enam

28 6 2
                                    

Pelajaran matematika. Alih-alih memperhatikan apa yang sedang diterangkan guru perempuan berusia dua puluh tahunan, Keanna justru berkutat dengan ponselnya di bangku paling belakang.

Ia asyik berbalas pesan dengan Feli, sahabatnya sejak SMP yang berada di kelas IPS 3. Hanya saja, sejak empat hari yang lalu, Feli tidak masuk sekolah karena dirawat di rumah sakit.

Felii

Gue seneng aja chat sm dia

Seru gitu lohh

I can smell something

WKWKW

Jadi pengen cpet2 skolah

Ya makanya masuk

Biar ketemu

Aaaa mau ketemu Gabee

bawell, mkanya masuk

Keanna menahan tawanya saat Feli berkata ingin bertemu dengan Gabe. Cowok kulit coklat, rambut agak ikal, yang sering membuat satu kelas tertawa karena perkataannya. Gabe lumayan asyik untuk diajak bicara. Tidak heran Feli akan tertarik.

Merasa lengannya disenggol-senggol oleh Aster, Keanna mengangkat kepalanya dan menutupi ponselnya dengan jaket. Ternyata guru matematika sedang berada di tengah-tengah barisan sambil berbicara dan mengetuk-ngetukkan spidol pada meja di hadapannya.

Fokus Keanna yang sejak tadi hanya beberapa persen kini teralih sepenuhnya saat melihat Langit dan Gilang menuju ke toilet. Dua detik kemudian, Kevan menyusul dua orang itu. Sebelum berbelok ke toilet, Kevan menyempatkan melihat ke IPS 1, dimana matanya bertemu dengan mata Keanna di ujung belakang.

"Kerjain," Aster menyenggol lengan Keanna, mengarahkan dagunya pada lembaran buku yang ada di meja.

"Lo kerjain, Ster, nanti gue liat." Keanna melirik tanpa minat deretan soal yang tidak dia mengerti.

"Lah, enak banget."

Keanna mendengus. "Yaelah, gitu amat. Skip gue kalo ginian." Keanna menatap Aster, memelas.

"Iye, iye." Aster membuka buku tulisnya sambil melirik ke jendela. "Tuh, Kevan." ucapnya pada Keanna yang langsung menoleh. Reaksi spontan Keanna langsung membuat Aster tertawa ringan.

***

Keanna berkacak pinggang, dengan wajah ditekuk, menyapukan pandangan pada anak-anak cowok yang duduk di bagian belakang kelasnya. Ada yang menahan tawa saat melihat ekspresi Keanna, ada juga yang acuh tak acuh.

"Gabeee! HP gue mana?!"

Gabe memasang ekspresi terkejut. "Lah, kok gue?" Cowok itu menahan tawanya, "Andra tuh, Andra."

"Eh anjing, apa-apaan?" protes Andra kala namanya disebut-sebut. Andra menatap Gabe sejenak, lalu beralih menatap ponselnya lagi.

"Balikin, jing," ucap Keanna pelan tapi menuntut.

Gabe menepuk punggung besar Andra, "Ndra balikin, Ndra."

Andra menabok balik lengan Gabe
"Ye, dongo, orang tadi di elo."

"Balikin ih!" seru Keanna dengan kekesalan yang terus meningkat. "Gabe! Andra!"

"Apa Keanna?" tanya Gabe dengan nada sok halus dan wajah tanpa dosa.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang