Verso #12

70 23 1
                                    

Waktu terus berlalu Tiap detiknya terasa lamban Sejauh mata memandang Hanya terlihat tanah yang tandus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu terus berlalu
Tiap detiknya terasa lamban
Sejauh mata memandang
Hanya terlihat tanah yang tandus

Satu persatu flora mulai gugur
Tak tahan dengan keganasannya
Bahkan tanah pun seolah gentar
Garis retakan itu, menjadi tanda kekuasaannya.

Hujan pun takut dengannya
Dua bulan, sang hujan tak menurunkan prajurit airnya.
Membiarkan sumber mata air itu semakin menggering.
Melihat para fauna perlahan mati.

Tak ada lagi kicauan burung
Kini yang terdengar hanya suara gema kegersangan
Sinar sang Surya menjadi pelangkap penderitaan
Kapan kemarau ini akan berlalu?

Semuanya masih sama, tandus
Semuanya masih sama, gersang
Semuanya masih sama, kering
Semuanya masih sama, mematikan.

Kaltim, 24 februari 2019

febby_by17

Aku bertanya pada semesta juga dirimuKemana perginya hujan beserta kerinduan?Kemana hilangnya harapan kala sakura bermekaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bertanya pada semesta juga dirimu
Kemana perginya hujan beserta kerinduan?
Kemana hilangnya harapan kala sakura bermekaran

Kini jiwaku tandus
Hilang...
Dan duniaku gersang

Tidak ada lagi
Tempat berteduh dari teriknya mentari

Seperti musim yang berganti
Kaupun berubah  tak ku kenali
Meskipun kemarau pergi
Kau belum tentu kembali.

dvazalea

TemporadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang