Gadis itu masih menemani prianya yang tetap setia menutup matanya. Entahlah, sejak kapan ia mengklaim eza sebagai prianya. Ia menundukkan kepalanya sejenak dan tanpa sadar matanya pun perlahan menutup.
Clar... , sapaan hangat itu membuat ia mengangkat kepalanya.
E- eza? Lo- lo kok? , Clarissa langsung menghambur ke dalam pelukan eza, tanpa memikirkan keadaannya dan tak peduli apakah sang empunya mengizinkan atau tidak.
Loh? Kenapa air mata ini bisa jatuh?
Kok kamu pake nanya sih, ini semua karena kamu lah. Kamu yang bikin air mata ini terus menerus jatuh!
Udah pake aku - kamu nih sekarang? Berarti bentar lagi jadi kita dong? Godanya.
It's not time to joke eza! Aku serius, Clarissa mengerucutkan bibirnya kesal. Ia tidak menyangka disaat seperti ini, eza masih tetap mengajaknya bercanda.
Hehe, iyadeh aku minta maaf, Eza mengusap lembut pipi Clarissa untuk menghapus sisa sisa air matanya.
Lo kenapa bisa sampe kaya gini sih? Kami semua shock dan panik tau! Apalagi bunda. Dia yang lebih tertekan dengan keadaan lo kaya begini, Kesal Clarissa.
Hmm, maaf gue kelepasan. Gue nggak tau kenapa gue bisa sebodoh ini. Tunggu gue ya, Eza perlahan memajukan wajahnya dan mengecup kening Clarissa.
Sesaat setelah itu.....
Clarissa terlonjak bangun dengan eza yang tiba tiba saja telah mengejang.
Cuma mimpi?, Batin Clarissa.
" ZA! EZA LO KENAPA!? " Rasa panik, bingung, dan takut, semua bercampur menjadi satu.
Tadi cuma mimpi??!!
" DOKTER! SUSTER! TOLONG! " Ia dengan lantangnya teriak tanpa memedulikan orang lain yang saat itu tengah memandanginya keheranan. Padahal terdapat tombol darurat diatas ranjang eza. Namun kepanikan telah mengacaukan seluruh pikirannya.
Saat itu juga dokter dan beberapa suster pun telah datang.
" Maaf mbak, mbak harus tenang dan menunggu diluar " ucap salah satu suster.
" Tapi sus, saya tidak mungkin diam saja melihat kondisi eza yang kaya begitu! "
" Dokter pasti melakukan yang terbaik untuk mas eza mbak, jadi mbak mohon untuk menunggu diluar ya. Tolong bantu kami mbak, ini juga demi pasien " Suster itu membujuk secara lembut. Clarissa pasrah, ia hanya dapat menyaksikan eza dibalik kaca dengan air matanya yang terus mengalir.
Dokter dengan sigap segera menangani eza.
" Suster tolong siapkan defribillator dan atur tekanan pada 50J, suntikan juga obat penenang padanya "
" Baik dok "
Dokter menggosok kedua alat pacu jantung itu lalu...
Dug...
Alat monitor milik eza tidak menampilkan respon apa apa.
Dokter menggosoknya lagi...
Dug...
" Dok bagaimana ini? Tekanan jantung pasien terus saja menurun, jika begini pasien akan kehilangan nyawanya " Ucap salah satu suster.
" Baiklah, naikan tekanannya pada 200J "
Dokter mencoba untuk ketiga kalinya dan...
Dug . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
My Promise
Teen FictionPria itu bersingkuh tak berdaya dengan pakaian putihnya yg kini sudah kotor penuh tanah. Berjanji, kata itulah yang menjadi wadah bagi semua kesalahan terbesar yang telah gue perbuat. Kata yang mudah diucapkan, tapi tak pernah gue buktikan itu juga...