Matahari sedang sadis siang ini.
Sinarnya yang menyilaukan turun ke bumi, di pantulkan dengan sukses oleh lapisan semen lapangan basket sekolah yang kini dipenuhi teman-teman seangkatan ku. Memang dasar cowok, seakan sengatan panas di siang hari yang terik ini tak cukup membuat baju mereka basah oleh keringat. Gw aja sudah beberapa kali menyeka peluh yang muncul di Kening sambil mengipas ngipas diri. Padahal, gw hanya duduk di tepi lapangan menonton temen gw.
"Heh, Devano!" Panggil Dito, temen kampang gw.
"Lo berjemur, hah? ". Gw menoleh, mendapati Dito duduk di samping gw sambil melindungi wajahnya dari terpaan cahaya matahari dengan handuk kecil kesayangannya. Ia sengaja menutupi tubuh yang gagah nya itu dari sengatan matahari dengan lindung di balik bayangan gw. Padahal si Dito badannya kekar, dasar bambwAnk:v
" Lu mao gw beliin air ga? " Tanya Dito tiba tiba.
"Kagak la, gw kaga haus juga"
"Ywdh gw cabut ke warung mba nonok" Gumam Dito.
"Ok" Dito lekas pergi dari manusia aneh yang bernyawa. Tiba tiba ada seseorang yang menawarkan air nya ke Devano.
"Ini minum, barangkali lu cape" Tawar nya. Gw menoleh dan ternyata Ara. Apa? Ara satu sekolah dengan gw? Omg.
"Ha? Apa? Lu? Yang kemarin? "
"Iya gw"
"Lu, sklh juga disini"
"Iya, emang kenapa? G boleh ya?"
"Boleh aja, ya kali ga boleh. Lagian ni sklh bukan punya buyut gw juga"
"Oh ya katanya lu mau chatt gw, ko belum ada notip dari elo?" Lanjut Devano.
"Oh iya, gue lupa. Oke gue langsung chatt lo ya"
"Oke lah"
"O iya hampir gw lupa, ini mao ga air nya. Malah ngobrol dulu"
"Iya, btw makasih banyak "
"Asyiap"
"Owh yaudah gue balik ke kelas dulu ya"
"Owh oke" Ara pun pergi meninggalkan Devano. Kini ia sedang di landa pertanyaan
"Oh ya dia kelas apa?"
"Dia pindahan dri mana? "
Terlalu banyak pertanyaan yang membuat nya semakin jenuh. Kini ia melampiaskan jenuh nya ke warung mba nonok.
"Mba nonok"
"Oit! Gosa teriak teriak kali kau ini tong"
"Beli air"
"Etdah buset! Air yang di tangan sampeyan dake sapa tong?" Tanya mba nonok bingung.
"Aaa tidakkkkk" Teriak Devano yg membuat mba nonok kaget.
"Allahu... Ana apa tong? Gawe dedekan bae" Kaget Mba nonok
"Oro papo"
"Bocah kampang"
"Yowes ako pengen balek dikit la" Gumam Devano logat Jawa
"Yowes ben" Jawab mba nonok cengir. Devano terdiam meratapi awan yang kini mulai memudar karna sore telah menjemput nya.
-Dikelas-
"Sumpah ya gw ga suka sama cewe, tapi blkangan ini jadinya gitu sih?" Batin Devano.
"Argh kenapa lagi sih? Masa otak gw langung blenger 100 persen gini?"
"Apa iya, gw mulai ada rasa sama cewe,aaa tidak perasaan baru ketemu dua hari yang yang lalu" Batin nya.
"Rumit ih" Tambahnya sambil menghela napas. Ia berani melangkahkan kakinya ke keluar sekolah untuk pergi ke rumah, sesampainya.
"Idih motor gw kenapa si? Ko tiba tiba kayak gini? Untung udah nyampe rumah. " Gumam Devano.
"Ini ga nyata " Katanya
"Ada apa si? " Tanya mama yang tiba tiba sudah di hadapan devano.
"Idih mama ngagetin aja"
"Ada apa dengan dirimu nak" Tanya mama Ria
"G papa ma" Jawabnya.
"Ya udah mama masuk dulu, kamu langsung ganti baju ya. Di meja makan sudah di siapkan makanan oleh bisa ijah" Gumam Ria selaku mama Devano. Ia pun mengangguk saja biar langsung cepet. Dan setelah makan malam, Devano kini sedang meratapi nasib yang beru saja muncul. Entah itu cinta?
"Pasalnya gue bertemu dia disaat gue membutuhkan rasa kasih sayang dari lawan jenis, bosen jadi kesayangan guru apalagi temen biadab"
-devano-
Dan yah, adik kelas yang Devano anter sampe rumah dalam keadaan beban masalah adalah Ara sahara, tepatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO [REVISI]
HumorGeorgius Danieelo Devano Danendra Sesuai namanya, ganteng, percaya diri, berkharismatik, cerewet, sopan, dan juga pintar. Namun sifat positifnya tidak berlaku untuk gadis berzodiak capricorn. Brandalan sekaligus kasar, julukan yang ia terima dari g...