3. "kalau panggil sayang boleh gak?"

191 22 3
                                    

IA MENGULURKAN TANGANNYA DENGAN RAGU KEARAH KENOP PINTU walaupun sebuah senyuman lebar sudah terbit di bibir tipisnya, ketika ia hendak membuka pintu kelas tersebut, seseorang sudah terlebih dahulu membuka pintu itu.

Seungmin bisa melihat dengan jelas wajahnya yang amat menarik, menurutnya, wajah milik pemuda tersebut sangat unik. Ia memiliki mata setajam elang, hidungnya agak besar dan mancung serta panjang, bibirnya lebar dan agak sedikit tebal, dan ia mempunyai kulit seperti makanan favoritnya, coklat. Sedikit bersinar akibat sinar matahari, dan ada ekspresi terkejut di wajahnya.

Namun itu tidak berlangsung lama, sebab raut wajah terkejut miliknya seketika lenyap dan berubah seperti orang kelas atas. Itu kata deskripsi di kamus milik Seungmin Gasarna, kelas atas. Atau kosa kata yang biasanya dimengerti oleh orang-orang: Sombong.

Bibirnya yang tadi sedikit kebuka akibat terkejutnya diri sang lelaki, sekarang ditarik ke atas, dirinya menyeringai dengan matanya berkeliaran di tubuh Seungmin. Dirinya mendesah pelan, kecewa sang lelaki tidak memakai seragam ketat. Seungmin pun mati-matian tidak memutar bola matanya dan menonjoknya sekarang juga tapi dia memilih untuk menahan diri. Ingat, dia masih sadar diri (baca: sadar status sebagai anak baru).

"Iya?" Seungmin memulai percakapan dengan intonasi "khas"nya yang lembut, mencoba bersabar karena hari masih pagi dan tidak ada gejala-gejala bahwa langit ingin menangis. Seungmin harus memanfaatkan hari ini dengan sebaik-baiknya.

"Oh," sang lelaki mengerjap dengan polos, sebelum mengulurkan tangannya sambil memberi celah untuk Seungmin agar dirinya bisa masuk kelas.

"Lo namanya sia—"

"—yang nanya." Lanjut Seungmin dengan wajah yang datar sebelum berjalan melewati celah yang diberikan oleh sang lelaki tinggi tersebut dan menutup pintunya dengan halus.

Menarik.

Lelaki itu pun dengan santai berjalan kearah tujuannya (yaitu kamar mandi pria) sambil bersiul dengan tangan kanannya ia taruh ke dalam kantung celananya dengan santai.

Sementara, setelah Seungmin masuk ke dalam kelas barunya dan baru saja membalikkan badannya, kelas tersebut yang Seungmin positif terdengar kalem dan tenang tiba-tiba berubah menjadi kelas yang berisik. Semua pandangan para murid teralihkan kepada Seungmin, sang empu hanya bisa merasakan pipinya memanas akibat semua perhatian yang ia peroleh hanya dari membuka pintu kelas tersebut.

"DIAM!" Bentak sang guru. Seketika suasana yang tadi riuh menjadi hening. Seungmin yang masih sedikit kaget pun memutuskan untuk memerhatikan sang guru. Menurutnya, sang guru sangat cantik. Badannya tegap dan pandangannya tajam serta tegas. Memiliki rambut panjang berwarna coklat tua yang ia biarkan jatuh sampai di bawah dadanya, dan bibir tipisnya ia poles dengan lipstick berwarna merah kental. Mengingatkan Seungmin dengan darah. Ia pun membawa sebuah aura yang kuat, saking kuatnya seluruh kelas langsung diam ketika ia membentak. Dirinya sedang memakai kemeja berwarna biru polos yang dengan dirinya membuka dua kancing di bagian atas kemeja, serta memasukkan bagian bawah kemeja tersebut ke dalam kulot hitam polos yang juga sedang ia pakai, dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam polos. Serba polos.

Keadaan hening untuk sesaat sebelum sang guru berbalik badan kearah Seungmin dan mengukir sebuah senyuman tipis di bibirnya.

"Senang bertemu dengan mu. Ayo, sini maju dan perkenalkan dirimu," pinta sang guru. Seungmin dengan ragu mulai mengambil langkah sampai akhirnya dirinya sampai di tengah kelas. Ia pun menulusuri satu-satu dari semua teman kelasnya. Seungmin bisa melihat seorang laki-laki sedang menatapnya dengan penasaraan, seorang laki-laki lagi yang menatapnya dengan tatapan tertarik, seorang perempuan yang menatapnya dengan tatapan malas, dan oh, darah Seungmin seketika berdesir dan jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari ritme aslinya.

Perempuan itu sedang menatapnya dengan tatapan sangat manis, maniknya bertemu dengan manik milik Seungmin dan lelaki tersebut bersumpah ia sudah jatuh kedalam pesona sang perempuan. Matanya sangat cantik, berwarna coklat muda. Ia juga memiliki alis yang tipis, serta senyuman yang ia lontarkan yang menghasilkan kaki Seungmin berubah seperti jeli.

Manis. Seperti lolipop yang ayahnya suka membelikannya dulu. Dan tatapannya, lembut seperti arum manis favoritnya. Dan juga hangat. Sehangat teh lemon panas yang Yuna gemar buat ketika awan menangis tersedu-sedu. Oh, Seungmin menemukan hal yang jauh lebih menyenangkan dari ketiga hal yang di atas.

"Halo?" Mata Seungmin mengerjap kaget sebelum berdeham dengan canggung, pipinya memanas mendengar kekehan perempuan tersebut, campuran antara malu dengan pikirannya dan malu mendegar suara kekehannya untuk dirinya. Oh mau ditaruh di mana lagi muka mu hm?

"Oh, maaf Bu. Kenalkan, saya Antalzo Seungmin Gasarna. Delapan belas tahun dan pindahan dari SMAN 1 Bandung. Panggil saya Seungmin atau Alzo sudah cukup. Terima kasih," Seungmin pun selesai memperkenalkan dirinya.

"Kalau saya panggil sayang boleh gak?" Seungmin mendongak dan tatapan matanya bertemu dengan tatapan seorang laki-laki berambut hitam yang sedang menatapnya dengan penuh minat dan ketertarikan.

Semua orang di kelas itu yang tadinya hanya diam saja langsung berubah, membuat gaduh di kelas. Banyak yang berteriak dengan jahil, tapi juga ada yang tersenyum maklum. Ada juga yang mengelus dada dengan tabah, Mungkin ini kelakuannya setiap hari, pikir Seungmin. Guru yang dari tadi melihat Seungmin memperkenalkan dirinya berdeham dengan keras, dan lagi-lagi, semua orang terdiam.

"Ya sudah, kamu bisa duduk di sebelah Yuqi," ucap sang guru menunjuk ke tempat kosong sebelahnya dia. "Dan kenalkan, nama saya Ibu Hanifa Kusmati Asmin. Panggil saya Bu Hani. Saya di sini sebagai guru Bahasa Ingriss. Sekarang, mohon ambil tempat duduk mu ya." Ujar Hani dengan lembut. Seungmin mengangguk dengan patuh sebelum berjalan kearah perempuan itu dengan gemetar, ia hanya menunduk walaupun bisa merasakan tatapan gadis itu yang berkeliaran di dirinya.

Ia pun akhirnya duduk dan mendongak, menghela napas lega ia bisa melihat papan tulis tanpa terhalang oleh apa-apa. Ia pun dengan cepat membuka tasnya dan merogoh isinya, dengan cepat mengambil buku tulis dan pena untuk menyatat walaupun ia menyukai pelajaran ini dan tidak mengalami kesulitan dalam belajar pelajaran ini.

Ia pun menyatat apa saja yang ada di papan tulis, 'hanya sekedar untuk berjaga-jaga ketika ada hal yang aku tidak tahu,' itulah kata Seungmin dulu pas dia masih menginjak umur enam belas tahun. Seungmin bisa merasakan tatapan dari gadis di sebelahnya menusuknya, sehingga ia menoleh dan matanya bertemu dengan mata milik perempuan itu.

"Aku Yuqi. Kamu?" Seungmin terkesiap, lalu terkekeh pelan sebelum tersenyum hangat. Karena itu, Yuqi pun ikut memberi senyuman manis miliknya.

"Kamu gak denger?" Ujarnya menjahili sang perempuan, dan Yuqi mendengus pelan dan senyumnya memudar dan ia pun cemberut.

"Sewot banget dah," ucapnya, lalu memfokuskan pandangannya ke arah papan tulis di mana Bu Hani sedang menjelaskan berberapa materi.

Seungmin yang melihat ini lantas tertawa pelan sebelum kembali menulis catatan miliknya, tidak mendengar sang gadis menggertakkan giginya dengan kesal.

EX.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang