Pria itu masih dengan posisi tidur duduk berusaha untuk selalu menemani kekasihnya yang masih belum sadar dua hari ini. Kekhawatiran di hati kecilnya akan kembali kehilangan sosok yang ia cintai selalu menghantui.
Kenapa harus ia dan Jimin yang mengalami cobaan keras ini semua?
Kenapa harus mereka, yang dulunya bahagia malah berakhir dengan penuh kesedihan atas hubungan yang mereka jalani. Seberat inikah cobaan dari Tuhan karena muak melihat tingkah tak lazim mereka?; berpacaran dengan sesama jenis itu munafik.
Dunia seakan memudar tanpa adanya senyum dan tawa seorang Jimin. Mememuhi seisi ruangan dengan jeritan serta tingkah konyol yang selalu membuat Jungkook senang. Waktu-waktu berharga dimana mereka menghabiskan sore hari bersama. Itu semua adalah hal yang ter-indah bagi Jungkook.
Tak luput pula, disaat ketegangan diatas tempat tidur yang membuat keduanya lupa diri dan memuaskan nafsu bercinta.
Hingga perlahan bencana pun muncul. Satu persatu, mencoba untuk membunuh Jiminnya. Lyn, awal dari segala keterburukan seakan menjadi meriam kuat yang membuat Jimin terlontar jauh darinya.
Ditinggalkan dengan luka keras di hati sudah cukup membuat Jungkook hampir depresi hingga bisa saja bunuh diri. Tidak cukup itu semua, disaat kebahagiaan kembali datang, maut malah mencoba merebut Jimin serta Lyn.
Tidak-kah mereka lihat betapa cinta dan sayangnya ia?
Tidak-kah mereka tau kalau Jimin itu bagai sebuah anugerah yang terindah baginya?
Hingga disela lelapnya tidur, air mata Jungkook menetes tatkala ia melihat sesosok bayangan putih didalam mimpinya, tengah melambai dan tersenyum.
Itu adalah Jimin. Air matanya menghiasi kedua pipi pucat dan perlahan melangkah kebelakang menaiki sebuah tangga tinggi tak berujung. Jungkook berteriak memanggil nama kekasihnya itu, tapi entah mengapa suaranya tidak keluar sama sekali.
Ia hanya bisa pasrah dan menangis disaat melihat dua makhluk bersayap membawa Jimin keatas. Menaiki anak tangga secara perlahan. Hingga tiba-tiba, suaranya pun muncul.
"JIMIN....!!! HIKS! JANGAN TINGGALKAN AKU....!!!"
Pria itu berbalik, hanya tersenyum getir dan kembali melambai.
Mungkin, inilah saatnya ia pergi. Menyusul sang ayah di surga dan meninggalkan semuanya yang ia cintai. Keluarga, sahabat, serta kekasih yang sudah membuatnya bahagia semasa hidup di dunia.
Saat Jimin dan makhluk bersayap itu hilang ditelan cahaya, Jungkook menjerit keras memanggil namanya.
"JIMIN....!!!"
Ia lalu tersadar. Melihat mesin monitor disamping ranjang Jimin berdenting lebih kencang dan pada akhirnya ... Tak ada harapan lagi. Pria itu telah pergi untuk selama-lamanya saat ini.
"TIDAK! TIDAAAKK!!! TIDAKKKK!!!"
Jungkook memeluk tubuh Jimin yang dingin memucat. Tiba-tiba saja dokter serta dua suster muncul dari balik pintu dan segera melakukan pacu jantung.
Air mata Jungkook menetes tepat diatas dahi Jimin, segera keluar saat suster mendesak.
Lyn. Wanita itu berada disana. Air matanya juga menetes dan membuang muka saat wajah hancur Jungkook berpapasan dengannya.
Saat Lyn berniat ingin menjenguk Jimin dan menitipkan kertas berisi surat terima kasih serta maafnya, didepan pintu, ia melihat Jungkook memeluk Jimin dan layar monitor jantung tidak bergelombang lagi.
Terkejut dan tercekam, Lyn segera berlari memanggil dokter untuk meminta pertolongan.
Tapi, kini hanya Tuhan yang bisa menentukan nasib Jimin saat ini. Apakah Tuhan sudah terlalu sayang padanya, atau masih diberi kesempatan untuk hidup?
![](https://img.wattpad.com/cover/174828261-288-k140733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommates » Kookmin [SEASON 1 - 2]
Fanfiction[SEQUENCES OF READING] : • Roommates > Season 1 : END • Lifemates > Sequel : END • Roommates > Season 2 : OG *** Season 1 : Semuanya berawal disaat Jimin satu kamar dengan seorang pria mesum. Highest Rank; 7 in Kookmin *** Season 2 : Hidup mereka y...