"People do bad thing's in order to survive."
Malam semakin larut, waktu telah menunjukkan tengah malam ketika pesta pernikahan muram di kediaman perdana menteri akhirnya berakhir. Gerard secara khusus telah menyiapkan bangunan terpisah di mansion yang luas untuk pasangan pengantin baru dan memberikan wajah bagi Hose Groot. Bagaimana pun, mereka masih harus menampilkan kesan baik dan bertindak tanpa mencolok di depan keluarga Groot.Karena awalnya bangunan itu telah disiapkan untuk pernikahan Alster dari beberapa tahun sebelumnya, tempat yang megah itu terletak cukup jauh dari bangunan utama lainnya. Ada taman besar yang menjadi lanskap, hutan buatan yang mengelilingi, bahkan danau, dan anjungan yang indah.
Wajah Hose segera penuh dengan keserakahan saat memasuki halaman yang akan menjadi tempat tinggalnya. Setelah berkeliling dengan puas, pria itu hanya melirik Alster Gerard yang memasang wajah gugup dari waktu ke waktu.
Tatapan Hose berangsur-angsur menjadi mesum saat mendapati gadis itu hanya duduk dengan menundukkan kepala. Fakta bahwa orang rendahan sepertinya tidak memiliki kesempatan untuk melihat putri bangsawan cantik, terlebih lagi putri perdana menteri, membuat Hose dipenuhi rasa puas.
Namun, mendapati sosok yang duduk menjauhinya seperti wabah membuat Hose tersenyum sinis. Rasa marah pria itu menghilang saat mengamati Alster dan mengingat kembali kelembutan kulitnya malam itu, membuat ekspresi Hose seperti anjing mesum.
“Hehe...” Hose menyengir.
Alster ingin muntah sampai mati karena jijik melihat ekspresi pria itu. Membayangkan dirinya telah terjamah, bahkan mengandung anak pria jelek itu membuat Alster ingin langsung membunuh pria di depannya.
Teringat kembali rencana dari pelayan tempo hari, Alster mencengkeram gagang belati yang disembunyikan dalam lengan gaunnya erat-erat.
“Kemarilah, ayo jangan takut,” Hose merentangkan tangan dengan air liur yang hampir menetes.
Alster memejamkan mata untuk mengusir rasa mual mengingat kembali sentuhan-sentuhan yang menjadi mimpi paling menakutkan dalam hidupnya. Ia semakin mencengkeram belatinya.
“Ja-jangan mendekat...”
Melihat wanita itu menampilkan ekpresi jijik, Hose mulai tersinggung.
“Apa yang kau takutkan? Kau lupa aku sudah melihatmu dan merasakan tubuhmu?”
Alster merangsek mundur saat Hose semakin mendekatinya dengan ekspresi penuh napsu.
“Jangan mendekat!” Ucap Alster gemetaran, “Pergi! Bajingan! Menjijikan!”
Wajah Hose berubah menjadi kaku. Ia menggertakkan gigi dan berjalan mendekat seperti serigala menghampiri mangsa. Merasa terancam, Alster menarik belati dari lengan bajunya, lalu melompat ke depan dan menggores pipi pria itu.
“Aahhh!!”
Hose terkejut dan terhuyung mundur. Ekspresi wajahnya berubah dari hijau menjadi merah saat luka pipinya meneteskan darah semakin banyak.
“Berani sekali kau!” Seru Pria itu menggeram dengan sangat marah, membuat Alster ketakutan, “Lihat apa kau masih memiliki keberanian!”
Hose segera maju dan menyambar tangan Alster dengan kasar. Gadis itu ingin menusukkan belatinya, tetapi karena tangannya bergetar, bilah itu jatuh ke lantai.
Hose menyeringai seperti binatang buas, lalu menampar Alster dengan kekuatan penuh. Wanita itu terhuyung, lalu jatuh membentur pinggir meja dan seketika pingsan.
Hose mendengus kecil melihat wanita itu tergeletak di lantai, “Apa-apaan ini?! Aku bahkan belum melakukan sesuatu dan sudah pingsan!”
Pria itu sekali lagi mendecak. Saat berbalik, tiba-tiba sosok hitam yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang mengunci lehernya dengan kekuatan tidak main-main. Pria berpakaian ninja itu menancapkan belati, lalu memotong nadi di lehernya. Potongan itu tidak besar dan sengaja dibuat sembarangan, tetapi sangat dalam di titik paling fatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THRONE - The Real Of The King
FantasyIa adalah pemilik takhta yang sesungguhnya. Ia pemuda terhebat satu dalam seratus tahun yang diimpikan setiap wanita. Ia mampu mengendalikan dunia seakan membalik telapak tangannya. Ia lah penguasa sebenarnya yang mengendalikan pertarungan dan kejat...