10 : " Maaf Clar "

126 10 0
                                    

Hembusan angin kini menjadi teman ditengah kesenduan yang melandanya. Untuk menghadapi apa yang terjadi saat ini, rasanya ia sangat sangat belum mampu. Bahkan rasanya untuk percaya saja masih sangat sulit bahwa ini adalah kenyataan. Namun, jika terus begini keadaannya sampai berapa lama ia akan terus bertahan. Diam saja tidak akan merubah dan mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Mau tidak mau kini ia harus bangkit sendiri seperti yang memang seharusnya.

Ia berjalan perlahan sambil menyeka kasar air matanya. Tapi percuma, buliran itu terus keluar dengan sendirinya.

" Kakak cantik jangan nangis dong. Nih aku ada hadiah buat kakak cantik " Tiba tiba seorang anak kecil menghampiri Clarissa dan menyodorkan setangkai bunga mawar.

" Eh? Enggak kakak nggak nangis kok. Kenapa kamu ngasih ini ke kakak? " Tanya Clarissa bingung.

" Kakak nggak boleh nangis lagi ya. Menurut aku Kakak cantik juga sih kalau nangis, tapi kakak lebih cantik kalau senyum " Ucapnya sambil memegang pipi Clarissa dan membentuk garis senyuman. Clarissa terhenyak mendengar ucapan anak kecil itu. Karena ia ingat bahwa dulu Eza pernah mengucapkan ucapan yang serupa kepadanya.

" Kenapa kamu bisa ngomong kaya gitu? "

" Kakak ganteng yang bilang. Tuh dia " Ucap anak kecil itu lagi sambil menunjuk seseorang yang sedari tadi tengah memperhatikan keduanya.

" Nih Lollipop kesukaan nino. Makasih ya udah bantuin kakak " Ucap Eza memberikan 2 tangkai Lollipop ukuran besar kepada anak kecil yang ia panggil nink tadi.

Clarissa membulatkan mata tak percaya melihat siapa yang ia lihat di hadapannya. Dia yang telah dinyatakan pergi selama-lamanya kini muncul di hadapan Clarissa.

" E- Eza, lo kok bisa ada disini? " Tanya Clarissa kebingungan.

" Bukannya lo itu udah mening- eh..." Ucapan Clarissa terpotong karena eza segera menarik Clarissa kedalam pelukannya. Nyaman, ia sangat nyaman dengan pelukan ini. Tapi, apa yang baru ia hadapi tadi? Apa ini lagi lagi khayalan nya karena ia belum sangat mampu untuk merelakan eza. Clarissa melepaskan pelukannya dan sedikit menjauh dari eza.

" Udah za cukup. Jangan buat aku tambah jatuh lagi kedalam titik terendah aku ini, Kamu itu udah nggak ada. Nggak ada! " Ucap Clarissa sambil menutup matanya untuk mengusir khayalannya itu.

Satu... Dua... Tiga... , Hitungnya dalam hati.

Ia membuka matanya kembali, dan terkejut bahwa Eza masih ada di hadapannya.

" Loh kok lo masih ada disini sih. Pergi za! Gue bilang pergi! " ia menjambak dan memukul kepalanya sendiri berusaha mengusir yang ia sebut sebagai khayalannya.

Ia membuka mata, dan benar eza sudah tidak ada di hadapannya lagi. Ia kembali menangis sejadi-jadinya. Namun, tak berapa lama tangan seseorang tiba tiba saja memeluk Clarissa dari belakang.

" Clar, ini gue eza Clar. Ini nyata Clar bukan khayalan lo " Ucap eza.

Clarissa membalikkan badannya dan dilihatnya wajah pucat pasi eza.

" Tapi za, lo kan udah nggak ada "

" Keajaiban Clar, keajaiban. Gue anggap ini keajaiban yang Tuhan kasih ke gue. Gue rasa Tuhan tau bahwa ada seorang gadis yang harus gue jaga disini yaitu lo " Jelas eza.

" Hiks... Ini beneran nyata kan? " Tanya Clarissa.

" Iya Clar ini nyata " Clarissa langsung memeluk dengan eratnya eza. Hal itu membuat Eza kesusahan bernafas.

" Uhuk... Uhuk... Clar, jangan kenceng kenceng dong " Eza tiba tiba terbatuk lalu tak lama ia langsung ambruk.

" Za lo kenapa za. Plis za jangan pergi lagi. Tolong! Tolong! " Clarissa sangat panik dan berteriak meminta pertolongan.

My PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang