Hari sudah beranjak sore, tapi matahari masih saja berpancar terik.
Tidak seperti hari-hari biasanya, Halte SMA Nirwana saat ini tampak sepi. Hanya ada satu orang di sana yang setia menunggu dengan buku sebagai temannya. Yah... siapa lagi kalau bukan Senja.
Bagi Senja, buku adalah teman yang paling setia. Semenjak ia pindah ke Ibukota saat masih Sekolah Dasar, Senja tak pernah memiliki satu teman baik sekalipun. Mereka selalu menjauh setiap kali ia mendekat, seakan ia bisa membawa kesialan untuk mereka. Padahal tidak ada alasan untuk mereka menjauhi Senja. Jika mereka berteman karena fisik belaka, Senja itu gadis yang cantik. Jika mereka berteman karena harta, keluarga Senja juga memiliki ekonomi yang baik. Jika mereka berteman karena akademik, bisa dibilang Senja itu jenius. Jika mereka berteman karena sifat, Senja juga memiliki sifat yang baik, suka menolong, berpikiran terbuka, supel, walau ia sedikit pendiam. Jadi seharusnya tidak ada alasan mereka menjauhinya.
Kesendirian bukanlah suatu yang asing bagi Senja. Toh, ia sudah terbiasa.
TIIINNN!!!
Sebuah mobil membunyikan klakson dan berhenti tepat di halte tersebut. Perlahan sang pengemudi menurunkan kaca mobilnya, dan kini tampak siapa yang di baliknya.
"Gue mau ngomong sama lo, Senja. Masuk!" pinta Fajar.
•
•
•"Lo kenapa gak cerita soal tadi pagi?" tanya Fajar seketika setelah Senja mau masuk ke mobilnya.
"Cerita?" tanya Senja.
Fajar menancapkan gas mobilnya sebelum menjawab. Perlahan mobil itu berlalu meninggalkan halte.
Decakan secara spontan keluar begitu saja dari Fajar. "Tadi pagi Indy ke kelas lo, kan." ujar Fajar dingin. "Temen kelas lo bilang, dia ngelabrak lo."
Senja terdiam.
"Kenapa lo gak cerita? Padahal kita ketemu istirahat tadi." ucap Fajar yang masih terfokus menyetir.
"Aku gak apa-apa," ujar Senja.
Sekali lagi Fajar mengeluarkan decakannya. "Gak mungkin lo gak kenapa-napa! Terakhir kali orang yang dilabrak Indy, tangannya patah! Tau?!" ujarnya.
"Aku serius,"
"Gue juga serius! Lo pasti diapa-apain Indy, kan?" tanyanya meninggi. "Bilang ke gue,"
"Gak apa-apa kok," ucap Senja tenang, dan memang ia sudah tidak merasa ada masalah tadi pagi.
Buuuggghhh...
Tubuh mereka terdorong ke depan serentak karena Fajar menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.
"Bilang ke gue, Senja!!!" bentak Fajar yang langsung mencengkeram lengan Senja.
"Aw!" ringisnya.
Sesaat Fajar mematung, tangannya bergerak melepaskan cengkramannya dri gadis di sampingnya dengan kaku, namun saat berikutnya wajahnya memerah karena khawatir. "Lo-lo... Senja?"
Senja memegangi lengan yang dicengkam Fajar tadi, itu lengan yang sama tempat lebamnya berada.
"Senja... gue-" Fajar menghentikan kalimatnya. "Sini!" sekerjap Fajar kembali menarik lengan Senja, tapi kini dengan lebih halus. Ia memerhatikan dengan saksama, dan benar saja lengan Senja lebam cukup parah.
"Aaawww!" ringis Senja saat Fajar menekan sedikit bagian lebamnya tiba-tiba.
"Sakit?"
Senja tak menjawab.
"Iiissshhh..." desis Fajar yang langsung menjalankan kembali mobilnya.
Selama perjalanan yang hanya berlangsung selama sekitar sepuluh menit itu Fajar tak henti-hentinya mengoceh, sebelum ia akhirnya berhenti di sebuah apotek.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Fajar
JugendliteraturJika kalian ketemu cowok ganteng satu ini, aku saranin mending kalian lari, deh. Dia berbahaya. Kenapa begitu? Ya, soalnya ada cewek yang udah pengalaman didatengin cowok ganteng ini - panggil aja Fajar - malah gak bisa tidur. Kasihan, kan? Salah Fa...