" za, buruan za. Keburu datang noh pak Sigit " rengek gilang.
" Iya za, 10 menit aja. Janji gak lebih dan gak kurang " pujuk Daffa.
" Ahh, berisik woy! Nih ambil nih! " Eza jengah mendengar rengekan keduanya. Akhirnya ia memberikan buku tugasnya.
" Gini kek dari tadi " protes Daffa.
" Sini sini buku gue! Dah copas, banyak bacot lagi lo! "
" Eh... Eh... Maaf za maaf, khilaf gue " ucap Daffa.
Begitulah Daffa dan gilang. Sudah menjadi ritual khusus mereka di setiap paginya membujuk Eza ataupun Vano untuk memberikan contekan tugas kepadanya.
" Yaelah za, ngapa lo kasih tu dua orang contekan. Biar tu dua orang ditumbalin sama pak Sigit. Sampai meghantrophus ikut dengerin khutbah Jumat di masjid pun, mereka gak pernah istilahnya buat pr " Ucap Vano.
" Woy lo berdua. Ini terakhir kali lo berdua nyontek tugas gue. Gue udah di Jepang jumpa si Kakek, lo masih di Jonggol sama si wakwaw. Berubah woy! "
" Hmmm" jawab keduanya bersamaan.
Entah mereka mendengar ucapan Eza atau tidak, keduanya sangat serius menyalin semua jawaban itu.
* * * * *
Tett... Tett... Tett...
Bel pulang telah berbunyi
Eza mengemas semua perlengkapannya dan bersiap untuk pulang.
" Bro, gue pulang duluan "
" Lo bawa mobil za? Abang lo mana? " Tanya Vano.
" Iya gue bawa mobil. Dia lagi sakit di rumah "
" Bisa dong, kita jalan jalan dulu. Ngumpul kafe atau dimana gitu " Ajak gilang.
" Sorry banget, gue gak bisa. Gue harus ngantar bunda ke toko bunganya. Soalnya ayah gue lagi tugas di luar kota. "
" Yahhh... Yaudah, hati hati za " ucap Daffa.
" Oke. Gue cabut duluan " Eza segera menuju parkiran.
Setelah hampir 10 menit perjalanan, ia mencari ponsel untuk mengabari bundanya bahwa ia akan segera pulang.
" Lah. Hp gue mana? " Ia menepikan mobilnya dan segera memeriksa saku membongkar tasnya, namun tetap saja tak ada. Satu mobil juga telah ia jelajahi dan tetap tidak ada.
" Mati gue. Apa ketinggalan di bawah meja? " Pikirnya.
Eza segera memutar balik mobil nya, karena baru setengah perjalanan. Setelah sampai, ia langsung segera menuju kelasnya.
" Nah. Ni dia! Lo ngapa pakai ketinggalan sih. Bilang kek kalau lo ketinggalan! Bikin repot lo! " Omelnya pada hp. Si hp diam saja, ia tak berniat menanggapi ucapan eza. Entahlah, yang salah itu Eza atau hp nya. Itu semua dapat diputuskan para pembaca :)
Eza segera menuju parkiran. Ia harus cepat karena ia masih harus mengantar bundanya. Namun, dikejauhan ia melihat seseorang. Orang yang sangat tak asing bagi Eza.
" Clarissa! " Panggilnya. Sebenarnya, ia hanya menebak nebak. Namun, ketika orang itu berbalik ternyata tebakan Eza benar. Itu memang Clarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Promise
Teen FictionPria itu bersingkuh tak berdaya dengan pakaian putihnya yg kini sudah kotor penuh tanah. Berjanji, kata itulah yang menjadi wadah bagi semua kesalahan terbesar yang telah gue perbuat. Kata yang mudah diucapkan, tapi tak pernah gue buktikan itu juga...