Bab 5.2 Forgetten

10.5K 361 65
                                    


Hai guys... QA update ya sesuai janji yang kemarin, kalau lumayan banyak yang mau kasih komentar. Dan komentar kalian baut aku bahagia dan senyum. Terimakasih untuk keloyalan hati dan tangan kalian buat ngetik komentar. Dan jangan pernah bosen buat kasih like dan komentarnya buat cerita ini. Terimakasih

Boleh koreksi typo dan kata yang berantakan. Help me

Happy reading😘


"Sekar..." Suaranya itu semakin jelas di dengar oleh Scarlett. Namun tarikan tangan Leon membuatnya tetap berjalan. "Stop it Sekar.... Arlet." Scarlett berhenti ketika namanya dipanggil oleh Adimas. Membalikkan badan menghadap Adimas yang berdiri sendiri disana, beberapa langkah darinya.

"Jangan pergi!" Sudut bibir Scarlett tertarik keatas ketika lelaki itu menahannya untuk tidak pergi. "Jangan.... pergi sendirian kita tunggu Shaca." Kata selanjutnya membuat senyum itu kembali memudar. Dengan pasrah Scarlett menganggukkan kepala.

Adimas menarik tangan kanan Scarlett yang terbebas dari genggaman tangan Leon. Mengajaknya menuju tempat dimana Shaca dan Diana berada. "Ayah dari mana?" Shaca bertanya pada Adimas setelah gadis kecil itu melihat Adimas berjalan dengan Scarlett di sampingnya.

"Toilet." Dan kebohongan Adimas ini membuat Scarlett melepaskan tangan dari genggaman Adimas. Dia benci kebohongan yang dilontarkan oleh Adimas. Adimas tetap yang tidak mengakui keberadaan dan posisinya.

Adimas berjongkok untuk menggendong Shaca. "Kamu mau es cream?" Shaca terlihat mengangguk. Dan akhirnya mereka menuju kedai es cream. Shaca berada dalam gendongan Adimas dan Diana berjalan di sebelahnya. Scarlett mengalah untuk jalan di belakang. Setidaknya saat ini lebih baik karena ada Leon yang ikut sekedar menemaninya.

Sekarang pun Scarlett masih harus mengalah ketika melihat Diana mengambil tempat duduk di depan Adimas. Dan akhirnya dia memutuskan untuk mengambil tempat duduk di depan Shaca dan bersebelahan dengan Diana. Hanya terdiri dari empat kursi yang saling berhadapan. Adimas berhadapan dengan Diana dan Scarlett berhadapan dengan Shaca.

Leon harus mengalah dengan mengambil tempat duduk lain. Dan terlihat dia duduk di meja tidak terlalu jauh dari meja mereka. Duduk dengan seorang perempuan cantik yang diperkirakan seusia dengan dan Leon.

Mereka memesan es cream yang hanya dilakukan oleh Shaca dan Scarlett. Karena Adimas dan Diana sama sama memesan kopi. Diana membuka obrolan dengan Adimas. Lagi lagi Scarlett menjadi pendengar, tak ada keinginan untuknya masuk dalam obrolan itu. Karena mereka mengobarkan masalah kesehatan dan pasien.

"Dimas maafkan aku." Diana mengucapkan dengan lirih setelah memastikan bahwa Shaca tengah asyik dengan es cream dan majalah barunya. "Bisakah kita kembali seperti sebelumnya. Perasaanku masih sama untukmu." Kini tangan Diana menggenggam tangan kiri milik Adimas.

"Biarkan seperti dulu, kita perlu saling mengoreksi diri." Adimas membalas dengan memberikan remasan lembut pada tangan kanan Diana. Dengan mata yang memancarkan kehangatan dan senyum manis untuk Diana.

Scarlett  mendengar dan melihat semua adegan itu. Hatinya mendadak terasa sesak. Matanya tiba tiba mulai menggenang, tapi sekuat mungkin ia menahannya. Namun semua tak semudah itu satu tetes air matanya telah mengalir. Ketika kata kata Diana menyentak kenyataan kenapa selama ini Adimas tidak pernah bersikap manis padanya. Dan kenapa tidak satu pun pesannya di balas. Ternyata semua yang dianggapnya selama ini adalah kepalsuan.

"Seminggu sudah seminggu kita saling intropeksi. Tidakkah itu dapat meyakinkan perasaan kamu buat aku?" Kata kata Diana semakin memperjelas status Scarlett selama hampir dua minggu ini. Apa yang dikatakan Adimas di pesta pernikahan sepupunya ternyata adalah kepalsuan. "Apakah aku hanya sekedar cadangan?" Nafas Scarlett naik turun. Dadanya terasa penuh.
"Oh Tuhan jadi apa yang dianggap selama seminggu ini. Jadi ketika pernyataan itu Adimas masih menjadi kekasih Diana." Scarlett berdiri dari tempat duduknya. Dia sudah tahu semua jawaban dari segala pertanyaan yang timbul di hatinya. "Mana mungkin lelaki dewasa seperti dia mau dengan gadis labil sepertimu Arlet. bercerminlah!" Scarlett terus meratapi hatinya. Meredam rasa sesak dan air mata yang setetes demi tetes mengalir bergantian membasahi pipinya.

My SEXY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang