P A R T 1

657 31 0
                                    

"Bisa gak sih lo kasih kesempatan buat gue?" tanya devano pada seorang gadis yang tengah sibuk mengendarai mobil, devano termenung sejenak di sampingnya.

Gadis yang ada di samping nya itu seketika menginjak rem mobil dan membalang stir mobil dengan sembarang arah.

Rem dadakan membuat Devano hampir terbentur,untungnya ia menahan dengan sekuat tenaga.

Seketika gadis itu berdiam sejenak lalu menatap Devano dengan tulus.

"Gue gak bakalan bisa ngasih lo kesempatan dev, gue gak nyaman sama lo bahkan gak cinta sama lo. Harusnya lo paham dan harus tau itu" ucapnya dengan enteng membuat devano diam seribu bahasa

Deg

Sakit? Banget!! Devano bungkam, ia lalu mengalihkan pandangannya. Ia beralih ke arah jendela,dengan penuh air mata.

Dia benar-benar jahat,- batin devano

Devano pov

Sakit?banget boy!!! Sakitan mana yang udah berteman tapi justru menganggapnya hanya sebatas teman. Hahaha kan teman, gue itu gimana sih.

Gue langsung diam saat mendengar tuturan  Raniza. Yak nama lengkapnya adalah Raniza, dia temen kecil gue gimana gak nyaman kalo tiap hari bahkan dari kecil selalu bareng ?

Gue mengalihkan pandangan secepat kilat saat itu, tanpa aba-aba air mata gue jatuh. Bodohnya gue langsung menangis, semoga Raniza tidak melihat gue. Anjing kenapa selemah ini bangsat!

Entah kenapa gue begitu kecewa dengan semua ini, gue kira gadis yang selama ini adalah gadis yang menerima keadaan baik dan buruknya.

Tapi takdir berkata lain, ia justru lebih percaya dengan gosip yang seenak jidat nuduh gue kalo gue memiliki ikatan lebih  pada adik kelas gue.

Gue tau jelas karna waktu insiden itu, dia melihat nya dengan mata kepala sendiri dan gak lama besoknya gue mendengar gosip disekolah.

Pada dasarnya gue sama sekali gak tau dia siapa namanya? Dia lahir dari keluarga siapa dan apa yang ia miliki. Gue sama sekali ga tau itu.

Sumpa demi apapun, demi kuntilanak yang anaknya berwujud genderuwo yang galaknya ngalahin kakek tuyul. Gue sama sekali gak ada hubungan dengan wanita lain. Pasalnya, waktu itu gue balik sekolah kesorean karna tugas menumpuk.

Setelah mengerjakan tugas, gue langsung keluar kelas dan berjalan menuju parkiran. Lalu gue langsung tancap gas balik ke rumah.

Di pertigaan jalan, ga jauh dari sekolah sih. Gue hampir menabrak seseorang yang sedang berlari, sepertinya ia sedang dikejar. Entah gue kesambet apa waktu itu, gue langsung turun dari motor dan menanyakan padanya.

"Lo gak papa?" tanya gue dengan muka datar.

Gadis yang dihadapannya itu justru mendekap membuat gue kaget.

Kaget dong gue, gue siapa dia? Dia siapa gue?

Asal meluk-meluk aja.

"Lo devano kan? Kak bantu gue kak. Gue dikejar sama geng Bazeng" tuturnya

Sialan tuh mereka, ga capek apa tiap hari buat ulah? Bahkan pulang sekolah saja masih ngenggoda cewe-cewe.

"Buruan ikut gue, gue antar lo!" ucap gue lalu menaikkan motor dan tancap gas anjing

Keadaan dia?

Nangis, gugup, dan sekarang keadaanya sedang memeluk gue dari belakang.

Kurang lebih lima belas menitan gue sudah nyampe depan rumah dia.

Gue mematikan mesin, dia langsung turun dan ia tidak mengatakan satu patah kata.

Ia menunduk, sepertinya ia mengungkapkan terima kasih dengan menggunakan isyarat tubuh.

Gue mengangguk dengan tulus. Dan gue tunggu dia sampai benar-benar masuk ke rumah.

Setelah gadis itu benar-benar masuk, gue membenarkan posisinya dan mulai menyalakan mesin.

Deg,

Sebelum gue tancap gas, ada seseorang yang gue kenal selama ini. Dan dia adalah Raniza.

Lagi dan lagi, gue tiba- tiba diam seribu bahasa.

Kenapa gue sulit untuk mengatakan satu patah kata saja?

Anjing memang

Gue memberanikan diri untuk tetap santai dan mengalihkan pandangan lalu menatapnya lagi.

Gue tarik nafas panjang seketika gue ingin mengeluarkan suara, dia berbicara terlebih dahulu.

"LO! GUE GAK NYANGKA. GUE KIRA LO BAKALAN JADI LAKI-LAKI YANG BAIK TAPI DUGAAN GUE SALAH!", teriak Raniza dengan lantang membuat gue semakin bingung.

Apa maksudnya?

Gue yang sama sekali ga ngerti jalan pikirnya dia, dengan seenak jidat dia menyimpulkan ini.

" lo salah paham!" balas gue dengan menuruni motor.

Dia menangis sejadi-jadinya, dia nangis.
Setelah nya dia menampar gue tanpa mendengar penjelasan gue.

Anjing, gue benci orang yang dengan entengnya menyimpulkan semua masalah tanpa mengetahui dengan jelas.

Dari tatapannya, gue ngerti.

Gue paham, jadi Raniza menguntit gue waktu sepulang sekolah. Pasalnya gue nolak untuk bertemu sama dia, gue lagi ngerjain tugas anjing.

...

"Mana ada orang yang bener-bener tulus mempercayai gue? Haha mungkin dia akan balik ke gua disaat gue perlahan meninggalkannya" batin gue.



















Dahlah  ngegas terus:v

DEVANO [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang