Bab 5.1 Forgotten

9.1K 298 47
                                    

Hai guys  😘😘😘. Terimakasih banyak bagi kalian yang mau nunggu banget cerita QA. Inilah yang kalian tunggu.

So silahkan di baca, jangan lupakan untuk tekan binatang dan tinggalkan komentarnya.

So silahkan di baca, jangan lupakan untuk tekan binatang dan tinggalkan komentarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seminggu yang berlalu Adimas tidak bertemu dengan gadis kecilnya. Rasa lelah terabaikan ketika mengingat gadis kecil yang selalu menjadi penyemangat hidupnya itu. Kesibukannya sebagai seorang dokter dan pemilik rumah sakit mengharuskan Adimas sering pergi ke luar kota seperti beberapa hari ini.

"Apakah saat ini kamu sudah bahagia Milky? memaafkan aku." Adimas selalu mengenang cintanya pada Shakinna almarhum istrinya. Istri yang selama hidup bersama selalu diliputi kesalahpahaman. Rasa bersalah pada istrinya terus melekat padanya hingga saat ini. Belum lagi perannya sebagai orang tua tunggal bagi putrinya telah tergantikan oleh adik iparnya. Semua begitu rumit sampai semua itu terjadi. Melihat betapa Davano mempertahankan Shaca untuk tetap bersama dan Aqilla membuatnya sedikit lebih tenang.

Adimas mengambil ponselnya menghubungi Shaca. Mengatakan kalau dia sudah siap berangkat untuk jalan jalan. Karena seperti biasanya Shaca akan minta untuk jalan jalan di hari weekend. "Ayah...  apakah kak Scarlett boleh ikut kita jalan jalan?" Masih teringat dalam ingatannya bagaimana Shaca meminta izin untuk mengajak gadis belia yang dia panggil dengan nama Sekar itu. Dan dengan cepat Adimas memberikannya izin.

Adimas sudah siap untuk menjemput Shaca di kediaman Morgan. Mengendarai mobil BMW putih untuk membelah jalanan ibu Kota.

Selang tiga puluh menit Adimas telah sampai pada alamat yang dikirimkan Scarlett lewat pesan singkat yang hanya di baca tanpa dia balas. Mengingatkan dirinya pada kenyataan kalau gadis itu selalu rutin mengirim pesan chat padanya. Menanyakan kabar dan basa basi lainnya. Adimas selalu membaca chat itu namun tak ada niat dalam hatinya untuk membalas. Ketika ada notifikasi dari pesan gadis itu dia langsung membacanya. Semacam ada candu dalam dirinya, dengan cepat membuka pesan itu tanpa menunggu waktu lama. Seolah dia merindukan pesan chat dari gadis itu. Tapi jika memang itu kebenarannya kenapa tidak ada keinginan dalam dirinya untuk membalas satu saja chat dari Scarlett. Itulah yang saat ini dia pertanyakan pada dirinya sendiri.

Adimas keluar dalam mobil mengenakan kaca mata hitam dan jaket kulit berwarna hitam. Berjalan menuju teras yang rumah yang cukup luas. Disana dia melihat gadis yang beberapa menit lalu berhasil masuk dalam lamunannya. Dia berjalan beberapa langkah kemudian berhenti ketika dia melihat gadis itu berjalan cepat ke arahnya.

Entah perasaan apa ini, perasaan aneh yang sulit digambarkan menyusup dengan begitu lancang ke dalam hatinya. Adimas berdiri kaku di depan gadis yang berjarak beberapa langkah, dengan raut wajah datar.

"Adimas" gadis itu bergumam lirih namun masih dapat didengar olehnya. "Emm... Hai." Ingin rasanya Adimas menarik sudut bibirnya, melihat sikap Scarlett yang berada di depannya. "Terus aku harus memanggilnya apa? Haruskah aku masih memanggilnya om."

My SEXY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang