BAB 6.2 Moment

6.5K 170 29
                                    


Happy reading😘😘😘 setelah hiatus lama.

"Aku bingung dengan semua sikapmu. Tapi ada satu hal yang aku tangkap kau menujukkan keperdulian." Arllet

**

"Sana! Kamu harus segera tidur agar besok tidak terlambat sekolah." Adimas membalik badan Scarllet sampai membelakanginya. Mendorongnya pelan masih sampai menuju gerbang mansion.

"Selamat Ulang Tahun, maaf terlambat mengetahuinya. Kamu harus mendapatkan nilai sempurna untuk ujian akhir minggu depan. Sukses."

Diana. Wanita yang menjalin hubungan spesial dengan Adimas. Nama itu terlintas begitu saja dipikiran Scarlett. Potongan percakapannya dengan Adimas lenyap karena bayangan wanita dewasa itu. "Kenapa nama itu muncul sih, ganggu aja."

"Kamu boleh keluar dari kelas saya Scarllet, kalau pelajaran saya mengganggu lamunan kamu!" Suara lantang itu menyadarkan dirinya dari lamunan sepanjang mata pelajaran kimia dimulai. Padahal pelajaran tersebut adalah pelajaran favoritnya selama ini. "Dari tadi saya menahan dan menoleransi akan kelakuan kamu selama pelajaran saya, karena kamu adalah murid terpandai dalam pelajaran saya. Tapi itu tidak berlaku ketik kamu sudah mulai lancang." Guru bernama Rena itu sudah tidak dapat menahan rasa kecewanya ketika murid yang dibanggakan mengatakan kalau sepanjang penjelasannya selama beberapa menit lalu dianggap mengganggu.

Scarllet senyum penuh paksa ketika mendengar teguran keras dari gurunya. Dia sadar kalau dia salah, tapi rasa bahagia yang dia rasakan dari semalam tak mampu ia lenyapkan begitu saja. "Maaf miss, tadi itu..." Scarllet kebingungan mencari alasan yang tepat untuk menutupi kesalahannya yang tak disengaja terucap, sungguh ia benar benar tak sengaja mengucapkan kata 'mengganggu'.

"Sudah. Apakah kamu masih ingin mengikuti pelajaran saya?" Scarllet mengangguk cepat atas pertanyaan guru tersebut. Guru tersebut terlihat mengehela nafas kasar. "Kita lanjutkan pelajarannya, perhatikan!"

"Loe kenapa? Dari tadi melamun terus, gak biasanya." Deasy yang duduk disebelahnya bertanya setelah miss Rena guru kimia kembali menerangkan materi persiapan ujian mata pelajaran kimia.

"Nanti gue cerita."

**

"Kamu sebenarnya masih menginginkan Diana atau tidak. Itu intinya, kalau masalah cinta aku yakin itu masih untuk bundanya Shaca. Entah itu Aqilla atau Aqinna!" Joe langsung tertawa setelah mengatakan itu. Dia merasa senang menggoda perasaaan dari sahabatnya yang telah lalu.

"Kurang ajar. Kamu sangat tau kalau dari dulu perasaanku hanya untuk Aqinna. Kenapa kau masih saja membawa Aqilla dalam masalah ini? Perlu kau tau suaminya itu akan menjadi singa kalau melihatku disekitar Aqilla." Joe semakin keras tertawa, seolah senang melihat kerumitan hidup sahabatnya.

Setelah meredakan tawanya Joe kembali bersuara. "Bukanya kau juga pernah menharapkan adik ipar kamu menggantikan Aqinna?" Joe semakin menantang emosi Adimas. Dia ia langsung tergelak melihat tatapan tajam dari sahabatnya. "Lalu Diana gimana?"

"Tidak ada." Hanya itu yang bisa Adimas katakan, karena nyatanya mencoba jalan dengan Diana tidak membawakan hasil apa apa. Selama dua bulan tak ada perasaan apapun yang dia rasakan untuk teman kerjanya itu. Kelebihan yang ia tangkap dari Diana adalah wanita itu cepat mengakrabkan diri dengan putrinya. Tapi itu saja tak cukup baginya, karena ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama lagi dalam hidupnya ketika memulai suatu hubungan. Apalagi dia adalah seorang yang kesulitan dalam menciptakan romansa dalam suatu hubungan.

"Tapi kenapa kemarin kamu menggedor pintu toko bunga yang sudah tutup Dimas? hanya untuk gadis tanggung gede itu... Ah sial. Dia kecolongan untuk menyadari itu." Batinnya bermonolog sendiri.

My SEXY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang