" kamu tuh ya! Selalu saja berulah, kenapa kamu nggak pernah dengerin sedikitpun omongan mama hah! " Bentak Mama Clarissa.
"Maaf - maaf. Atas dasar apa saya harus menuruti semua ucapan kamu?! "
" Jaga ucapan kamu ya! Saya ini Mama kamu sekarang! "
" Mama? Hahaha, jadi selama ini Tante nganggap saya anak? Makasih loh sebelumnya. Tapi maaf, Mama saya cuma ada satu. Ingat itu!" Ucap Clarissa.
Plak...
" Dasar anak kurang ajar! Dimana lagi letak sopan santun kamu, Lihat saja! Saya akan laporkan ke papa kamu! " Ancamnya.
" Lo kira gue takut hah!" Kesabaran Clarissa sudah hampir habis saat ini.
" Ingat baik baik! Tante itu perusak kebahagiaan keluarga aku! Seandainya malam itu Tante nggak ngelakuin apa yang seharusnya tidak dilakukan. Pasti kami semua masih utuh disini! Kenapa lo malah masuk ke kehidupan gue hah! Kenapa! " Ucap Clarissa berteriak.
Plak...
Pipi mulus itu sekarang sudah sangat memerah dan tampak cap tangan membekas di sana.
" Cukup Clarissa! Cukup! Kamu sudah kelewatan kali ini! " Teriaknya.
Tit... Tit...
Terdengar suara klakson mobil, menandakan bahwa papa Clarissa telah pulang. Clarissa segera menuju ke kamar, dan meninggalkan mama tirinya itu. ia tahu papanya pasti sangat lelah dan ia tidak mau memberikan sebuah masalah kepada papanya.
Clarissa POV
" Ma... hiks... Mama kenapa ninggalin akunya cepet banget sih? hiks... Kalau keadaanya kaya gini terus. Jemput risa ma, jemput. Bawa risa ketempat Mama sekarang. Rasanya percuma ma, percuma aku hidup dengan alur yang kaya gini " Ucapnya tersedu sedu sambil memegang sebuah bingkai foto yang terdapat 3 orang di dalamnya. Siapa lagi kalau bukan Clarissa, papanya, serta Mama kandungnya.
Clarissa adalah anak tunggal, sudah pasti kasih sayang kedua orang tuanya hanya untuk dirinya. Jangan tanyakan berapa kadar kebahagiaan yang ia dapatkan, yang pasti ia sudah seperti anak paling bahagia di dunia.
Namun, semua itu perlahan hilang seakan dimakan waktu. Waktu telah menuntun takdir jahat, takdir yang tidak memberi jeda pada luka besar yang akan ia dapatkan saat ini.
Disaat seperti ini memorinya tentang Senja itu, kehangatan mentari yang diberikannya, serta sedikit deburan angin sudah seperti biasa membawa kembali pilahan kenangan yang tak kunjung pudar di ingatannya. Kenangan terpahit yang menjadi saksi di mana semuanya telah mencapai garis finish.
_ _ _ Flashback On _ _ _
2 tahun yang lalu...
Wanita itu, sudah lama sekali ia terkulai lemas di atas tempat tidur yang seakan akan tak menunjukkan sama sekali kejenuhannya. Sedih, hancur, semuanya menjadi satu saat tau terungkapnya sebuah kebenaran. Kebenaran tentang malaikatnya yang mengidap penyakit mematikan.
" Assalamualaikum mama, risa sama papa datang lagi nih. Mama udah makan? "
" Waalaikumsalam anak Mama yang cantik. Udah kok Mama udah makan " Jawabnya dan tak lupa senyuman manisnya yang seolah olah meyakinkan anaknya itu bahwa ia tidak apa apa ~ Marissa Lawrence Wijaya
" Ma, Mama cepat sembuh ya. Risa kangen tau kita kumpul bareng bareng lagi. Pergi liburan ke puncak, jalan jalan ke pantai, pokonya semuanya lah "
KAMU SEDANG MEMBACA
My Promise
Teen FictionPria itu bersingkuh tak berdaya dengan pakaian putihnya yg kini sudah kotor penuh tanah. Berjanji, kata itulah yang menjadi wadah bagi semua kesalahan terbesar yang telah gue perbuat. Kata yang mudah diucapkan, tapi tak pernah gue buktikan itu juga...