Vibrant
By ArchieElysiaBunyi mesin PC bergerung di dekat anak laki-laki berbaju putih yang terduduk di ruang yang didominasi warna biru.
Sesekali suara napasnya terdengar memenuhi atmosfer ruangan. Pandangannya tak lepas dari layar PC yang menampilkan tulisan bergerak meliuk-liuk sebagai screensaver.
Ji Sung Bae, bocah lelaki itu memijit dahinya. Bosan memandang tulisan bergerak di layar yang kadang berubah warna, kini teralih ke luar jendela.
Tunas-tunas bunga Mugunghwa yang menjadi ikon bunga nasional di negerinya, tumbuh di pekarangan rumah. Beberapa kuncup kelopaknya merekah diam-diam. Nampak segar terbalut embun sisa semalam.
Hari ini, makanan apa lagi yang akan dipakai untuk mukbang? batinnya.
Dia berdesis pelan. Kemudian lekas bangkit, berjalan keluar kamar menuju teras rumah. Dihirupnya napas dalam-dalam. Sebagai seorang youtuber acara mukbang yang subscriber-nya mencapai satu juta, dia harus sering mengisi acara makan dengan porsi banyak.
Semua karena hasrat ingin terkenal. Siapa sangka video pertamanya membuat subsciber-nya membeludak. Padahal hanya sekedar makan roti Pretzel, roti 'pita' khas masyarakat tradisional Jerman. Entahlah. Namun, sudah terlanjur. Banyak permintaan dan tuntutan dari para fans untuk membuat video yang lainnya.
Gaya hidupnya berubah 180°. Yang tadinya bebas kemana saja, sekarang banyak yang mengenalinya di luar. Tak jarang ada yang modus dengan meminta foto bersama, sudah layaknya idol papan atas. Di kelas pun, dia menjadi target para secret admirer-nya.
Lama-lama hatinya bungah. Sung Bae takut keluar rumah. Menjadi bocah yang kesepian tak berteman.
Tiba-tiba dia teringat seorang gadis di kelasnya. Jangankan dekat, namanya saja tak tahu. Tapi gadis yang sok akrab dengannya itu berhasil membobol pintu amigdala-nya.
"Awal musim semi nanti, ada Flowers Taean Festival. Daripada sibuk meladeni keinginan fans-mu, datang saja ke sana. Aku juga nanti ada disana," ucap Sang gadis kala itu dengan senyum semringah.
Sung Bae hanya menautkan alis. Apa wajahnya terlihat 'mengkeret' sampai dibilang begitu? Lalu, kalimat terakhirnya itu apa? Ngajak nge-date, begitu?
Dia geleng-geleng kepala. Kembali pada realita yang dihadapinya. Bimbang. Berangkat, tidak, berangkat, tidak—berangkat! Keputusan final.
Setelah pamit dengan kedua orang tuanya, Sung bae mengayuhkan kaki pada pedal sepeda, menuju Flowers Taean Festival yang terletak tak jauh dari tempat tinggalnya. Sekitar tujuh ratus meter dari rumahnya.
Di sana, hamparan bunga tulip bak permadani tergelar warna-warni. Sung Bae membiarkan aroma bunga yang harum semerbak memenuhi rongga alveolus-nya.
Dia menengadah sejenak. Angin berdesir, matanya terpejam sesaat. Namun, jejak angin menghilang bersamaan dengan sesosok yang menghalangi laju angin ke arahnya.
"Hei, kamu datang? Kukira tak akan datang," sapa seorang gadis, ramah.
"Ini bukan ide yang buruk, kok," balas Sung Bae.
"Aku bilang apa. Tempat ini bagus buat dikunjungi setelah hibernasi."
Alis Sung Bae terangkat. Siapa yang dia sebut hibernasi? Gadis itu, entah kenapa juga tak mengusik kenyamanannya.
"Kamu tak bawa apa-apa? Maksudku, untuk foto-foto." Suaranya terdengar menuntut. Kepalanya celingak-celinguk mencari sesuatu di sekitar Sung Bae.
"Untuk apa? Yang terpenting, kan, menikmati sampai sekalipun meninggalkan tempat ini, gambarannya masih terpatri di kenangan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Temporada
Fiksi Umum*Bienvenidos a nuestra temporada-Welcome to Our Season* Dengan berbagai rasa. Dengan berbagai suasana. Karena ... "Setiap musim punya kisah." --- Proyek Antologi Harsetsia. RAWS COMMUNITY. 21 Januari 2019