Twenty Three

260 41 3
                                    

Gue mengehela nafas sekejap.

Menyaksikan kelakuan suami ganteng nan menawan yang lagi gendong- gendongan sama Somi di tengah ramainya orang lalu lalang di bandara. Rencananya nih ya, gue sama suami mau memulangkan Somi ke orangtuanya. Tapi karena kita berdua enggak tau dimana kedua orangtua Somi tinggal, ataupun kontak yang bisa dihubungi, karena Somi juga enggak ingat, jadi Sehun dengan mantap memutuskan untuk membawa Somi sementara tinggal dengan kita berdua sambilan mencari orangtuanya.

Tentunya gue langsung setuju dong.

Setelah menunggu sekitar satu jam lebih karena pesawat sempat delay, akhirnya kita bertiga terbang untuk pulang juga.

Di dalam pesawat, Sehun enggak berhenti bercanda dengan Somi. Sisi lain dari suami gue juga terlihat sekarang.

Selain suka diem kaya es batu, ngeggombalin gue, suami gue juga jago ngerebut hati anak-anak. Duh, makin cintah wkwk

Sampe Somi yang tadinya semangat banget jadi kelelahan bercanda dan sekarang tidur dipelukan suami gue.

Mata suami gue juga udah mulai terpejam, mungkin dia juga ngantuk.

Gue perhatiin pemandangan yang belum pernah gue lihat sebelumnya,  suami gue yang tengah memeluk anak-anak.

Gue sendiri jadi ngebayangin, gimana anak gue nanti?

Atau, kapan gue punya anak?

Anjir. Ena-ena juga belum.

Segera mungkin gue menepuk kepala gue kuat, berusaha mengalihakan pikiran gue tadi ke tempat lain.

***

Selepas pesawat mendarat dengan selamat, gue sama suami langsung membawa Somi pulang ke apartement karena gua yakin Somi juga butuh tempat yang nyaman untuk istirahat.

Sambil menunggu suami gue yang tengah membersihkan diri di kamar mandi, gue memilah milih pakaian kotor dan bersih yang ada di koper suami gue.

Lo tau, mau bersih ataupun enggak, bau suami gue tetap sama. Gue suka hehe.

"Sayang, kaos polos warna hitam saya kamu taro mana?"

Gue langsung nengok ke belakang.

Emang ya, suami gue suka gatau malu. Itu buah dada kemana mana Sehunnn!!!

"Ungg?"

"Kaos polos hitam,"

"Kaos?"

"Iya sayang,"

Mati gue! Seluruh tubuh gue langsung merona dipanggil sayang.

Sialan. Lebay amat ini badan.

"Eh iya, bentar."

Gue memeriksa lemari bagian atas, karena seingat gue kaos punya Sehun gue letakan disana.

Sialnya, gue ngeletakin kaos itu terlalu atas dan membuat tangan gue sulit menggapai.

Kursi kecil yang gue gunakan waktu itu juga udah gue alihkan ke kamar sebelah, akibatnya sekarang gue kesusahan untuk ngambil kaosnya.

"Makanya kalau sudah tau kesusahan, minta tolong. Disini ada suami kamu, sayang."

Kepala gue tiba-tiba refleks menyatu dengan bahu. Sesaat setelah bisik serak seksi kepunyaan suami gue mengalun di telinga gue.

Sehun berdiri tepat dibelakang gue, mengulurkan tangan ke atas, menggapai kaos milik dia.

Gue deg degan.

Seketika aja gue ngebalikin badan. Kampretnya nih, muka gue langsung berhadapan dengan dada bidang mempesona punya dia yang lagi telanjang.

Harum sabun mandi spontan menyeruak masuk ke indra penciuman gue.

Kepala Sehun diatas sana juga tiba-tiba menunduk menatap gue.

"Sudah siap?"

Gue kaget, lalu berdeham.

"Siap apaan?"

"Buat anak."

Anjir. Ini orang main to the point mulu ah. Gue kan jadi malu.

"Ngomong apa sih Hun?"

Sehun terkekeh, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga gue.

Yang bikin gue semakin shock adalah ketika dia nyium pipi gue tiba-tiba, terus berbisik pelan di telinga gue.

"Asik loh."

Gue melotot, dan pelototan gue disambut tawa ngakak si Sehun.

ANJIR! GUE JADI PENASARAN!!!

Perfect Husband ✔ OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang