Prolog

154K 10.5K 738
                                    

DILARANG PLAGIAT!

HARGAI USAHA KERAS AUTHOR.
PERINGATAN KERAS BAGI SIAPA PUN YANG INGIN PLAGIAT,
JANGAN COBA-COBA!

***

PROLOG

Lantunan irama jazz dan hiruk pikuk suara tamu-tamu pesta, perlahan menjadi samar begitu Daisy Rieza masuk ke dalam kamar tidur itu. Lalu menghilang setelah ia menutup pintu.

Dengan gaun putih panjangnya yang cantik—gaun impiannya sejak ia menginjak masa puber dan berkenalan dengan majalah Cosmopolitan—ia duduk di atas tempat tidur, tersenyum lembut sembari mengambil sebuah kotak besi berukuran sedang dari atas meja nakas.

Perlahan ia membuka tutup kotak itu, dan tertegun memandang isi di dalamnya dengan binar mata penuh nostalgia.

Ia bahkan tidak repot-repot mendongak saat pintu kamar terbuka dan ibunya, Bianca, masuk ke dalam.

"Daisy, Mama pikir kamu di mana."

Daisy tersenyum mengambil beberapa lembar foto dari dalam kotak. Sang ibu duduk di sampingnya, ikut menunduk memandangi foto-foto tersebut dengan kebingungan.

"Des, tamu sudah lengkap di bawah, acaranya akan segera dimulai," bisiknya.

Daisy tersenyum menggumam. "Rasanya baru kemarin."

"Apanya?"

"Time passes in the blink of an eye," Daisy mengambil salah satu foto polaroid yang tenggelam di antara benda-benda lainnya. Foto favoritnya. "Mama ingat yang satu ini?"

Sang ibu memandangi foto itu; pada keempat wajah polos yang tersenyum dengan seragam sekolah mereka. Dua remaja putra dan dua remaja putri. Yang putra saling berangkulan akrab, sedangkan yang putri berdiri bersebelahan seperti dua manusia canggung yang baru dipertemukan untuk pertama kalinya. Daisy—salah satu remaja putri di foto itu—tersenyum lebar pada kamera dengan dua jari membentuk tanda V, sementara remaja putri satunya lagi melipat tangan di depan dada dengan ekspresi kesal yang kentara.

"Mana mungkin Mama nggak inget," ibu tertawa pelan. "Salah satu hari bersejarah kamu. Fotonya saja masih kamu simpan sampai kuning begini."

Daisy terdiam cukup lama.

Masih dengan binar mata serta senyuman tulus yang sama yang belum berubah sejak enam tahun yang lalu, ia bergumam.

"Everything begins here."

Di dalam kamar tidur tempat ia menghabiskan seluruh masa remajanya, dua remaja putri di dalam foto menguning itu seolah balas menatapnya. Ada dirinya enam tahun lalu yang masih teramat lugu dan naif, serta gadis berlipat tangan dengan muka asam itu—yang adalah sahabat, panutan, belahan jiwa, sekaligus kakak terbaik yang pernah ia miliki—Agni Tse.

Daisy tahu acara penting di taman belakang rumahnya itu akan segera dimulai. Semua tamu sudah menantinya. Keluarga, sahabat-sahabat, serta tak lupa pria yang sesaat lagi akan menjadi pasangan hidupnya. Mereka sudah menanti.

Tapi menghabiskan waktu sepuluh menit lagi untuk sekadar mengenang masa lalu, tidak akan membunuhmu, kan?

Seperti yang tadi ia katakan; everything begins here. Segala sesuatunya berawal dari sini. Dari kenangan ini.

***

Everything [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang