[7] Life in Trouble

33 3 3
                                    

Fajar mencoba fokus pada jalanan beraspal di depannya. Sejak tadi ia sama sekali tak bisa memandang Senja sedikit pun. Rasanya malu sekali.

Pagi tadi karena terlalu lama menunggu, rupanya ia tak sengaja tertidur di depan rumah Senja. Untung saja perumahan itu tak cukup ramai, sehingga bahkan tidak ada seorang pun yang melihat Fajar melakukan itu.

Fajar merasa sangat bodoh saat melakukannya. Ia terlalu bersemangat akan berangkat sekolah bersama gadis itu, tapi ia justru melakukan sesuatu di luar bayangan.

"K-kak," panggil Senja ragu. Ia tidak terbiasa memulai percakapan terlebih dahulu dengan orang lain.

Fajar tidak menggubris, ia masih saja berada dalam pikirannya sendiri.

"Kak Fajar,"

"Eh?!"

Dengan spontan Fajar menginjak rem mobilnya, sehingga mobil tersebut berhenti mendadak.

"Aw!" ringis Senja sambil mengelus-elus bagian pelipis kepalanya yang terbentur dashboard.

"Aduh!" Fajar bukan merasa kesakitan, tapi ia tak kuasa menahan rasa kagetnya sendiri. Fajar menengok sedikit ke samping, "Senja, lo gak apa-apa?" tanyanya.

Senja hanya menggeleng, namun ia masih memegang pelipisnya.

"Sini," Fajar mengambil kepala Senja dengan perlahan lalu mendekatkan birirnya pada pelipis gadis itu.

Ia meniup sedikit bagian pelipis yang sedari tadi Senja elus.

"Masih sakit?" tanya Fajar yang kini mengusap kepala gadis itu. "Maafin gue, ya." dengan jahil ia berganti mengacak-acak pucuk kepala Senja.

Senja sedikit menyipitkan matanya. Tak lama Fajar menjauhkan tangannya, dan kembali mengendarai mobil menuju sekolah.

"Gue sampai lupa! Tadi lo kenapa manggil gue?" tanya Fajar.

"Oohh, iya. Soal blazer kakak kemarin, aku belum bisa balikin sekarang. Blazer-nya masih dicuci. Tapi aku balikin besok, kok." ujar Senja.

Fajar terkekeh sendiri. "Sebenernya gak usah dibalikin juga gak apa-apa, kok. Blazer-nya buat lo aja."

"Buat aku? Tapi kan seragam sekolah untuk siswi pakai vest, bukan blazer ?"

"Gue tau. Ya, anggep aja itu kenang-kenangan dari gue?"

"Kenang, kenang-kenangan?"

"Iya,"

Tak ada percakapan setelah jawaban singkat itu; Fajar masih tetap menyetir mobilnya, sementara Senja mengambil dan membaca bukunya.

*****

Jam pelajaran sudah bermula setengah jam yang lalu, namun sampai kini guru yang mengajar belum ada di kelas 10-A. Sungguh surga dunia bagi para murid, apalagi saat ini pelajaran Fisika. Hah!

Di saat murid-murid lain sibuk bercengkerama —lebih tepatnya gosip-gosip gak jelas—, memainkan ponsel (nge-stalk mantan kali), atau bahkan ada yang bermain bola di kelas (kadang-kadang kena kepala orang lain), Senja masih setia pada bukunya.

Senja yang duduk di bagian paling belakang masih membaca buku tebal yang hampir mencapai akhirnya. Bukan sekarang saja Senja melakukannya, tapi sejak lama. Ia selalu meresa senang dan tenang saat tak banyak yang memerhatikannya.

Braaakkk...

"HEH!!!" gertak seorang siswi dengan rambut panjang berwarna merah gelap, rok sedikit di atas lutut, dan kemeja agak ketat (sebenarnya semua ini menyalahi tata tertib sekolah tentang ketentuan seragam, ditambah ia juga tidak mengenakan vest-nya)

Senja dan FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang