1.0

4K 723 87
                                    

The number of wet dreams that followed that kiss were embarrassingly high. Hormon Felix bergejolak seakan ia kembali ke masa pubertasnya lagi. Ia menginginkan lebih banyak dari Hyunjin, ia menginginkan segala yang bisa ditawarkan oleh bajingan berhati dingin itu.

Namun, Felix juga kehabisan waktu. Ia hanya punya satu sesi tersisa dengan Hyunjin sebelum akhirnya ia harus menyerahkan laporannya. Yah... Ia sudah menulis kerangka kasarnya dan memberi berbagai informasi terkait Hyunjin tiap akhir sesi mereka, tapi laporannya belum selesai, karena Felix tidak melakukannya secara profesional.

Felix merasa dirinya hanya menyusuri permukaan kepribadian dan masa lalu Hyunjin, ia masih tidak memahami bagaimana perspektif psikopat itu. Selain itu, direktur ingin ia menjelaskan diagnosisnya di pengadilan.

Changbin sudah menawarkan diri untuk memberinya training, karena yang lebih tua tahu bagaimana menegangkannya duduk di pengadilan apalagi dengan status saksi ahli dan harus mempertahankan kredibilitas mereka.

Tidak peduli seberapa tertariknya Felix pada Hyunjin, ia tidak dapat melupakan fakta bahwa Hyunjin membunuh sebuah keluarga hanya untuk bersenang-senang. Hal itu membuatnya membenci Hyunjin, tapi ia sadar bahwa emosinya yang lain lebih dominan dibanding perasaan benci yang awalnya ia rasakan.

Ia jatuh cinta pada Hwang Hyunjin.

Sudah sangat jelas bahwa Hyunjin tidak dapat merasakan emosi seperti cinta. Dia adalah seorang aktor yang sangat baik, namun dia tidak benar-benar merasakan cinta atau kasih sayang tetapi itu tidak masalah bagi Felix or at least to his desperate feelings. Felix membenci dirinya sendiri karena membiarkan perasaan itu tumbuh sejauh ini.


*
*
*

Sesi terakhir dijadwalkan hari ini, itu juga sesi terakhirnya untuk minggu ini. Mungkin hal ini adalah yang terbaik karena berdekatan dengan Hyunjin membuat emosinya seolah-olah roller coaster dan hal itu tidak memberi dampak baik bagi pekerjaannya dengan pasien lain. Sesuatu yang harusnya tidak dilakukan psikolog profesional.

Felix sedang duduk di kantor Changbin, mengamati sahabatnya itu memeriksa data pasien sembari menyesap kopi ketiganya hari ini. Ia memutuskan mengunjungi Changbin karena ia tidak tahan dengan keheningan kantornya sendiri, dan juga ketika ia sendirian otaknya secara autopilot memikirkan Hyunjin.

Felix merasa sedikit sedih. Sedih karena ia tidak akan berjumpa dengan Hyunjin lagi. Hal itu amat sangat luar biasa salah sehingga rasanya Felix ingin merobek kepalanya dan mereparasi otaknya.

Ia mempertimbangkan untuk memberi tahu Changbin tentang semua hal yang terjadi, tapi otaknya tak bisa membentuk kalimat apapun dan mungkin hal itu lebih baik baginya.

Hanya dua pertemuan lagi. Satu sesi dengan Hyunjin hari ini dan berhadapan dengannya di pengadilan, kemudian bajingan tidak punya perasaan itu akan keluar dari hidup Felix untuk selama-lamanya.

Melupakan Hyunjin adalah keputusan yang harus diambil oleh Felix, tak peduli seberapa fakta itu menyakiti hatinya. He hated himself so much for thinking like this.

"Apakah kau sudah menyelesaikan laporanmu?" tanya Changbin, tidak mengalihkan pandangannya dari file pasien. Ia sadar Changbin sedikit terganggu karena Felix menginterupsi pekerjaannya, namun yang lebih tua masih mengerahkan effort untuk bicara dengan Felix tentang Hyunjin.

"Hanya perlu mengedit sedikit, tapi aku ingin menyertakan informasi dari sesi ini juga," jelas Felix sembari meneguk kopinya yang sudah mendingin.

"Aku bisa mereviewnya untukmu jika kau mau," tawar Woojin ramah.

shady || hyunlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang