Felix berjalan menuju kamar mandi dan seketika memuntahkan sarapannya di toilet. Sangat normal baginya untuk mengeluarkan apa yang baru saja ia makan setelah melakukan presentasi besar atau hal penting lain.
Mengenal dirinya sendiri, Felix sudah mengemas sikat gigi sehingga ia tidak akan berjalan dengan rasa muntah di mulutnya sepanjang hari. Untuk sekali ini, Felix bisa menepuk dirinya sendiri karena melakukan sesuatu yang benar. Namun, berkumur atau mencuci tangannya tidak dapat membatalkan apa yang dikatakannya dalam ruang sidang.
Felix benar-benar menandatangani sekumpulan surat yang menjadi dasar huum agar Hyunjin bisa ditempatkan di kliniknya. Tidak pernah seumur hidupnya ia membenci dirinya sendiri. Emosinya telah menguasai dirinya sendiri dan sekarang Felix harus berurusan dengan konsekuensinya. Direktur tidak akan membiarkannya mentransfer kasus Hyunjin ke Woojin karena itu kesalahannya si psikopat berakhir bersama mereka.
Felix baru hendak meninju dinding untuk melampiaskan emosinya ketika ia mendengar suara orang bicara. Sebuah suara yang segera ia identifikasi sebagai suara yang menghantui hidupnya secara konstan.
"... ini tidak seperti aku akan membunuh orang di kamar mandi. Tidak bisakah kau biarkan aku menyelesaikan urusanku dengan tenang sekali saja?" Ia mendengar Hyunjin bicara. Dia terdengar agak jengkel berkat para penjaga yang terus mengikutinya ke mana-mana. Mereka memasuki kamar mandi dan Hyunjin memperhatikannya segera, memasang senyum polosnya.
Felix ingin meninju senyum itu dari wajahnya atau menghantam bibirnya sampai senyum itu menghilang. Kedua pilihan itu tidak masalah baginya.
"Dia psikologku. I think he can be left alone with me, right psychologist Lee?" para penjaga memandang Felix, mengangkat bahu dan meninggalkan kamar mandi.
Felix ingin berteriak pada mereka karena mereka meninggalkan seorang psikopat sendirian dengan orang lain. Hyunjin diadili karena membunuh tiga orang dan penjaga keamanannya tidak melakukan apa-apa selain meninggalkannya di kamar kecil bersama Felix.
Ia baru hendak menyusul mereka keluar tetapi Hyunjin meraih pinggulnya dengan cepat. Sebelum Felix bisa memproses apa yang terjadi punggungnya sudah menabrak dinding.
"Tidak tahan tanpa aku, huh?" Bisik Hyunjin di bibirnya. Sedekat ini dengan Hyunjin membuat Felix pusing. Bahkan lebih sulit untuk berpikir ketika yang lebih muda sedekat itu dengannya.
"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan," desah Felix, berusaha mengatur nafas. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia kesulitan bernapas dengan benar. Mungkin itu karena Hyunjin menekannya begitu keras ke dinisng. Tidak ada tangan di lehernya dan Felix hampir merindukannya. Namun tentu saja, ia tidak akan mengakuinya dengan keras.
"Oh, ayolah, Felix. Kau baru saja mengatakan kepada juri untuk membiarkanku ditempatkan di klinikmu karena itu pilihan paling aman."
"Itu pilihan paling aman."
"Apa kau yakin? Jadi perasaan putus asa-mu padaku tidak memainkan peran apapun?"
"Aku tidak punya perasaan putus asa padamu," sembur Felix tapi itu sia-sia. Mereka berdua tahu lebih baik dari itu. Hyunjin hanya tersenyum ketika matanya dengan lapar menjelajahi seluruh wajah Felix.
Impuls listrik melesat ke seluruh tubuhnya, membuat jantungnya berdebar lebih kencang dan mengarahkan darahnya ke bagian bawah tubuhnya. Ini bukan waktu atau tempat untuk membuat sebuah kesalahan besar.
"Oh benarkah? Matamu menceritakan kisah yang sangat berbeda. Kau melihatku seolah ingin memakan saya hidup-hidup atau ingin meninjuku, tetapi aku sudah terbiasa dengan itu sekarang. Matamu berteriak padaku untuk menghancurkan tubuhmu."
"They tell you that I want to be killed?"
"Nah, itu tidak akan menyenangkan. They tell me that I should fuck you right against this bathroom wall. Mereka memohon padaku setiap kali kita bertemu dan aku hanya seorang pria biasa. Sulit untuk menolak pesonamu," bisik Hyunjin. Nafas panasnya mengenai daun telinga Felix. Ia mencengkeram jas Hyunjin dalam upaya putus asa untuk menjaga dirinya tetap berdiri.
"Kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa aku tidak percaya pada setiap kata yang baru saja kau ucapkan, "jawab Felix. Dia tahu bahwa Hyunjin sedang bermain dengannya. Yang lebih muda tahu bahwa Felix tertarik padanya secara personal tidak hanya sebuah hasrat seksual sederhana. Hyunjin tahu bahwa Felix telah jatuh cinta padanya.
"Hmm... mungkin aku harus menunjukkan padamu bahwa perasaanmu tidak bertepuk sebelah tangan," kata Hyunjin dengan lancar, ia mengendus leher Felix.
"Persetan," hanya itu yang berhasil dikatakan Felix. Hyunjin tertawa rendah sebelum akhirnya dia menyatukan bibir mereka. Tidak ada kejutan yang melumpuhkan tubuh Felix saat ini. Tangannya langsung mengembara ke rambut Hyunjin, menghancurkan tatanan rambut yang sempurna, tetapi ia tidak peduli.
Hyunjin sama bersemangatnya, menilai dari caranya dengan sungguh-sungguh menjilat bibir Felix dan mendorong tubuh mereka lebih dekat. Felix bahkan tidak berpikir dua kali dan membuka mulutnya dengan rela, putus asa untuk mencicipi Hyunjin lagi. Ia kecanduan rasa Hyunjin. Hwang Hyunjin adalah kryptonite Lee Felix, membuatnya lebih lemah setiap detik, tetapi ia juga tidak mampu melepaskan diri.
He was making out with a psychopath in the restroom of a fucking court house. Pasti ada sesuatu yang salah dengan otak Felix. Felix menghancurkan dirinya sendiri, namun ia tidak bisa berhenti. Inilah apa yang ia inginkan, apa yang ia butuhkan.
Bibir tebal Hyunjin menempel di bibirnya, lidah mereka terjalin dan tubuh mereka sangat dekat. Felix merasakan bagaimana celananya mulai menjadi terlalu ketat tetapi ketika Hyunjin menggerakkan pinggul mereka satu sama lain, ia sadar bahwa ia bukan satu-satunya yang punya masalah disini. Namun, mereka tidak dapat melangkah lebih jauh karena mereka mendengar gedoran di pintu.
"Istirahat berakhir dalam dua menit," gemuruh salah satu penjaga keamanan.
Felix harus menahan rengekan dan Hyunjin juga tidak tampak senang. Yang lebih muda menjilat bibir Felix perlahan dan meninggalkan sebuah ciuman pendek sensual sebelum melangkah ke salah satu wastafel. Kaki Felix terasa seperti jeli, dan ia senang dinding membuatnya tetap tegak.
"I love that wrecked look on you but you should really tidy yourself up," komentar Hyunjin, ketika dia memperhatikan Felix dari kepala hingga kaki. Felix segera mencoba merapikan pakaian dan rambutnya sembari mendesis, "Terima kasih atas sarannya."
"Senang membantumu," jawab Hyunjin sembari merapikan rambutnya dengan jari. Felix berusaha untuk tidak memperhatikan jemari panjang itu terlalu lama.
"Fuck you," umpat Felix.
"Segera. I'll fuck you. Soon. Very soon."
Itu adalah sebuah janji yang membuat darah Felix berdesir. Ia benar-benar ingin menampar dirinya sendiri karena ia tidak seharusnya bersemangat pada kemungkinan disetubuhi oleh seorang psikopat. Hyunjin berjalan menghampirinya lagi, seringai lebar di bibirnya.
"See you soon, Felix," bisik Hyunjin ditelinganya sebelum dia melangkah meninggalkan kamar mandi. Meninggalkan Felix yang terengah-engah dan akhirnya jatuh terduduk.
*
*
*Kemudian, pada hari itu Felix menyetir menuju apartemen Jisung. Bersiap untuk mengakui segalanya tentang Hyunjin dan meminta bantuan. Namun, ketika ia hendak memasuki basement apartemen Jisung, Changbin meneleponnya. Mengabarkan bahwa Hyunjin melarikan diri.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
shady || hyunlix ✓
FanfictionLee Felix bersyukur dengan kehidupannya sebagai seorang psikolog. Hidupnya sederhana dan tenang hingga ia harus menghadapi Hyunjin, pasien barunya. Seorang psikopat yang menghabisi nyawa sebuah keluarga tanpa berpikir dua kali. Warning : ⚠️ Blood sc...