0.8

3.5K 695 58
                                    

Felix mulai menulis laporannya tentang Hyunjin segera setelah ia selesai makan malam dengan Jisung. Saat ini tengah malam dan ia sudah menyelesaikan laporannya, tapi entah mengapa ia tidak bisa memaksa dirinya sendiri untuk mencetak laporan itu atau bahkan sekedar menyimpannya. Seharusnya mudah, seperti laporan lain yang pernah ia tulis tetapi kali ini berbeda. Karena ini Hyunjin.

Felix telah bertarung melawan otaknya yang kurang tidur selama berjam-jam, dan ia masih tidak bisa memutuskan apakah ia akan menyerahkan laporan ini atau tidak. Disatu sisi ia sudah selesai dengan kasus ini, tapi disisi lain ia tahu ia tidak melakukan pekerjaannya ini dengan maksimal. Argumen terakhir sebenarnya lebih seperti keinginan putus asa Felix untuk melihat Hyunjin sekali lagi.

Hal ini tidak sehat, sama sekali tidak profesional, dan akan menghancurkannya. Hwang Hyunjin telah memerangkap Felix dalam mantra yang dan sekarang sudah terlambat untuk melarikan diri.

Felix mengutuk dirinya sendiri dan meninju meja kerjanya begitu saja. Sakit, tapi ia dengan mudah mengabaikannya. Ia benar-benar butuh tidur sekarang, dan ia akan memutuskan di detik terakhir apa yang akan ia lakukan dengan laporannya.


*
*
*

Ada sepasang tangan yang menekan lehernya, memotong jalan nafasnya, dan ia berusaha melepaskan diri. Sepasang tangan itu melonggarkan cengkeramannya dan ia bisa bernafas lagi. Felix tersengal-sengal, tidak yakin berapa lama ia tercekik. Hal berikutnya yang ia dengar adalah suara tawa pelan, suara tawa yang saat ini terasa sangat familiar di telinganya. Kulitnya meremang dan sekujur tubuhnya menggigil.

Felix memberanikan diri untuk membuka matanya, dan seketika ia bersitatap dengan iris gelap dan dingin milik seorang Hwang Hyunjin. Seperti biasa, ada senyum terpasang di bibir yang lebih muda, sementara rambutnya yang acak-acakan menggelitik wajah Felix.

Hyunjin menjulang diatasnya, satu tangannya menopang Felix atau mungkin ia akan menggunakan tangannya itu untuk menghancurkan Felix. Sementara tangannya yang lain memijat leher Felix, siap untuk kembali mencekik si psikolog jika ia tidak menurut.

Felix merasakan kegilaan menembus dirinya dan ia ingin mengutuk ketika merasakan celananya mengetat. Ia harusnya berjuang untuk melarikan diri bukannya terangsang karena tindakan gila bajingan didepannya itu.

Felix tidak tahu bagaimana ia bisa berakhir di tempat tidur hanya dengan pakaian dalam sementara Hyunjin yang sudah kehilangan pakaian atasnya mengungkung Felix. Kulit susu yang lebih muda memerah karena cahaya dan Felix tidak ingin apapun lebih dari menggigitnya.

"Don't even think about it," bisik Hyunjin, seperti ia bisa membaca pikiran Felix dan itu membuat si psikolog tersipu.

Tawa kecil kembali menghampiri Hyunjin sebelum ia menempelkan bibirnya pada leher Felix. Dia mencium tanda keunguan yang sengaja ditinggalkan tangannya sendiri dan Felix lagi-lagi tersengal untuk alasan yang sepenuhnya berbeda.

Celana dalamnya semakin mengetat dan ia semakin menantikan sentuhan Hyunjin di setiap inci tubuhnya. Lidah Hyunjin menjilat lehernya, sebelum menghisapnya dan memperbesar tanda keunguan yang sudah ada.

Pikiran Felix berteriak pada tubuhnya karena bereaksi dengan sukarela pada sentuhan Hyunjin. Ia ingin untuk melarikan diri, tetapi ia juga menginginkan lebih. Lebih banyak jilatan, ciuman, dan sentuhan Hyunjin di tubuhnya.

Hyunjin bisa dengan mudah membunuhnya sekarang. Felix sangat sadar bahaya yang akan menimpanya tapi rasa takutnya telah hilang entah kemana. Beberapa bagian sinting dari dirinya terangsang oleh fakta sederhana itu. Fakta bahwa nyawanya berada ditangan dingin namun lembut Hyunjin.

"Tidak perlu menahan suaramu, tidak ada yang akan mendengarmu," perkataan Hyunjin adalah undangan sekaligus peringatan. Undangan bagi Felix untuk melepaskan segalanya, namun juga peringatan bahwa tidak ada seorangpun yang akan menolong dan menemukan Felix bila Hyunjin memutuskan bahwa menghabisi nyawa Felix jauh lebih menyenangkan dibanding sebuah kontak seksual sederhana.

Sensasi lain mengoyak tubuh Felix, membuatnya mengangkat pinggangnya. Tubuhnya menyerah dalam sentuhan Hyunjin dan Felix ketakutan. Hyunjin hanya tersenyum dan membiarkan tangannya bergerak lebih jauh. Jemarinya sampai pada boxer Felix.


*
*
*


Alarm Felix membangunkannya dari mimpi. Ia tidak tahu apakah ia harus bersyukur atau mengumpat. Itu adalah mimpi yang sangat tidak pantas, membuatnya ingin muntah tapi disisi lain ia harus mengakui bahwa ia menikmatinya. Tubuhnya penuh keringat dan ia terangsang, Felix benar-benar harus melakukan terapi pada dirinya sendiri.





TBC

Sebenernya chapter ini sama chapter sebelumnya harusnya jadi satu, cuma setelah kupikir kalo disatuin itu nonsense, soalnya suasananya beda banget.

shady || hyunlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang