0.1

9K 1K 48
                                    

Felix baru saja mendudukkan dirinya di kursi kerjanya dengan sebuah mug kopi yang mengepul di meja ketika sekertaris direktur menerobos masuk kantornya tanpa mengetuk pintu. Ia hampir menumpahkan kopi panas di mejanya karena terkejut. Si sekretaris yang sekarang ia ingat sebagai Shin Ryujin meletakkan setumpuk file diatas mejanya dibarengi sebuah senyum minta maaf di bibirnya.

"Maaf telah mengganggu Anda sepagi ini, psikolog Lee, tetapi kita memiliki pasien baru dan direktur ingin Anda segera memeriksa kasus ini. Dia mengatakan sesuatu tentang beberapa jaksa yang mengganggunya," celetuk si sekretaris dengan nada datar.

"Jaksa? Maafkan aku nona Shin tapi aku bukan psikolog kriminal. Psikolog Seo lebih ahli menangani kasus jenis ini dibandingkan aku," kata Felix, melihat tumpukan file di mejanya seolah benda itu bom yang bisa meledak kapan saja.

"Jadwal psikolog Seo sudah sangat penuh, tidak mungkin dia bisa menangani kasus ini juga. Saya telah mencoba berbicara dengan direktur karena saya tahu ini bukan departemen anda, tetapi dia menuntut anda untuk menangani kasus ini," sekertaris itu sekali lagi menyunggingkan senyum minta maaf, ia meremas tangannya dengan gugup. Sejujurnya tidak ada gunanya berdebat dengan sekertaris bosnya itu, karena sama seperti Felix, gadis ini juga ada dibawah tekanan.

"Baiklah, aku akan menangani kasus ini, tetapi aku harus menunda sesi dengan pasien hingga besok. Patients group discussion memakan seluruh waktuku hari ini, " Felix menyerah, ia memijit pangkal hidungnya yang membuat kacamatanya terlepas dari tempatnya. Ia sudah menyesal tidak menggunakan lensa kontaknya hari ini.

"Baiklah, psikolog Lee, terimakasih. Saya akan memberitahu direktur bahwa anda yang akan mengambil tanggungjawab atas kasus ini."

"Sama-sama," kata Felix setengah berteriak karena si sekertaris sudah meninggalkan kantornya dengan langkah cepat.

Felix merindukan hari-hari ketika Jisung masih menjadi sekretaris direktur, tetapi sahabatnya itu telah menerima tawaran pekerjaan dari klinik yang berbeda, yang membayarnya lebih banyak dan juga tampaknya lebih menghargai usahanya. Jisung selalu mengoceh tentang tempat kerja barunya setiap kali dia bertemu Felix, yang berarti setidaknya seminggu sekali.

Saat ini Felix sudah muak mendengar ocehan Jisung karena ia masih terjebak dalam lubang neraka ini tapi sulit untuk menemukan pekerjaan tetap saat ini. Ia tidak punya pilihan lain selain bertahan disini. Gajinya cukup untuk membayar tagihan, memungkinkannya memiliki apartemen bagus, dan menjamin perutnya selalu kenyang. Mudah-mudahan bosnya membayar mahal untuk pasien ini. Mungkin ia harus meminta nasehat pada Changbin karena penjahat bukan spesialisasinya.


*
*
*

Felix meneguk kopinya sembari membuka file pasien. Hal pertama yang dilihatnya adalah foto-foto mengerikan yang mungkin didapat dari TKP. Ia bersyukur telah melewatkan sarapan pagi ini.

Mengatakan bahwa kumpulan foto ini adalah konten gore sepertinya understatement. Felix tidak pernah melihat sesuatu seperti ini sepanjang hidupnya, dan ia telah menonton begitu banyak film gore dan thriller. Segala hal terasa berbeda jika mereka nyata.

Orang-orang mati dalam foto ini pernah hidup, mereka bekerja, duduk di depan tv untuk menonton acara keluarga bersama orang-orang yang mereka kasihi, seperti yang Felix lakukan tiap hari. Mereka bukan karakter fiksi dari cerita omong kosong tulisan manusia.

Pikiran-pikiran ini membuatnya sedih, tetapi juga mengirim getaran kengerian secara langsung pada tulang belakangnya. Siapapun yang melakukan ini semua memiliki masalah dengan kejiwaan mereka dan Felix harus berhadapan secara langsung dengan sosok ini dan bersikap profesional padanya. Sulit untuk tetap bersikap profesional ketika ia harus dihadapkan pada pelaku yang membuat foto mayat berdarah-darah ini menjadi nyata.

Felix bisa merasakan dengan jelas bahwa foto-foto ini akan menghantui mimpinya selama beberapa minggu kedepan, tetapi ia harus menyelesaikan kasus ini dengan serius dimana ia harus mempelajarinya secara profesional dan menyingkirkan empati pribadi yang ia rasakan pada para korban.

Meskipun ia sama sekali awam mengenai forensik, Felix segera sadar siapapun yang melakukan ini tahu apa yang sedang coba dia kerjakan, luka-luka di tubuh mayat tampak disengaja namun terorganisir dan sangat rapi. Felix yakin si pembunuh sepenuhnya sadar dan tidak berada dalam pengaruh obat tertentu ketika melakukan ini, karena dia menusuk secara spesifik bagian-bagian tubuh yang akan memuntahkan darah paling banyak tetapi itu juga membuat si korban meregang nyawa lebih lama.

Felix tidak dapat membayangkan bagaimana rasa sakit yang dirasakan oleh si korban. Emosinya meningkat, ia tidak dapat mempercayai kenyataan bahwa seseorang dapat melakukan kejahatan keji seperti ini. Tiga orang terbunuh dengan cara yang sama, dengan kematian yang perlahan dan menyakitkan.

Felix membaca laporan autopsi setelah mengisi mug-nya dengan kopi lagi. Biasanya ia akan makan siang bersama Changbin dan rekan kerjanya yang lain saat ini, tapi Felix tidak yakin ia bisa mencerna apapun setelah apa yang ia lihat.

Jujur, saat ini ia sedikit terpesona dengan kasus ini. Tidak diragukan lagi bahwa kasus ini adalah kasus klasik pembunuh berdarah dingin dan manusia biasa seperti Felix pada dasarnya memang terpesona pada kematian dalam satu atau lain cara.

Autopsi yang dilakukan pada ketiga mayat menunjukkan bahwa para korban telah disiksa sebelum ditusuk. Luka akibat cambukan ditemukan di bagian punggung tiap mayat, luka ini terjadi kira-kira dua jam sebelum kematian. Tubuh mereka juga disiram alkohol, rasa sakitnya pasti luar biasa.

Leher Felix meremang, ia segera menutup file kasus pasien ini. Perutnya kram dan dia yakin ia akan memuntahkan apapun yang ada dalam perutnya. Pada akhirnya yang berhasil ia muntahkan hanya cairan kopi dan asam lambung yang seketika membuat mulutnya terasa pahit.

Jam di meja memberitahunya bahwa Felix harus segera pergi ke ruang diskusi untuk memimpin sesi kelompok atau ia akan terlambat dan salah satu pasiennya sangat membenci keterlambatan.

Felix senang bisa kembali bersama para pasiennya dan meninggalkan kegilaan yang baru ia alami. Namun, pikirannya selalu kembali pada file itu, pada keluarga korban pembunuhan dan pada si pembunuh yang akan ia temui besok.




TBC

So, aku memutuskan buat publish ulang cerita ini. Btw, tokoh Changbin disini sebelumnya adalah you know who jadi kalo misal namanya you know who masih ada disini karena aku kelewatan ngegantinya tolong kasi tau

shady || hyunlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang