1.4

6.8K 778 347
                                    

Setelah mereka selesai Hyunjin menggendongnya ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya, bahkan membantunya memakai pakaian. Pikiran mengantuk Felix berpikir bahwa mungkin Hyunjin masih punya sedikit perasaan, tapi ia tahu bahwa sebenarnya itu hanya satu diantara ribuan strategi Hyunjin.

Semua hal yang dilakukan seorang Hwang Hyunjin sudah diperhitungkan dan semuanya terjadi karena suatu alasan. Dia tidak melakukannya karena dia mencintai Felix, dia melakukannya untuk membuat Felix percaya bahwa dia sebenarnya peduli. Itu kejam tetapi berhasil karena satu-satunya hal yang bisa dipikirkan Felix sekarang adalah sebuah harapan bagi hubungan mereka.

Tiba-tiba, teleponnya berdering, dan Felix mengalami serangan jantung ringan. Hyunjin awalnya juga terkejut tetapi dia dengan mudah mengulurkan ponsel Felix dari nakas. Jisung mengirim katalk padanya, menanyakan apakah ia ingin sarapan bersama besok, yang pada dasarnya berarti mereka akan sarapan di apartemen Felix.

Ia tidak tahu harus menjawab apa karena Hyunjin masih ada di sampingnya dan sepertinya tidak bergerak ke mana pun dalam waktu dekat. Dia telah mengintip dari balik bahu Felix dan membaca katalk Jisung dengan mudah.

"Katakan padanya untuk datang," kata Hyunjin tetapi itu hampir terdengar seperti perintah. Namun, itu tidak mengganggu Felix. Ia tentunya tidak berharap Hyunjin menginap, tetapi ia tetap kecewa dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dengan suara pelan: "Kau tidak tinggal?"

"Tidak. Apa yang kau harapkan? Aku seorang buronan. Aku terbang ke Roma dalam beberapa jam," suara Hyunjin terdengar dingin, tidak semenarik biasanya atau mungkin Felix akhirnya terbangun dari kesurupannya.

"Jadi, kau hanya memastikan bahwa kau akan menyiksaku untuk terakhir kali sebelum kau pergi selamanya?" desis Felix.

"Tidak selamanya, babe. Aku akan kembali untukmu, aku hanya menunggu hingga kepolisian berhenti mencariku. Aku hanya memastikan kau mendapat apa yang kau inginkan sebelum aku pergi," jelas Hyunjin dengan nada menenangkan, dengan suara sehalus linen yang biasanya membuat Felix terlena, tapi tidak kali ini.

"How generous of you."

"Hmm... tidurlah, kau pasti lelah. Tenang saja aku akan segera kembali," kata Hyunjin sembari mengelus freckles cantik yang memenuhi pipi Felix.

"Bagaimana kau bisa begitu yakin bahwa aku tidak akan move on ketika itu terjadi?" Tanya Felix sembari menyilangkan tangan didada dan pertanyaan itu tampaknya membuat Hyunjin jengkel. Ada kilatan amarah di matanya tapi itu dengan mudah lenyap. Hyunjin selalu bisa mengendalikan segala hal, dan itu membuat Felix marah.

"Kau tidak akan bisa melupakanku dengan mudah. Aku meninggalkan tanda permanen ke mana pun aku pergi dan bahkan bila kau sudah bersama seseorang aku akan memikirkan sesuatu untuk menyingkirkan orang itu," kata Hyunjin dengan senyum kecil di bibirnya.

"Aku tidak percaya apapun yang kau katakan. Psikopat tidak membunuh karena cemburu. Kau bahkan tidak mencintaiku, kau hanya ingin memilikiku," kata Felix, dan ia merasa seperti menang sekali. Ia menang melawan Hyunjin dan akan bisa keluar dari hubungan mereka yang kacau. Namun, Hyunjin tampaknya tidak berpikir begitu. Hyunjin mulai berjalan ke arahnya tetapi Felix tidak mundur.

"That sounds very negative, Lixie. Just a few minutes ago, you liked the thoughts of being owned by me," ujar Hyunjin, jemarinya mengangkat dagu Felix agar yang lebih pendek menatapnya.

"Itu karena... eumm... Suasana---..."

"Kau bisa membohongi dirimu sendiri dan orang lain tetapi tidak untukku. Kau tahu apa yang sedang kau hadapi dan tidak memilih mundur. Kau memiliki begitu banyak kesempatan untuk pergi tapi kau selalu kembali padaku, menginginkan dan membutuhkan lebih banyak. Kau tahu bahwa aku tidak mampu merasakan cinta, aku tidak mengerti apa itu cinta dan masih, kau jatuh cinta padaku. Kau tidak mungkin bisa melupakanku. Tentu, kau akan mencoba melawanku, itu sifat dasarmu tetapi cepat atau lambat kau akan menyerah dan berbaring di bawahku, berteriak memanggil namaku, meminta lebih banyak dariku. Kau tidak peduli pada fakta bahwa aku tidak bisa mencintaimu, asalkan aku ingin memilikimu. Kita berdua menang."

shady || hyunlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang