*Bienvenidos a nuestra temporada-Welcome to Our Season*
Dengan berbagai rasa.
Dengan berbagai suasana.
Karena ...
"Setiap musim punya kisah."
---
Proyek Antologi Harsetsia.
RAWS COMMUNITY.
21 Januari 2019
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sasa terpana menatap sosok cowok berparas tampan, tubuh tinggi jangkung dengan kemeja berwarna biru muda duduk di bangku yang sama di taman. Sudah lima menit gadis itu tidak berkedip hingga cowok itu melambaikan tangan ke arahnya. Bukan karena wajah tampan cowok asing itu yang membuatnya tanpa berkedip, melainkan mata biru yang dirindukannya sekian lama.
"Ada apa?" tanya cowok itu sebentar melihat manik mata Sasa, lalu beralih menatap lurus.
Lamunan Sasa buyar. Pikirannya berkeliaran kemana-mana.
"Kenalkan, aku Bani. Sebastian Bani," kata cowok. Membuat Sasa berani menatap ke arah cowok bernama Bani.
"Ada apa dengan wajahku? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Sasa berkedip mendengar pertanyaan Bani. "Kenapa kamu daritadi diam saja?"
Sasa bingung harus mengatakan kalimat apa yang cocok untuk mengambarkan isi hatinya. Apa perlu dia menangis sekarang?
"Namamu siapa?" katanya lagi karena tidak melihat tanda-tanda Sasa akan menjawab pertanyaannya.
"A-aku ... Sasa," jawab gadis.
"Sasa atau Salsa? Maaf aku tidak mendengar L dalam namamu, tapi aku takut salah menghapal namamu."
"Sasa tanpa L."
"Sasa micin ya?" balas Bani sambil terkekeh, tapi Sasa hanya diam saja menatap lurus ke depan. "Krik banget ya ... maaf."
Sasa semakin buang muka ke sembarang arah, asal jangan melihat ke arah cowok di sampingnya. Sasa Micin adalah panggilan seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya.
Jika melihat cowok itu lagi, bisa dipastikan Sasa akan histeris seperti tahun-tahun sebelumnya. Itu sangat mengerikan jika ditunjukkan pada orang yang baru dikenalnya.
"Tidak ... kamu tidak salah aku hanya butuh sendiri." Sasa berbicara dengan suara parau sambil menutup mata.
Bani menghela napas, "Baiklah aku akan pergi."
Sasa mendengar langkah kaki itu kian menjauh.
Dalam hati Sasa mengerutuki pikirannya yang belum lepas dari Ronal. Sehingga dunia menjadi gelap gulita.
Terakhir sebelum Sasa tergeletak, ia mendengar suara Bani teriak, "Sasaaa ...." Berhari-hari Bani tidak bosan menjenguk Sasa di rumah sakit. Sasa heran kenapa cowok itu selalu ada bersama dengannya padahal Sasa baru mengenalnya beberapa hari lalu.
"Kenapa?" tanya Sasa dengan wajah pucat. Bani menyiapkan kursi roda dan membantu Sasa duduk di kursi beroda itu.
"Kenapa apanya?"
Sasa menutup matanya menahan sakit di hatinya. Ia tidak mau jatuh hati lagi. Karena baginya setelah jatuh cinta adalah patah hati terdalam. Membuatnya sakit seperti tertusuk belati.