumpalan kertas. Saat kubuka aku hanya dapat menahan emosiku.

Aku menyobeknya menjadi lembar kecil meremasnya menjadi satu dan membuangnya ditempat sampah.

Kenapa harus sembunyi sembunyi? Langsung saja sampaikan rasa suka di depanku.

Langsung ku ajak gelut dia.

"Sirennnn," yeosang berlarian ke arahku sembari melambaikan tangannya.

Kok kayak anak teka sih? Gemess:(

"Bentar cape."
"Ya siapa suruh lari lari?"

"Kamu punya daya tarik, bawaannya pengen langsung deketin."

Aku gadengar bang aku ga dengar.

"Ayo kekelas."
"Ayo."

Aku dan yeosang berjalan menuju kelas sembari sesekali tertawa bersama

Gatau kita ketawain apa, memang dasarannya receh. Mau gimana lagi?

Bahkan hal hal yang bagi orang lain tidak lucu kami ketawakan.

"Kalo dilihat sih, kak siren sama kak yeosang cocok ya."
"Iya kelihatan lucu."

Hng waktu itu banyak yang ngehate, sekarang malah kek gitu. Maunya apa sih?!

"Ga cocok, apaan kak yeosang ganteng masa mau sama bungkus puyer."

BUNGKUS PUYER KATANYA?!?!?!?

Aku membalikan badanku dan melinting baju lengan panjangku hingga atas lengan.

"Ren renn," yeosang mencoba menahanku dan terus membujukku agar segera pergi ke kelas.

"Mau kubanting?!" Ucapku menatap tajam adik kelas itu.

Yeosang kelihatan panik dan segera menahan lenganku.

"Ren sabar ren, sabar"
"Gabisa harus ku gigitin itu kepalanya," ucapku mencoba melepaskan diri sedakan yeosang sudah menahan kedua lenganku.

"Sang biarin aku gigitin palanya," ucapku tetap mencoba melepaskan diri.
"Ren udah ren sabar-sabar."

Aku melihat wajah adik kelas itu ketakutan dan segera pergi.

"hEH MAU KEMANA KAM--HMP," yeosang membekap mulutku dengan tangannya.

"Ayo siren anak cantik, nurut dong" aku menjauhkan tangannya dan menghela nafas.

"Nang ning ning nang eu," aku menatap yeosang datar.

"Diem, aku masih kesel."
"Jangan kesel, serem kamu."

"Biarin"
"Ayo deh ke kantin, ku traktir"
"Beneran?"

Aku melihat yeosang tersenyum gemas dan menangguk.

Asique, aku dapet traktiran. "Tapi itu tolong lengan bajumu benerin dulu," ujar yeosang. Aku merapikan lengan bajuku.

Aku menuju kantin, yeosang mentraktirku sebuah roti dan sekotak susu. Aku melahap roti pemberian yeosang sembari menunjukan senyuman lebar. Memang makanan gratis itu paling nikmat.

"Gini loh, gausah marah marah. Serem," ucapnya, aku hanya mendengus.

"Ya mereka aja yang rabun mataya, cantik gini di katain bungkus puyer."
"Kepalamu mau ku gigitin?"

Aku melihatnya menyatukan dua telapak tangannya seolah meminta maaf.

Aku mendengus dan kembali melanjutkan acara memakan rotiku.

"Tapi makasih ya sang," ucapku dengan cengiran lebar. Yeosang tersenyum sembari menanggukan kepalanya.

"Hahaha kamu gemesin ren, gini dong setiap hari"

Aku mematung.

Yeosang terkekeh pelan sembari mengacak rambutku gemas.

Oh god....

N: maaf ya baru bisa sekarang, susah mau update, beberapa hari ini aku lagi banyak pikiran:" jadi maaf yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

N: maaf ya baru bisa sekarang, susah mau update, beberapa hari ini aku lagi banyak pikiran:" jadi maaf yaa.

Dan lagi jangan lupa vote ateez gaes, ayo rajin vote.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dependence ─K.yeosangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang