Bab 3.1 The Initial Struggle

11.3K 269 15
                                    

Hai guys... alhamdulillah QA bisa update cepat, lagi dalam mood ide bagus. So jangan lupakan bintang pada pojok bawah ya... diTEKAN jang diabaikan seperti Scarlett ya.

So langsung saja cuy, happy reading 😘

So langsung saja cuy, happy reading 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*

Pandanglah luasanya hamparan agar kau bisa melihat seluruhnya kehidupan. Layaknya hidup bersosialisasi. Lihatlah seberapa besar kebaikannya agar kau tahu seberapa berharganya dia.

*

Sudah hampir seminggu Scarlett mengurung diri di dalam kamarnya. Susan sempat bingung dengan sikapnya ini, kelimpungan meminta Jonathan untuk menanyakan ada apa dengannya. Dan Scarlett mampu meyakinkan Jonathan kalau dia baik baik saja. Seperti hari ini dia keluar rumah dan berangkat sekolah seperti biasanya.

Scarlett lagi malas malasnya, padahal hari ini akhir pekan. Tapi rencana mendekam diri di dalam harus tertunda. Karena sepulang sekolah nanti dia harus melakukan sesi pemotretan. Jika seperti ini dia jadi menyesal kenapa awal bulan kemarin dia menyetujui kontrak kerja dengan perusahaan majalah ini. Bukan karena ternama atau tidaknya perusahaan majalah ini. Tapi memang karena dia lagi dalam mode mood yang buruk.

Sudah seminggu ini dia tidak bertemu dengan Adimas sejak kejadian di rumah sakit. Setelah kejadian itu entah kenapa moodnya menjadi kacau, fokusnya hanya untuk belajar saja. Dan tidak dengan mendengarkan orang bicara atau mengajaknya mengobrol. Dia akan melamun jika diajak bicara, dan jika belajar dia akan konsentrasi seratus persen. Ajaib bukan, tapi itulah yang terjadi padanya.

Jam istirahat baru berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dia langsung keluar kelas ketika guru mengakhiri jam pelajaran, padahal guru tersebut belum keluar kelas. Gadis itu mengabaikan sopan santun, dengan dia keluar kelas terlebih dahulu. Mengabaikan teriakan temannya yang menyusulnya di belakang. "Arlet tunggu. Loe mau kemana?"

"Taman. Kalian pergi saja ke kantin, gue ingin sendiri." Tolaknya sambil terus berjalan hingga sampai di ujung lorong dia belok ke kiri. Di ingin ke taman menyendiri, melamun tanpa ada yang mengganggunya. Duduk di kursi kayu persegi panjang. Di bawah pohon paling besar paling ujung tembok dinding tepat dibawah jendela tempatnya duduk di ruang kelasnya.

Sudah sepuluh menit dia duduk sendirian di sini. Mendengarkan musik menggunakan earphon melalui ponsel pintarnya. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Hai Scarlett...." Scarlett menoleh, dia tidak mengenal cowok yang sedang berdiri di depannya ini. "Emm... mau?" Cowok itu mengulurkan sebuah roti padanya. "Gue perhatikan dari tadi loe hanya diam saja. Dan gue pikir loe lapar, ini bisa buat menjanggal perut loe, kalau loe mau sih." Cowok itu masih mengulurkan roti itu. Beberapa menit tak ada sambutan baik dari Scarlett cowok itu menarik kembali rotinya. Cowok berkaca mata dengan penampilan rapi. Tidak culun, lebih tepatnya berpenampilan layaknya siswa baik yang berotak cerdas.

My SEXY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang