Tiga hari berlalu dan tidak ada apapun yang terjadi. Polisi tidak berhasil menemukan Hyunjin dan Hyunjin juga tidak menemui Felix. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia mengharapkan Hyunjin datang padanya, namun ia kecewa tanpa alasan yang jelas.
Suasana hari Felix sangat buruk, bahkan direktur memberinya libur akhir pekan lebih awal karena ia mengacaukan apapun yang dikerjakannya. Baik Changbin maupun Jisung sama sekali tidak berani bertanya apa yang salah. Mereka hanya membiarkan Felix dan tidak membawa nama Hyunjin dalam pembicaraan.
Namun mereka mencoba mengalihkan perhatian Felix (dengan membawanya ke bar dan membuatnya mabuk dengan vodka). Jadi disinilah Felix, berbaring di sofanya untuk menghilangkan hangover pada hari sabtu seperti seorang pecundang.
Suara ketukan di pintu mengejutkan Felix yang sedang mengasihani dirinya sendiri, dan ia mengumpat pelan. Jika itu adalah Jisung dengan pizza ditangannya maka Felix akan memukul sahabatnya itu terlebih dulu sebelum menciumnya karena sudah berbaik hati membawakannya makanan.
Ia membuka pintu, siap untuk mengomel pada Jisung, namun yang ia lihat adalah wajah yang ia putuskan tak akan pernah ingin ia lihat lagi. Hyunjin bersandar santai di pintu, seringai di bibirnya dan rambutnya acak-acakan. Felix melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan orang normal ketika menghadapi seorang psikopat yaitu meninju rahangnya.
Hyunjin hampir kehilangan pijakan, tetapi dia tampaknya tidak kaget dengan reaksi semacam itu. Dia mengusap rahangnya sembari menyeringai sebelum mendorong Felix masuk, menutup pintu dengan kakinya.
"Kurasa seseorang sedang badmood?" Tawa Hyunjin ketika dia mencoba memasuki personal space Felix. Fix melangkah menuju ruang tamunya sebelum Hyunjin mendorongnya ke dinding lagi. Ruang tamunya relatif terbuka, terhubung langsung ke kamar tidurnya dan memberinya lebih banyak ruang untuk bernafas. Presensi Hyunjin cukup mengintimidasi tapi dalam ruang yang cukup besar setidaknya Felix dapat mengendalikan dirinya.
"Are you fucking kidding me? Apakah kau berpikir aku akan mengadakan pesta begitu aku melihat wajah menyebalkanmu?" desis Felix lalu menyilangkan tangan di depan dadanya sampai ia menyadari betapa konyolnya itu. Ia merasa seperti seorang istri yang marah pada suaminya karena pulang terlambat.
"No, but I expected a frenzied kiss," Hyunjin mengakui sembari menyeringai, berjalan ke arah Felix yang mundur selangkah.
"Frenzy, my ass."
"We'll get to that later. Kau tidak merindukanku sama sekali?"
"Tidak sedikitpun, dan kau harus pergi dari apartemenku sekarang!"
"Kau tahu, orang waras manapun akan memilih menelepon polisi bukannya meninju wajahku dan menikmati berbincang denganku. Kau benar-benar menyukaiku, ya?" tanya yang lebih muda sembari melingkarkan satu tangan di pinggang Felix dan menariknya lebih dekat.
Felix mungkin sangat marah, jengkel dan bingung, tetapi ia tidak akan melawan kontak fisik dengan Hyunjin. Sangat mudah untuk menyerah pada psikopat itu. Otaknya mengingatkan Felix bahwa ia ada dalam pelukan seorang pembunuh tetapi Felix tidak peduli. Ia menjadi terlalu ceroboh untuk peduli.
"Jangan... jangan terlalu percaya diri," kata Felix terbata, ia terlalu mabuk akan aroma Hyunjin bahkan untuk menyusun sebuah kalimat sederhana.
"Apa kau marah karena aku tidak langsung menemuimu? Don't be mad, babe," bisik Hyunjin di telinganya dan seluruh tubuh Felix menjadi kaku. Hyunjin memperhatikan hal itu dengan penuh minat.
"Kau baru saja memanggilku apa?" tanya Felix. Darah mengalir ke bagian bawah tubuhnya sementara jantungnya berdebar kencang. Ia bisa merasakannya lewat nadi di tenggorokannya dan Hyunjin menatap denyut nadi yang terlihat di tenggorokan Felix sembari menjilat bibirnya. Pembicaraan ini jelas menuju ke arah yang dia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
shady || hyunlix ✓
Fiksi PenggemarLee Felix bersyukur dengan kehidupannya sebagai seorang psikolog. Hidupnya sederhana dan tenang hingga ia harus menghadapi Hyunjin, pasien barunya. Seorang psikopat yang menghabisi nyawa sebuah keluarga tanpa berpikir dua kali. Warning : ⚠️ Blood sc...