[1] Beginning

156 16 17
                                    

Semilir angin bertiup, menerjang malam yang semakin melarut. Gelap, sunyi, itulah yang digambarkan alam kini.

Seorang gadis berseragam putih biru tampak berjalan menerobos kepekatan di depannya. Tidak sesekali ia mempercepat langkah, agar ketakutan tak menguasainya.

Senja, gadis itu berjalan menyusuri jalan yang kala itu hanya dihiasi beberapa lampu di sisinya. Mata sembabnya tak cukup menjelaskan apa yang terjadi padanya sepanjang hari ini.

"Kenapa? Kenapa selalu aku?"

Berhenti. Itulah yang ia lakukan. Kedua kaki yang selama ini menjadi tumpuannya kini seakan tak sanggup lagi untuk berjalan. Perlahan gadis itu membuka kacamata yang bertengger pada paras cantiknya, kemudian menghapus sisa-sisa bulir bening di sekitar matanya.

"Apa sebegitu bencikah mereka?"

Senja memejamkan matanya, membiarkan udara menusuk ke dalam tubuhnya yang tampak tak berjiwa.

Brum-brum...

Suara itu sektika saja terdengar, dan diikuti dengan kemunculan empat motor di sana.

Motor-motor itu berhenti, tepat mengelilingi Senja yang masih berdiri terpaku. Tiga dari para pengendara motor itu membuka helm full face mereka, dan turun motornya. Kecuali satu orang yang berada di belakang Senja.

"Eh-eh... Kenapa ada anak SMP masih ada jam segini?" tanya salah satu laki-laki.

"Itu juga yang mau gue tanyain sama dia. Kamu ngapain malem-malem masih di luar? Seharusnya kamu itu jam segini udah siap-siap tidur." tambah yang lainnya.

Dua orang di antara mereka pun mengeluarkan kekehan kecil dari mulut mereka.

"Stop!"

Satu lagi di antara mereka mulai membuka suaranya.

Laki-laki itu berjalan menghampiri Senja. Sekali lagi gadis itu masih saja terdiam, dan kini ia malah menundukkan pandangannya.

"Jangan nunduk dong! Sayangkan gue jadi gak bisa liat wajah lo itu." ucapnya dengan menyentuh dagu Senja, dan menaikkan pandangannya. "Ternyata lo cantik juga ya,"

Senja mulai bergeming, ia memundurkan tubuhnya beberapa langkah menjauhi laki-laki itu.

"Heh?! Lo gak perlu takut gitu, gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok." ucap laki-laki itu sambil berjalan mendekati Senja kembali.

Ekspresi takut kembali tersirat dari paras cantik Senja. Gadis itu tak tahu lagi apa yang akan ia perbuat saat laki-laki yang sepertinya hanya terpaut beberapa tahun dari usianya itu mendekatinya.

"Gue udah bilang, lo gak perlu takut kayak gitu." ucapnya yang semakin mendekati Senja, bahkan ia kini menyentuh lengan Senja.

Refleks, Senja menepis kasar tangan laki-laki tersebut darinya.

"Aw!" sentaknya kaget. "Lo ternyata bisa kesel juga ya,"

Mendengar ucapan laki-laki tersebut membuat ketakutan dalam diri Senja semakin memuncak, sementara beberapa dari kelompok laki-laki itu masih terkekeh.

Senja dan FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang