Pria itu tengah menatap kosong kedepan dengan pikirannya yang terombang-ambing. Di benaknya saat ini hanya terisi oleh sejuta pertanyaan, mengapa ia bisa sangat sebodoh itu melakukan hal yang jelas jelas dapat membahayakan dirinya. Gadis masa lalunya itu sudah sangat membuat gila dirinya akhir akhir ini. Apa lagi yang harus ia lakukan agar ingatan itu benar-benar musnah dari pikirannya. Sementara itu, saat ini pun sudah ada Clarissa yang mulai memasuki sisi hidupnya. Jadi bagaimanapun juga dia harus bisa untuk memulai segalanya lagi dari awal.
Bismillah! Gue pasti bisa!, Batinnya.
" Za! " Panggilan seseorang membuat lamunannya terbuyar. Ia sedikit menoleh dan menangkap ada ketiga sahabatnya diarah seberang sedang menuju ke tempatnya.
" Sahabat perjuangan gue!! " Gilang spontan langsung memeluk Eza dengan eratnya. Eza pun sontak gelagapan.
" Eh lang, gila lo. Anak orang belum sembuh dah lo siksa aja " Protes Vano.
" Gue kan rindu eza Van. Kita tanpa eza tu bagaikan tubuh tanpa organ organnya " Ucap Gilang.
" Lebay lo" Daffa menonyor kepala Gilang.
" Lo ngapain za disini sendirian. Pake bengong lagi. Jangan bilang lo lagi mikirin mau ngerencanain hal gila lagi?! " Tanya Gilang was was.
" Iya lang, rencananya gue mau lompat dari puncak Monas " Jawab eza memancing.
" Eh za, lo liat banyak tumpukan pasir noh. Sini biar gue kubur idup idup sekalian. Sembarangan bae lo kalau ngomong " Kesal
Daffa." Hehehe just kidding daf " Cengir eza.
* * * * *
Kini, ketiganya tengah mengantar eza kembali ke kamar inapnya. Karena sudah 1 jam berlalu mereka habiskan untuk mengobrol sekedar membahas hal hal konyol agar eza dapat lebih rileks lagi setelah melewati semua yang telah terjadi.
" Eza, yaampun dari mana aja kamu. Buat Bunda khawatir tau, hp tidak kamu bawa " Ucap bunda segera menghampiri ketika eza baru saja sampai di kamarnya.
" Maaf Bun, eza cuma lagi cari udara segar aja. Eh malah nemu ni tiga curut "
" Sembarangan bae lo za, ganteng ganteng gini lo panggil curut " Celetuk Vano.
" Lucinta Luna pun eneg gue rasa liat tampang lo Van, hahaha " Ucap daffa dan di hadiahi jitakan oleh Vano.
" Sudah sudah. Eh, kalian bertiga udah pada... "
" Belum te, ayok! " Seketika Gilang langsung memotong ucapan Mira seakan ia tau kelanjutannya.
" Belum apaan? " Senggol Daffa seraya berbisik kepada Gilang.
" Tante mau nanya kami udah pada makan kan? Hehehe " Ceplos Gilang.
" Hahaha, salut Tante sama kamu lang. Peka nya luar biasa " Tawa Mira pecah seketika.
Setelah itu, ketiga sahabat dan bundanya pun pergi mencari makan. Eza yang Sendirian tak tau harus berbuat apa akhirnya memutuskan untuk tidur.
Kira kira baru 10 menit matanya menutup, eza merasakan pintu kamarnya terbuka dan ada yang masuk. Namun ia tak menghiraukannya.
Pada saat bersamaan alunan musik pun tiba tiba terdengar dan membuat matanya tertutup lebih rapat lagi dan membawanya terbang lebih jauh menembus alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Promise
Teen FictionPria itu bersingkuh tak berdaya dengan pakaian putihnya yg kini sudah kotor penuh tanah. Berjanji, kata itulah yang menjadi wadah bagi semua kesalahan terbesar yang telah gue perbuat. Kata yang mudah diucapkan, tapi tak pernah gue buktikan itu juga...