8 : " Gue Sayang Sama Lo "

153 16 2
                                        

Suara dentingan antara sendok dan piring yang hanya terdengar di ruang makan.

" Gimana sekolah kamu za? Nggak sering buat onar kan? " Tanya Cristian~ayah Eza memecah keheningan.

" Sejauh ini Eza masih jadi anak yang terbaik sih yah. Tapi nggak tau kalau besok, lusa, atau Bulan depan. Hehe " Jawabnya sambil menyengir menunjukkan gigi yang putih dan rapi.

" Evan rasa dia yaa okelah, nggak sebuas dulu. Tapi, Evan sering mergokin ni anak berdua sama cewe yah, bun. Nama tu cewe kalau nggak salah, Clar-... Clarissa, ha iya Clarissa " Ucap Evan mengompori. Evan memang sering sekali kepergok melihat adiknya itu selalu dengan Clarissa. Entah itu di kantin, perpus dan banyak lagi lah mereka kedapatan sedang berdua. Ya, walaupun ia belum terlalu mengenal seluk beluk Clarissa. Namun, jika melihat perubahan Eza yang sekarang. Ia yakin dia gadis yang telah membuat eza merasakan jatuh cinta lagi setelah dia yang dulu pernah mematikan rasa cinta dalam diri adiknya itu.

" buas? Lo kira gue hewan. bilang aja lo iri sama gue bang, karena nggak ada cewek yang ngedeketin lo. Iya kan? Ngaku bae lo " Ledek eza.

" Hahaha, gue iri sama lo?! Sori ya, udah banyak Cewe yang ngantri mau jadi pacar gue. Tapi gue tahan, gue mau Cewe gue ntar setara dengan Selena Gomez. Dan disitu lo harus bangga sama gue, karena punya Kaka ipar secantik dan seseksi itu. Uhhh..." Ucap Evan dengan pikiran khayalnya yang tengah melayang layang.

" Lulusin dulu sekolahnya, habis itu kuliah tinggi tinggi, capai cita cita, dan banggain orang tua baru boleh pacaran " Pesan ayah.

" Aye aye captain!! " Ucap keduanya serentak.

" Ngomong ngomong tentang cewe nih za. Si Mali- "

" Jangan sebut nama itu bun! " Eza memotong cepat ucapan bundanya. Telinganya sangat sangat menolak untuk mendengar nama itu lagi.

" Eza ke atas dulu " Ucapnya meninggalkan meja makan, karena nafsu makannya tiba tiba saja hilang.

* * * * *

Jam telah menunjukkan pukul 12 malam, namun Eza masih tak bisa menerbangkan dirinya ke alam mimpi. Nama itu terus mengisi pikirannya. Ia benci itu, sangat benci. Jika ingatannya diputar maka kenangan tentang kebahagiaan serasa membuatnya ia melupakan segalanya. Namun, jika melihat ke ujungnya rasanya ia dihempaskan begitu saja ke dalam lubang penuh ribuan duri yang menusukknya. Eza benar benar terluka jika mengingat ujungnya. Mengetahui kebenaran di balik topeng yang selama ini dia tampilkan di depan Eza.

" Aahhh!! " Teriak Eza frustasi sambil mengacak rambutnya. Betapa bodohnya ia letakkan seluruh cintanya kepada gadis seperti itu.

" Sudah cukup! Gue muak dengan semua ini! " Ia menuju laci di samping tempat tidurnya dan mengambil sebuah botol obat ukuran kecil. Ia mengeluarkan kapsul yang cukup banyak dan segera meminumnya. Itu adalah obat tidur yang biasanya ia minum jika di situasi seperti ini. Namun kali ini ia tak tanggung tanggung meminumnya. Walau ia tahu efek yang dapat ditimbulkan obat ini. Tidak ada yang tahu mengenai kebiasaan Eza ini. Baik ayah, bunda, ataupun abangnya.

Keesokan Paginya

" Za! Yaampunn! Udah diketok ribuan kali pun nggak bangun jugak! Hei ayo bangun! Nanti telat! " Ucap Mira yang mengaga melihat anaknya itu masih setia di atas kasurnya. Pasalnya, ia telah jengah mengetok pintu kamar, namun tetap saja tidak ada respon dari Eza.

" Astaghfirullah, perasaan aku nggak ngidam kebo waktu hamil eza. Tapi kenapa ni anak ngebonya gini amat ya Allah! Untung aja kebo kebo tapi ganteng! " Cerocosan bundanya yang cukup kuat bahkan hampir bisa di samakan dengan berteriak, masih saja tidak membuat eza terbangun. Inilah efek yang ditimbulkan obat tersebut bagi penggunanya. Bahkan eza bisa 1 hari menutup matanya karena terlalu banyak mengkonsumsi obat itu.

My PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang